Beranda

RESEARCH

Company Update

20 Desember 2018

Fixed Income Notes 20 Desember 2018

  • Harga Surat Utang Negara pada perdagangan hari Rabu, 19 Desember 2018 mengalami kenaikan seiring dengan penurunan imbal hasil surat utang global dan penguatan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika. 
  • Perubahan tingkat harga yang terjadi pada perdagangan kemarin hingga sebesar 70 bps sehingga berdampak terhadap penurunan tingkat imbal hingga sebesar 12 bps. Kenaikan harga hingga sebesar 15 bps didapati pada Surat Utang Negara dengan tenor pendek, dimana hal tersebut mendorong terjadinya penurunan tingkat imbal hasil hingga mendekati 7 bps. Sedangkan pada Surat Utang Negara bertenor menengah, kenaikan harga yang terjadi berkisar antara 5 bps hingga 25 bps yang menyebabkan penurunan tingkat imbal hasil yang berkisar antara 1 bps hingga 7 bps. Adapun kenaikan harga yang terjadi pada Surat Utang Negara bertenor panjang hingga mencapai 70 bps menyebabkan terjadinya penurunan tingkat imbal hasil hingga sebesar 12 bps. Kenaikan harga juga terjadi pada Surat Utang Negara seri acuan, dimana kenaikan harga sebesar 25 bps dan 55 bps telah mendorong terjadinya penurunan imbal hasil seri acuan dengan tenor 5 tahun dan 15 tahun masing - masing seebsar 7 bps di level 7,926% dan 8,195%. Adapun kenaikan harga sebesar 70 bps yang didapati pada seri acuan dengan tenor 10 tahun telah menyebabkan penurunan imbal hasilnya sebesar 11,8 bps di level 7,957% dan kenaikan harga sebesar 40 bps pada seri acuan tenor 20 tahun telah meurunkan tingkat imbal hasilnya sebesar 4,7 bps di level 8,385%.
  • Berlanjutnya kenaikan harga Surat Utang Negara pada perdagangan kemarin didukung oleh penurunan tingkat imbal hasil surat utang global serta penguatan mata uang Rupiah terhadap Dollar Amerika jelang berakhirnya Rapat Dewan Gubernur Bank Sentral Amerika (FOMC Meeting) dan dimulainya Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia. Seiring dengan melemahnya mata uang Dollar Amerika terhadap mata uang utama dunia, penguatan nilai tukar Rupiah yang sempat menyentuh level 14352,50 per Dollar Amerika mendorong investor untuk kembali melakukan pembelian Surat Berharga Negara, terlebih didukung oleh penurunan tingkat imbal hasil surat utang global terutama dari penurunan imbal hasil US Treasury. Investor cukup aktif melakukan perdagangan yang tercermin pada peningkatan volume perdagangan di pasar sekunder. 
  • Ditengah kenaikan harga yang cukup besar pada Surat Utang Negara dengan mata uang Rupiah, pergerakan harga Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang Dollar Amerika justru terlihat terbatas meskipun dengan kecenderungan mengalami kenaikan. Terbatasnya pergerakan harga Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang Dollar Amerika tersebut dipengaruhi oleh pelaku pasar yang menantikan hasil dari FOMC Meeting yang akan mempengaruhi pergerakan imbal hasil US Treasury yang menjadi acuan dari perdagangan Surat Utang Negara dengan mata uang Dollar Amerika. Harga dari INDO23 dan INDO28 masing - masing mengalami kenaikan sebesar 7,5 bps yang mendorong terjadinya penurunan tingkat hasilnya secara berturut - turut sebesar 2 bps dan 1 bps di level 4,112% dan 4,494%. Adapun harga INDO43 relatif tidak banyak mengalami perubahan, sehingga tingat imbal hasilnya berada di level 5,138%. 
  • Volume perdagangan Surat Berharga Negara yang dilaporkan pada perdagangan kemarin ini senilai Rp10,23 triliun dari 43 Surat Berharga Negara yang diperdagangkan dengan volume perdagangan seri acuan senilai Rp2,19 triliun. Obligasi Negara seri FR0078 menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp1,604 triliun dari 58 kali transaksi di harga rata - rata 102,63% yang diikuti oleh perdagangan Obligasi Negara seri FR0065 senilai Rp1,106 triliun dari 39 kali transaksi di harga penutupan 86,80%. Dari perdagangan Sukuk Negara, Project Based Sukuk seri PBS019         menjadi seri dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp140,00 miliar dari 6 kali transaksi di harga rata - rata 99,37% yang diikuti oleh perdagangan seri PBS016           senilai Rp100,00 miliar dari 2 kali transaksi di harga rata - rata 98,73%. 
  • Adapun volume perdagangan surat utang korporasi yang dilaporkan senilai Rp2,62 triliun dari 48 seri surat utang korporasi yang diperdagangkan. Obligasi I Moratelindo Tahun 2017 Seri B (MORA01B) menjadi surat utang korporasi dengan volume perdagangan terbesar senilai Rp400,0 miliar dari 10 kali transaksi di harga rata - rata 100,00% yang diikuti oleh perdagangan  Obligasi Berkelanjutan I Bank Sulselbar Tahap I Tahun 2016 (BSSB01CN1) senilai Rp249,00 miliar dari 6 kali transaksi di harga rata - rata 100,00%. Sedangkan Sukuk Mudharabah Lontar Papyrus Pulp & Paper Industry I Tahun 2018 Seri B (SMLPPI01B) menjadi sukuknegara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp384,9 miliar dari 6 kali transaksi di harga rata - rata 100,00% yang diikuti oleh perdagangan Sukuk Ijarah Berkelanjutan I Global Mediacom Tahap II Tahun 2017 (SIBMTR01CN2) senilai Rp50,00 miliar dari  2 kali transaksi di harga rata - rata 102,00%.
  • Nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika ditutup dengan mengalami penguatan sebesar 62,20 pts (0,43%) di level 14438,80 per Dollar Amerika. Bergerak dengan mengalami penguatan sepajang sesi perdagangan di kisaran 14352,50 hingga 14438,80 per Dollar Amerika, penguatan mata uang Rupiah terjadi di tengah beragamnya arah perubahan mata uang regional terhadap Dollar Amerika. Mata uang Won Korea Selatan (KRW) memimpin penguatan mata uang regional sebesar 0,59% yang diikuti oleh penguatan nilai tukar Rupiah dan mata uang Dollar Taiwan (TWD) sebesar 0,19%. Adapun pelemahan mata uang regional diantaranya didapati pada Ringgit Malaysia (MYR) sebesar 0,12% dan Dollar Hong Kong (HKD) sebesar 0,07%.
  • Imbal hasil surat utang global pada perdagangan kemarin masih bergerak dengan kecenderungan mengalami penurunan jelang keputusan FOMC Meeting. Imbal hasil US Treasury dengan tenor 10 tahun ditutup dengan penurunan di level 2,779% dan tenor 30 tahun ditutup di level 3,00% setelah sempat diperdagangkan di bawah level 3,00% setelah FOMC Meeting memutuskan untuk menaikkan suku bunga cuan sebesar 25 bps di level 2,25% dan 2,50%. Imbal hasil US Treasury dengan tenor panjang mengalami penurunan yang cukup besar ditengah kekhawatiran investor bahwa pertumbuhan ekonomi akan melambat seiring dengan kebijakan Bank Sentral Amerika untuk menaikkan suku bunga acuan serta pengurangan dari neraca The Fed. Imbal hasil surat utang Jerman pada perdagangan kemarin ditutup dengan penurunan di level 0,236% sedangkan imbal hasil surat utang Inggris dan Jepang ditutup dengan kenaikan, masing - masing di level 1,285% dan 0,028%.
  • Pada perdagangan hari ini kami perkirakan harga Surat Utang Negara masih berpeluang untuk mengalami kenaikan di yang kembali akan didorong oleh penurunan imbal hasil US Treasury serta potensi penguatan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika seiring dengan melemahnya mata uang Dollar Amerika terhadap mata uang utama dunia setelah FOMC Meeting memutuskan untuk menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 bps. Hanya saja pelaku pasar masih akan mencermati hasil dari RDG Bank Indonesai, apakah akan mengikuti keputusan FOMC Meeting untuk menaikkan suku bunga acuan ataukah mempertahankan suku bunga acuan di level 6,00% seiring dengan relatif stabilnya pergerakan nilai tukar Rupiah dan terjaganya laju inflasi di tahun 2018. Indikator teknikal mulai menunjukkan sinyal tren kenaikan harga Surat Utang Negara terutama pada tenor hingga 10 tahun seiring dengan kenaikan harga yang terjadi dalam beberapa perdagangan terakhir. Pelaku pasar perlu mewaspadai dampak dari koreksi yang terjadi di pasar saham Amerika Serikat terhadap pasar keuangan kawasan regional pada perdagangan hari ini.
  • Rekomendasi : Dengan mempertimbangkan potensi kenaikan harga yang juga didukung oleh faktor teknikal, maka kami menyarankan strategi trading jangka pendek memanfaatkan momentum tren kenaikan harga. Beberapa seri Surat Utang Negara masih cukup menarik untuk diperdagangkan di tengah potensi kenaikan harga Surat Utang Negara dalam jangka pendek, diantaranya adalah seri berikut ini : *FR0053, FR0061, FR0035, FR0043, FR0063, FR0071, FR0073, FR0058, FR0074, FR0068 dan FR0072. *
  • PT Pemeringkat Efek Indonesia menetapkan peringkat "idBBB+" terhadap rencana penerbitan Medium Term Notes (MTN) oleh Perusahaan Umum Perumahan Nasional (Perumnas). 

Back Download PDF
Copyright © 2024 MNC Sekuritas. All Right Reserved. A Member of MNC Group