Beranda

RESEARCH

Company Update

20 Juni 2017

Fixed Income Notes 20 Juni 2017

Penguatan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika serta masih berlanjutnya akumulasi pembelian oleh investor asing dorong penurunan imbal hasil Surat Utang Negara pada perdagangan hari Senin, 19 Juni 2017. 

 

Penurunan imbal hasil berkisar antara 1 - 6 bps dengan rata - rata mengalami penurunan sebesar 2 bps dimana penurunan imbal hasil tersebut terlihat pada sebagian besar seri Surat Utang Negara. Imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor pendek (1-4 tahun) mengalami penurunan sebesar 1 - 5 bps dengan didorong oleh adanya kenaikan harga hingga sebesar 5 bps. Adapun imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor menengah (5-7 tahun) mengalami penurunan berkisar antara 1 - 2 bps dengan didorong oleh adanya kenaikan harga hingga sebesar 10 bps dan imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor panjang (di atas 7 tahun) yang mengalami penurunan berkisar antara 1 - 6 bps dengan didorong oleh adanya kenaikan harga hingga sebesar 70 bps. 

 

Pergerakan imbal hasil Surat Utang Negara yang masih mengalami penurunan pada perdagangan kemarin didukung oleh penguatan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika ditengah menguatnya mata uang dollar Amerika terhadap mata uang utama dunia. 

 

Selain itu, penurunan imbal hasil juga didukung dengan masih berlanjutnya akumulasi pembelian oleh investor asing di Surat Berharga Negara, dimana hingga tanggal 16 Juni 2017, investor asing telah melakukan akumulasi pembelian Surat Berharga Negara di bulan Juni 2017 senilai Rp7,69 triliun dan di sepanjang tahun 2017 senilai Rp98,03 triliun dengan jumlah kepemilikan senilai Rp763,84 triliun atau setara dengan 39,31% dari total outstanding Surat Berharga Negara yang dapat diperdagangkan. 

 

Dengan adanya penurunan imbal hasil tersebut, maka imbal hasil dari Surat Utang Negara seri acuan dengan tenor 5 tahun berada pada level 6,606% (-2 bps), tenor 10 tahun berada pada level 6,755% (-4 bps), tenor 15 tahun di level 7,313% (-2 bps), dan tenor 20 tahun di level 7,500 (-2 bps). 

 

Sementara itu dari perdagangan Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang dollar Amerika, tingkat imbal hasilnya terlihat mengalami kenaikan seiring dengan naiknya imbal hasil dari US Treasury. Kenaikan imbal hasil terjadi pada sebagian besar seri Surat Utang Negara dimana kenaikan imbal hasil yang cukup besar terjadi pada Surat Utang Negara bertenor panjang. Imbal hasil dari INDO-20 ditutup turun sebesar 1 bps di level 2,264% setelah mengalami kenaikan harga sebesar 10 bps. Adapun imbal hasil dari INDO-27 ditutup dengan mengalami kenaikan sebesar 1 bps pada level 3,628% setelah mengalami penurunan harga sebesar 1 bps dan imbal hasil dari INDO-47 mengalami kenaikan sebesar 1 bps di level 4,580% setelah mengalami penurunan harga sebesar 80 bps. 

 

Volume perdagangan yang dilaporkan pada perdagangan kemarin masih cukup besar meskipun mengalami penurunan dibandingkan dengan volume perdagangan di akhir pekan, yaitu senilai Rp8,58 triliun dari 34 seri Surat Utang Negara yang diperdagangkan dengan volume perdagangan seri acuan yang dilaporkan senilai Rp3,42 triliun. Surat Pembendaharaan Negara seri SPN12180201 menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp1,40 triliun dari 1 kali transaksi di harga rata - rata 96,57% dan diikuti oleh perdagangan Obligasi Negara seri FR0074 senilai Rp1,11 triliun dari 85 kali transaksi di harga rata - rata 106,83%. 

 

Adapun dari perdagangan obligasi korporasi, volume perdagangan yang dilaporkan senilai Rp737,40 miliar dari 57 seri obligasi korporasi yang diperdagangkan. Obligasi Subordinasi Berkelanjutan II Bank Panin Tahap II Tahun 2017 (PNBN02SBCN2) menjadi obligasi korporasi dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp115,4 miliar dari 2 kali transaksi di harga rata - rata 100,00% dan diikuti oleh perdagangan Obligasi II BII Finance Tahun 2013 Seri B (BIIF02B) senilai Rp96 miliar dari 4 kali transaksi di harga rata - rata 100,75%. 

 

Sementara itu nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika ditutup menguat sebesar 17,00 di level 13282,00 per dollar Amerika setelah bergerak bervariasi sepanjang sesi perdagangan pada kisaran 13278,00 hingga 13323,00 per dollar Amerika. Penguatan nilai tukar rupiah tersebut terjadi di tengah mata uang regional yang bergerak bervariasi terhadap dollar Amerika. Mata uang Yen Jepang (JPY) dan Yuan China (CNY) terlihat mengalami pelemahan terhadap dollar Amerika, sementara itu mata uang Won Korea Selatan (KRW) memimpin penguatan mata uang regional terhadap dollar Amerika yang diikuti oleh Baht Thailand (THB) dan Rupiah Indonesia (TWD). 

 

Pada perdagangan hari ini kami perkirakan harga Surat Utang Negara masih kembali berpeluang untuk mengalami penurunan yang didukung oleh naiknya imbal hasil surat utang global serta faktor lelang namun akan penruunan harga akan dibatasi oleh stabilnya nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika. Stabilnya nilai tukar rupiah pasca keputusan Bank Sentral Amerika untuk menaikkan suku bunga acuan pada pertengahan pekan lalu menjadi katalis positif bagi pergerakan harga Surat Utang Negara di pasar sekunder terlebih dengan didukung oleh masih derasnya aliran modal asing yang masuk di pasar Surat Utang Negara. 

 

Sementara itu katalis negatif pada perdagangan hari ini akan berasal dari faktor eksternal dimana imbal hasil dari US Treasury kembali ditutup dengan kenaikan  pada perdagangan awal pekan ini. Imbal hasil US Treasury dengan tenor 10 tahun ditutup naik pada level 2,19% dari posisi penutupan di akhir pekan lalu yang berada pada kisaran 2,16% begitu pula dengan imbal hasil US Treasury tenor 30 tahun yang ditutup naik pada level 2,79% di tengah investor yang masih menanti beberapa data ekonomi Amerika yang akan disampaikan pada pekan ini. 

 

Adapun imbal hasil surat utang Jerman (Bund) ditutup tidak mengalami perubahan dibandingkan perdagangan kemarin di level 0,28% dan imbal hasil dari surat utang Inggris (Gilt) yang ditutup naik pada level 1,03%. Sementara dari lelang penjualan Surat Utang Negara yang akan dilaksanakan pada hari ini, pemerintah mentargetkan penerbitan senilai Rp12 triliun dari lima seri Surat Utang Negara yang ditawarkan kepada investor. Seiring dengan penurunan imbal hasil dari Surat Utang Negara, kami perkirakan investor akan tertarik untuk mengikuti lelang pada hari ini dikarenakan selisih imbal hasil yang cukup menarik yang ditawarkan oleh Surat Utang Negara. 

 

Adapun secara teknikal, harga Surat Utang Negara masih bergerak pada tren kenaikan harga namun sudah mengalami terbatas untuk beberapa seri. Adapun, kenaikan harga yang terjadi dalam beberapa hari terakhir semakin mendorong harga Surat Utang Negara pada beberapa seri mulai memasuki area jenuh beli (overbought) sehingga akan berpotensi pelaku pasar akan melakukan aksi ambil untung yang akan menurunkan harga Surat Utang Negara. 

 

Rekomendasi : Dengan beberapa pertimbangan di atas, maka kami sarankan kepada investor untuk tetap mencermati arah pergerakan harga Surat Utang Negara. Kami melihat beberapa seri Surat Utang Negara yang belum mengalami kenaikan harga yang cukup tinggi di saat seri lainnya telah mengalami kenaikan sehingga menawarkan tingkat imbal hasil yang cukup menarik diantaranya adalah seri FR0066, FR0048, FR0069, FR0036 dan ORI013 untuk tenor pendek. Adapun untuk tenor menengah dan panjang diantaranya adalah seri FR0045, FR0050, FR0057, FR0062, dan FR0067. Adapun Obligasi Ritel seri OR013 memiliki imbal hasil yang lebih tinggi dibandingkan FR0036 sehingga kami menyarankan investor untuk mempertimbangkan ORI013 sebagai instrumen investasi jangka pendek.

 

Rencana Lelang Surat Utang Negara seri SPN03170921 (New Issuance), SPN12180301 (Reopening), FR0061 (Reopening), FR0072 (Reopening) dan FR0074 (Reopening) pada hari Selasa, tanggal 20 Juni 2017. 

Back Download PDF
Copyright © 2024 MNC Sekuritas. All Right Reserved. A Member of MNC Group