Beranda

RESEARCH

Company Update

21 Desember 2018

Fixed Income Notes 21 Desember 2018

  • Harga Surat Utang Negara pada perdagangan hari Kamis, 20 Desember 2018 bergerak bervariasi dengan kecenderungan masih mengalami kenaikan di tengah tekanan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika serta gejolak di pasar keuangan global seiring keputusan Bank Sentral Amerika untuk menaikkan suku bunga acuan.  
  • Perubahan tingkat imbal hasil yang terjadi hingga sebesar 9 bps dengan didorong oleh adanya kenaikan harga hingga sebesar 70 bps. Imbal hasil Surat Utang Negara bertenor pendek mengalami perubahan hingga sebesar 6 bps didorong oleh adanya perubahan harga hingga seebsar 20 bps. Adapun Imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor menengah mengalami penurunan hingga sebesar 3 bps didorong oleh adanya kenaikan harga yang berkisar antara 5 bps hingga 12 bps. Sedangkan imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor panjang bergerak dengan kecenderungan mengalami penurunan hingga sebesar 9 bps dengan adanya kenaikan harga yang berkisar antara 3 bps hingga 70 bps. Sementara itu dari pergerakan imbal hasil Surat Utang Negara seri acuan, perubahan yang terjadi berkisar antara 2 bps hingga 3,5 bps setelah mengalami kenaikan harga hingga sebesar 30 bps. Imbal hasil Surat Utang Negara seri acuan dengan tenor 5 tahun dan 20 tahun mengalami penurunan sebesar 3 bps masing - masing di level 7,892% dan 8,353%. Adapun imbal hasil seri acuan dengan tenor 10 tahun mengalami penurunan sebesar 2 bps di level 7,934% dan tenor 15 tahun mengalami penurunan sebesar 3,5 bps di level 8,159%.
  • Pergerakan harga Surat Utang Negara yang masih mengalami kenaikan pada perdagangan kemarin didukung oleh faktor penurunan imbal hasil surat utang global di tengah kekhawatiran investor terhadap perlambatan ekonomi global mendorong koreksi yang cukup besar di pasar saham global. Di awal perdagangan, harga Surat Utang Negara sempat mengalami penurunan sebagai respon pelaku pasar atas keputusan Bank Sentral Amerika untuk menaikkan suku bunga acuan serta pergerakan nilai tukar Rupiah yang mengalami pelemahan terhadap Dollar Amerika. Hanya saja, menjelang berakhirnya sesi perdagangan, harga Surat Utang Negara bergerak dengan mengalami kenaikan dibandingkan dengan posisi penutupan perdagangan sebelumnya setelah pergerakan nilai tukar Rupiah menunjukkan perbaikan seiring dengan keputusan Bank Indonesia untuk mempertahankan suku bunga acuan. Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 19-20 Desember 2018 memutuskan untuk mempertahankan BI 7-day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 6,00%, suku bunga Deposit Facility sebesar 5,25%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 6,75%. Bank Indonesia meyakini bahwa tingkat suku bunga kebijakan tersebut masih konsisten dengan upaya menurunkan defisit transaksi berjalan ke dalam batas yang aman dan mempertahankan daya tarik aset keuangan domestik, termasuk telah mempertimbangkan tren pergerakan suku bunga global dalam beberapa bulan ke depan.
  • Dari perdagangan Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang Dollar Amerika pergerakan harganya cenderung terbatas dengan arah perubahan yang bervariasi dimana pada tenor di bawah 10 tahun cenderung mengalami penurunan harga, sementara itu pada tenor di atas 10 tahun terlihat mengalami kenaikan harga. Terbatasnya pergerakan harga serta bervariasinya arah perubahan harga Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang Dollar Amerika dipengaruhi oleh penurunan imbal hasil US Treasury namun pada saat yang sama persepsi risiko meningkat yang tercermin pada kenaikan Credit Deafult Swap (CDS) di tengah gejolak yang terjadi di pasar saham global. Harga dari INDO23 dan INDO27 mengalami penurunan kurang dari 3 bps sehingga tingkat imbal hasilnya relatif beregrak dengan kenaikan yang terbatas masing - masing di level 4,120% dan 4,486%. Adapun harga dari INDO28 dan INDO43 mengalami kenaikan terbatas, kurang dari 5 bps sehingga tingkat imbal hasilnya juga bergerak terbatas, masing - masing di level 4,490% dan 5,136%.
  • Volume perdagangan Surat Berharga Negara yang dilaporkan pada perdagangan hari senilai Rp9,47 triliun dari 44 seri Surat Berharga Negara yang diperdagangkan dengan volume perdagangan seri acuan yang dilaporkan senilai Rp2,189 triliun. Obligasi Negara seri FR0063 menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp915,0 miliar dari 24 kali transaksi yang diikuti oleh perdagangan Obligasi Negara seri FR0070 senilai    Rp876,7 miliar dari 25 kali transaksi. Sedangkan Project Based Sukuk seri PBS016 menjadi Sukuk Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp180,00 miliar dari 6 kali transaksi di harga rata - rata 99,13% yang diikuti oleh perdagangan Sukuk Negara Ritel seri SR009 senilai Rp7,65 miliar dari 11 kali transaksi.
  • Sementara itu volume perdagangan surat utang korporasi yang dilaporkan senilai Rp1,61 triliun dari 61 seri surat utang korporasi yang diperdagangkan. Sukuk Mudharabah Lontar Papyrus Pulp & Paper Industry I Tahun 2018 Seri B (SMLPPI01B) menjadi sukuk korporasi dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp460,0 miliar dari 2 kali transaksi yang diikuti oleh perdagangan Sukuk Mudharabah Berkelanjutan III Adira Finance Tahap II Tahun 2018 Seri A (SMADMF03ACN2) senilai Rp24,00 miliar dari 6 kali transaksi. Adapun Obligasi Berkelanjutan III Medco Energi Internasional Tahap II Tahun 2018 Seri A (MEDC03ACN2) menjadi surat utang korporasi dengan volume perdagangan terbesar senilai Rp225,7 miliar dari 2 kali transaksi yang diikuti oleh perdagangan Obligasi Subordinasi Berkelanjutan II Bank PANIN Tahap II Tahun 2017 (PNBN02SBCN2) senilai Rp153,6 miliar dari 15 kali transaksi. 
  • Pada perdagangan kemarin, nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika ditutup dengan mengalami pelemahan, sebesar 33,70 pts (0,23%) di level 14472,50 per Dollar Amerika. Bergerak dengan mengalami pelemahan pada kisaran 14459,00 hingga 14517,50 per Dollar Amerika, pelemahan nilai tukar terjadi di tengah bervariasinya arah perubahan mata uang regional merespon keputusan kenaikan suku bunga acuan Bank Sentral Amerika. Mata uang Yen Jepang (JPY) memimpin penguatan mata uang regional terhadap Dollar Amerika, sebesar 0,68% yang diikuti oleh mata uang Rupee India (INR) sebesar 0,55 dan mata uang Dollar Singapura (SGD) sebesar 0,31%. Selain mata uang Rupiah, pelemahan mata uang regional didapati pada Won Korea Selatan (KRW) sebesar 0,38% dan mata uang Dollar taiwan (TWD) sebesar 0,10%. 
  • Imbal hasil surat utang global pada perdagangan kemarin ditutup dengan arah perubahan yang bervariasi dengan kecenderungan mengalami penurunan. Imbal hasil US Treasury bergerak dengan arah perubahan yang beragam dimana pada tenor 2 tahun mengalami kenaikan di level 2,670% dan tenor 10 tahun justru turun terbatas di level 2,7944% merespon keputusan Bank Sentral Amerika yang menaikkan suku bunga acuan serta koreksi yang terjadi di pasar sahamnya mendorong permintaan terhadap aset yang lebih aman (safe haven asset). Sementara itu imbal hasil dari surat utang Inggris dan Jerman ditutup dengan penurunan terbatas masing - maisng di level 1,271% dan 0,233% di tengah koreksi yang terjadi di pasar sahamnya. Imbal hasil surat utang regional yang mengalami kenaikan diantaranya adalah surat utang India di level 7,264% dan surat utang Malaysia di level 4,086%.
  • Pada perdagangan hari ini kami perkirakan harga Surat Utang Negara akan cenderung bergerak bervariasi dengan adanya peluang penurunan di awal sesi perdagangan seiring dengan gejolak yang terjadi di pasar saham global yang akan mendorong meningkatnya persepsi risiko. Pasar saham Amerika Serikat pada perdagangan kemarin ditutup turun sebagai respon atas kenaikan suku bunga acuan dimana indeks saham DJIA mengalami penurunan sebesar 1,99% dan indeks saham NASDAQ turun sebesar 1,63%. Hal tersebut akan mendorong meningkatnya persepsi terhadap aset  yang berisiko seperti halnya instrumen surat utang negara berkembang termasuk Surat Berharga Negara. Volume perdagangan kami perkirakan akan mengalami penurunan seiring dengan terbatasnya hari perdagangan pada pekan depan jelang hari libur nasional. Peluang kenaikan harga akan terjadi apabila ada dukungan dari penguatan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika.
  • Rekomendasi :Di tengah pasar yang cenderung bergejolak, kami sarankan kepada investor untuk tetap mencermati arah pergerakan harga Surat Utang Negara terutama pada seri dengan tenor di bawah 10 tahun. Kami masih menyarankan strategi tarding jangka pendek memanfaatkan momentum tren kenaikan harga Surat Utang Negara. Beberapa seri yang cukup menarik untuk dijual saat kondisi mengalami kenaikan harga adalah seri berikut ini : *FR0077, FR0059, FR0064, FR0078, FR0065*. Adapun seri - seri yang bisa diakumulasi apabila terjadi penurunan harga adalah seri berikut ini : *FR0053, FR0061, FR0035, FR0043, FR0070, FR0068 dan FR0072. *
  • PT Pemeringkat Efek Indonesia menurunkan peringkat PT Wika Realty dari peringkat 'idBBB+" menjadi "idBBB".
  •  

Back Download PDF
Copyright © 2024 MNC Sekuritas. All Right Reserved. A Member of MNC Group