Beranda

RESEARCH

Company Update

19 September 2018

Fixed Income Notes 19 September 2018

  • Harga Surat Utang Negara bergerak dengan kenaikan didukung oleh menguatnya nilai tukar Rupiah menjelang akhir sesi perdagangan pada perdagangan di hari Selasa, 18 September 2018.
  • Kenaikan harga yang terjadi pada perdagangan kemarin hingga mencapai 90 bps dimana kenaikan harga tersebut mendorong terjadinya penurunan imbal hasil yang berkisar antara 2 hingga 14 bps dengan rata - rata mengalami penurunan imbal hasil sebesar 5 bps. Imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor pendek mengalami penurunan yang berkisar antara 2 - 8 bps dengan didorong oleh adanya kenaikan harga hingga sebesar 15 bps. Sementara itu imbal hasil dari Surat Utang Negara dengan tenor menengah terlihat mengalami penurunan hingga sebesar 9 bps yang didukung oleh adanya kenaikan harga hingga sebesar 30 bps. Adapun imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor panjang mengalami penurunan imbal hasil yang berkisar antara 3 bps hingga 14 bps dengan didorong oleh adanya kenaikan harga yang berkisar antara 15 bps hingga 90 bps. 
  • Kenaikan harga yang terjadi pada perdagangan kemarin didukung oleh penguatan nilai tukar rupiah terhadap Dollar Amerika yang terjadi jelang berakhirnya sesi perdagangan. Di awal perdagangan, harga Surat Utang Negara cenderung bergerak terbatas, bahkan beberapa seri mengalami penurunan harga yang disebabkan oleh melemahnya nilai tukar Rupiah dimana nilai tukar sempat menyentuh level 14933,80 per Dollar Amerika. Pergerakan harga Surat Utang Negara yang cenderung mengalami pelemahan di awal perdagangan juga dipengaruhi oleh kenaikan imbal hasil surat utang global serta kekhawatiran meningkatnya tensi perang dagang antara Amerika Serikat dengan China. Sementara itu dari pelaksanaan lelang Sukuk Negara, pemerintah meraup dana senilai Rp4,90 triliun dari total penawaran yang masuk senilai Rp8,21 triliun. Jumlah penawaran yang masuk terlihat mengalami penurunan dibandingkan dengan pelaksanaan lelang Sukuk Negara sebelumnya yang mencapai Rp10,48 triliun.
  • Secara keseluruhan, kenaikan harga Surat Utang Negara yang terjadi pada perdagangan kemarin telah mendorong terjadinya penurunan imbal hasil Surat Utang Negara seri acuan dengan tenor 5 tahun sebesar 9 bps di level 8,189% dan tenor 20 tahun sebesar 4 bps di level 8,886%. Sedangkan untuk seri acuan dengan tenor 10 tahun dan 15 tahun mengalami penurunan imbal hasil sebesar 3 bps masing - masing di level 8,347% dan 8,593%.
  • Sementar itu dari perdagangan Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang Dollar Amerika, pergerakan harganya justru kembali mengalami penurunan terutama pada tenor panjang seiring dengan kenaikan imbal hasil dari US Treasury. Imbal hasil dari INDO43 mengalami kenaikan sebesar 2 bps di level 5,106% setelah mengalami penurunan harga sebesar 28 bps. Adapun untuk imbal hasil dari INDO23 dan INDO28 relatif tidak banyak mengalami perubahan masing - masinng di level 4,104% dan 4,509%.
  • Volume perdagangan Surat Berharga Negara yang dilaporkan mencapai Rp9,31 triliun dari 38 seri Surat Berharga Negara yang diperdagangkan dengan volume perdagangan seri acuan yang dilaporkan senilai Rp2,90 triliun. Obligasi Negara seri FR0063 menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp1,34 triliun dari 69 kali transaksi di harga rata - rata 90,06% dan diikuti oleh perdagangan Obligasi Negara seri FR0064 senilai Rp1,03 triliun dari 51 kali transaksi di harga rata - rata 86,17%. Sedangkan Project Based Sukuk seri PBS015 menjadi Sukuk Negara dengan volume perdagangan terbesar senilai Rp420 miliar dari 15 kali transaksi di harga rata - rata 87,27% dan diikuti oleh perdagangan PBS005 senilai Rp390,58 miliar dari 5 kali transaksi di harga rata - rata 99,78%. 
  • Adapun dari perdagangan obligasi korporasi, volume perdagangan yang dilaporkan senilai Rp533,37 miliar dari 50 seri obligasi yang diperdagangkan. Obligasi Berkelanjutan III FIF Tahap III Tahun 2018 Seri B (FIFA03BCN3) menjadi obligasi korporasi dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp125 miliar dari 5 kali transaksi di harga rata - rata 98,10% dan diikuti oleh perdagangan Obligasi Berkelanjutan I Indosat Tahap IV Tahun 2016 Seri B (ISAT01BCN4) senilai Rp104 miliar dari 3 kali transaksi di harga rata - rata 99,61%. 
  • Nilai tukar rupiah pada perdagangan kemarin ditutup menguat sebesar 25,00 pts (0,17%) di level 14855,00 per Dollar Amerika setelah dibuka melemah di level 14897,00 per Dollar Amerika. Bergerak dengan kecenderungan mengalami pelemahan di awal hingga pertengahan perdagangan, nilai tukar rupiah pada perdagangan kemarin bergerak pada kisaran 14855,00  hingga 14933,80 per Dollar Amerika. Penguatan nilai tukar Rupiah pada perdagangan kemarin terjadi di tengah cukup bervariasinya arah pergerakan nilai tukar mata uang regional. Pengauatan mata uang regional dipimpin oleh Won Korea Selatan (KRW) sebesar 0,30% dan diikuti oleh mata uang Baht Thailand (THB) sebesar 0,20%. Sementara itu mata uang Rupee India (INR) memimpin pelemahan mata uang regional, yaitu sebesar 0,29% dan diikuti oleh mata uang Yen Jepang (JPY) sebesar 0,22% serta Yaun China (CNY) sebesar 0,18%. 
  • Dari perdagangan surat utang global, pergerakan imbal hasil surat utang di negara - negara maju terihat mengalami eknaikan, dimana imbal hasil dari US Treasury yang ditutup naik di level 3,053% untuk tenor 10 tahun dan di level 3,196% untuk tenor 30 tahun di tangah aksi saling balas yang terjadi di perang dagang antara Amerika Serikat dengan China. Imbal hasil dari surat utang Jerman (Bund) juga terlihat mengalami kenaikan di level 0,48% begitu pula surat utang Inggris (Gilt) yang ditutup naik di level 1,568%. Adapun surat utang Jepang terlihat stabil di level 0,112%. 
  • Secara teknikal, adanya kenaikan harga yang terjadi pada beberapa hari terakhir telah merubah arah tren pergerakan harga Surat Utang Negara dari tren turun menjadi tren kenaikan terutama untuk seri - seri dengan tenor hingga 15 tahun. Adapun untuk tenor di atas 20 tahun, arah pergerakan harganya masih akan mengalami konsolidasi karena belum adanya perubahan bentuk tren pergerakan harga. Secara keseluruhan harga Surat Utang Negara juga sudah meninggalkan area jenuh jual (oversold). 
  • Pada perdagangan hari ini kami perkirakan harga Surat Utang Negara akan cenderung mengalami penurunan, terutama untuk Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang Dollar Amerika seiring dengan kenaikan imbal hasil dari US Treasury. Posisi imbal hasil dari US Treasury kemarin merupakan posisi tertingginya sejak 23 Mei 2018. Isu perang dagang antara Amerika Serikat dengan China menjadi faktor yang perlu dicermati oleh investor, mengingat kedua negara masing - masing akan mengenakan tarif terhadap barang impor, dimana Amerika Serikat akan mengenakan tarif sebesar 10% terhadap USD200 miliar barang impor dari China yang akan berlaku sejak 24 September 2018 dan China membalas dengan akan mengenakan tarif baru terhadap USD60 miliar daring impor dari Amerika Serikat yang juga akan diberlakukan sejak 24 September 2018.
  • Rekomendasi : Dengan memepertimbangkan beberapa faktor di atas, maka kami masinh menyarankan kepada investor untuk mencermati pergerakan harga Surat Utang Negara di pasar sekunder. Adanya kenaikan harga dapat dimanfaatkan oleh investor untuk melakukan aksi ambil untung (profit taking) menjelang pelaksanaan Rapat Dewan Gubernur Bank Sentral Amerika dan Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia yang akan dilaksanakan pada pekan depan. Kami masih merekomendasikan Surat Berharga Negara dengan tenor pendek dan menengah sebagai pilihan, diantaranya adalah sebagai berikut : *ORI013, SR009, PBS016, PBS002, FR0031, FR0053, FR0061, FR0043, FR0063, FR0046, FR0070, dan FR0056.*
  • Pemerintah meraup dana senilai Rp4,90 triliun dari lelang penjualan Surat Berharga Syariah Negara atau Sukuk Negara seri SPN-S 05032019 (reopening), PBS016 (reopening), PBS002 (reopening), PBS017 (reopening), PBS012 (reopening) dan PBS015 (reopening) pada hari Selasa tanggal 18 September 2018.

Back Download PDF
Copyright © 2024 MNC Sekuritas. All Right Reserved. A Member of MNC Group