Beranda

RESEARCH

Company Update

22 Februari 2018

Fixed Income Notes 22 Februari 2018

  • Imbal hasil Surat Utang Negara pada perdagangan hari Rabu, 21 Februari 2018 bergerak terbatas dengan arah yang bervariasi ditengah meredanya tekanan terhadap nilai tukar rupiah jelang disampaikannya notulen Rapat Dewan Gubernur Bank Sentral Amerika. 
  • Perubahan imbal hasil yang terjadi pada perdagangan kemarin berkisar antara 1 - 4 bps dengan rata - rata mengalami penurunan sebesar 1,1 bps dimana perubahan imbal hasil yang cukup besar terjadi pada tenor 8- 13 tahun. 
  • Imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor pendek (1-4 tahun) bergerak terbatas dengan mengalami perubahan hingga sebesar 3 bps di tengah perubahan harga yang hanya berkisar antara 1 - 10 bps. Sementara itu imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor menengah (5-7 tahun) terlihat mengalami perubahan berkisar antara 1 - 2 bps dengan didorong oleh adanya kenaikan harga hingga sebesar 6 bps dan imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor panjang (di atas 7 tahun) yang juga cenderung bergerak bervariasi dengan adanya perubahan hingga sebesar 4 bps didorong oleh adanya kenaikan harga hingga sebesar 30 bps. 
  • Setelah bergerak dengan kecenderungan mengalami kenaikan imbal hasil sejak awal pekan, imbal hasil Surat Utang Negara mulai menunjukkan adanya penurunan meskipun penurunan imbal hasil tersebut masih terbatas untuk beberapa seri Surat Utang Negara. Penurunan imbal hasil pada perdagangan kemarin didukung oleh meredanya tekanan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika, meskipun di saat yang sama dollar Amerika menunjukkan penguatan terhadap mata uang utama dunia. 
  • Namun demikian, penurunan imbal hasil yang terjadi pada perdagangan kemarin tidak didukung oleh volume perdagangan yang cukup besar, mengindikasikan bahwa pelaku pasar masih cenderung menahan diri untuk melakukan transaksi jelang disampaikannya notulen Rapat Dewan Gubernur Bank Sentral Amerika (FOMC Minutes) yang akan disampaikan pada hari Rabu waktu setempat. Pelaku pasar masih mencermati sinyal kebijakan moneter yang akan diambil oleh Bank Sentral Amerika pada pertemuan di akhir Januari 2018. Adapun pejabat The Fed melihat peningkatan pertumbuhan ekonomi telah meningkat didorong oleh pemotongan pajak, peningkatan belanja konsumen dan kepercayaan diri serta tingkat inflasi yang melambat, pelaku pasar berspekulasi bahwa Bank Sentral Amerika akan kembali menaikkan suku bunga acuan di bulan Maret 2018. 
  • Sehingga secara keseluruhan, perubahan imbal hasil Surat Utang Negara pada perdagangan kemarin mendorong terjadinya penurunan imbal hasil Surat Utang  Negara seri acuan dengan tenor 5 tahun dan 20 tahun mengalami penurunan sebesar 1 bps masing - masing di level 5,739% dan 7,206%. Sementara itu imbal hasil seri acuan dengan tenor 10 tahun ditutup turun sebesar 4 bps di level 6,493% dan 15 tahun sebesar 2,5 bps di level 6,902%. 
  • Dari perdagangan Surat Utang Negara dengan demominasi mata uang dollar Amerika, pergerakan harganya cenderung mengalami kenaikan pada tenor pendek sementara tenor panjang cenderung mengalami penurunan. Imbal hasil dari INDO-23 mengalami kenaikan kurang dari 1 bps di level 3,609% didorong oleh adanya koreksi harga sebesar 2 bps. Adapun imbal hasil dari INDO-28 dan INDO-38 yang relatif terbatas kurang dari 1 bps masing - masing di level 4,012% dan 4,716% setelah mengalami kenaikan harga yang juga terbatas sebesar 5 bps. Adapun imbal hasil dari INDO-48 ditutup turun sebesar 1 bps di level 4,618%. 
  • Volume perdagangan Surat Utang Negara yang dilaporkan pada perdagangan kemarin senilai Rp11,47 triliun dari 37 seri Surat Utang Negara yang diperdagangkan dengan volume perdagangan seri acuan yang dilaporkan senilai Rp3,09 triliun. Obligasi Negara seri FR0064 menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp1,38 triliun dari 77 kali transaksi di harga rata -rata 98,33% dan diikuti oleh perdagangan Obligasi Negara seri FR0075 senilai Rp1,24 triliun dari 118 kali transaksi di harga rata - rata 103,98%. 
  • Sedangkan dari perdagangan obligasi korporasi, volume perdagangan yang dilaporkan senilai Rp313,82 miliar dari 26 seri obligasi korporasi yang diperdagangkan. Obligasi Berkelanjutan II Bank BRI Tahap IV Tahun 2018 Seri A (BBRI02ACN4) menjadi obligasi korporasi dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp120 miliar dari 2 kali transaksi di harga rata - rata 100,00% dan diikuti oleh perdagangan Obligasi Berkelanjutan I ROTI Tahap I Tahun 2013 (PRTL01ACN1) senilai Rp40 miliar dari 2 kali transaksi di harga rata - rata 100,57%. 
  • Adapun nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika pada perdagangan kemarin ditutup melemah terbatas sebesar pts 3,00 pts (0,02%) pada level 13618,00 per dollar Amerika setelah melanjutkan pelemahan berturut - turut dalam sepekan terakhir. Bergerak fluktuatif terhadap dollar Amerika sepanjang sesi perdagangan pada kisaran 13573,00 hingga 13619,00 per dollar Amerika, pelemahan nilai tukar rupiah di tengah pergerakan mata uang regional yang mengalami perubahan yang bervariasi terhadap dollar Amerika. Penguatan mata uang regional dipimpin oleh mata uang Dollar Taiwan (TWD) dan diikuti oleh Peso Philippina (PHP) serta Baht Thailand (THB). 
  • Pada perdagangan hari ini kami perkirakan harga Surat Utang Negara masih akan cenderung bergerak terbatas dengan arah pergerakan harga yang bervariasi sebagai respon atas notulen Rapat Dewan Gubernur Bank Sentral Amerika (FOMC Minutes). FOMC Minutes yang disampaikan kemarin memberikan sinyal bahwa suku bunga Bank Sentral Amerika (Fed Fund Rate/FFR) akan mengalami kenaikan dalam waktu dekat (fairly soon) apabila didukung oleh pertumbuhan ekonomi serta data inflasi terus mengalami penguatan sesuai dengan ekspektasi dari Bank Sentral Amerika dan data ketenagar kerjaan. Dengan sinyal tersebut, pelaku pasar akan mencermati data inflasi di bulan Februari 2018 yang akan disampaikan pada awal bulan depan dan data ketenagakerjaan pada pekan depan. 
  • Imbal hasil dari US Treasury dengan tenor 10 tahun pada perdagangan kemarin ditutup naik di level 2,951% sebagai respon atas FOMC Minutes. Adapun imbal hasil dari surat utang Jerman (Bund) dan Inggris (Gilt) masing - masing ditutup turun pada level 0,723% dan 1,551%. Dengan pergerakan imbal hasil US Treasury yang bergerak dengan mengalami kenaikan, maka akan berpeluang untuk mendorong terjadinya koreksi harga Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang dollar Amerika. 
  • Adapun harga Surat Utang Negara dengan denomiansi mata uang rupiah kami perkiarakan masih akan bergerak terbatas dalam jangka pendek, dimana secara teknikal sebagian besar seri Surat Utang Negara berada pada area konsolidasi. Hal tersebut kami perkirakan akan berdampak terhadap terbatasnya pergerakan harga Surat Utang Negara di tengah pelaku pasar yang masih akan mencermati beberapa data dari dalam dan luar negeri sebelum kembali melakukan akumulasi pembelian Surat Utang Negara. 
  • Rekomendasi : Dengan kondisi tersebut kami sarankan kepada investor untuk tetap mencermati arah pergerakan harga Surat Utang Negara dengan melakukan strategi trading memanfaatkan momentum fluktuasi harga Surat Utang Negara di pasar sekunder. Kami masih merekomendasikan Surat Utang Negara dengan tenor pendek dan menengah sebagai portofolio trading seperti seri FR0069, FR0053, FR0071, FR0073, FR0058, FR0074, FR0068, FR0072, FR0075 serta ORI013. 
  • PT Pemeringkat Efek Indonesia memberikan peringkat “idBBB+” untuk PT CSM Corporatama. 
  • Pencatatan Obligasi Berkelanjutan IV Sarana Multigriya Finansial Tahap III Tahun 2018.

 

Back Download PDF
Copyright © 2024 MNC Sekuritas. All Right Reserved. A Member of MNC Group