Beranda

RESEARCH

Company Update

23 April 2019

Fixed Income Notes 23 April 2019

Jelang pelaksanaan lelang penjualan Surat Utang Negara, imbal hasil Surat Utang Negara pada perdagangan hari Senin, 22 April 2019 cenderung mengalami kenaikan.

Perubahan tingkat imbal hasil pada perdagangan awal pekan ini mengalami kenaikan hingga 8 bps dengan rata - rata sebesar 1,4 bps dimana perubahan imbal hasil yang cukup besar terjadi pada tenor panjang dibandingkan tenor pendek. Imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor pendek (1-4 tahun) mengalami kenaikan hingga sebesar 2,1 bps dengan didorong oleh adanya penurunan harga yang hingga 5 bps. Sementara itu imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor menengah (5-7 tahun) terlihat mengalami kenaikan mencapai 3 bps dengan didorong oleh adanya koreksi harga yang hingga 13 bps dan imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor panjang (di atas 7 tahun) ditutup dengan kenaikan dengan perubahan imbal hasil berkisar hingga sebesar 8 bps dengan adanya perubahan harga hingga sebesar 67,5 bps.  

Imbal hasil Surat Utang Negara yang cenderung bergerak dengan mengalami kenaikan pada perdagangan kemarin terjadi ditengah penguatan harga minyak mentah dunia. Saat harga minyak naik maka biaya impor komoditas ini akan menjadi lebih tinggi sehingga kebutuhan terhadap Dollar juga akan melonjak, yang pada akhirnya akan menekan Rupiah. Ketika Rupiah tertekan maka akan berdampak pada penurunan harga Obligasi. Disamping itu, turunnya harga Surat Utang Negara pada perdagangan kemarin juga di pengaruhi oleh aksi ambil untung (profit taking) para pelaku pasar yang memanfaatkan momentum pasca Pemilihan Presiden 2019. Selain itu, sebagian pelaku pasar dengan tenor panjang akan lebih memilih untuk menahan diri melakukan transaksi di pasar sekunder dan cenderung untuk mengikuti proses lelang yang akan diselenggarakan pada hari ini. Hal ini terindikasi pada volume perdagangan yang lebih kecil dibandingkan dengan volume perdagangan sebelumnya.

Secara keseluruhan, perubahan imbal hasil pada perdagangan kemarin yang  juga berdampak terhadap besarnya perubahan tingkat imbal hasil Surat Utang Negara seri acuan, dimana untuk 5 tahun mengalami kenaikan sebesar 3 bps di level 7,088% dan 10 tahun mengalami perubahan sebesar 3,4 bps di level 7,594%. Sementara itu untuk seri acuan dengan tenor 15 tahun mengalami kenaikan sebesar 3 bps dilevel 8,028% dan untuk seri acuan dengan tenor 20 tahun mengalami kenaikan sebesar 4 bps di level 8,169%.  

Sementara itu dari perdagangan Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang dollar Amerika, pergerakan imbal hasilnya ditutup dengan kecenderungan mengalami kenaikan seiring dengan tren kenaikan imbal hasil surat utang global. Imbal hasil dari INDO24 mengalami kenaikan sebesar 0,3 bps di level 3,435% setelah mengalami koreksi harga sebesar 1,3 bps dan imbal hasil dari INDO29 ditutup dengan kenaikan sebesar 0,1 bps di level 3,873% didorong oleh adanya koreksi harga sebesar 0,8 bps. Adapun imbal hasil dari INDO49 ditutup naik sebesar 0,2 bps di level 4,619% setelah mengalami koreksi harga sebesar 3,3 bps. Adapun imbal hasil dari INDO44 mengalami penurunan sebesar 0,2 bps di level 4,746% setelah mengalami kenaikan harga sebesar 3,1 bps. 

Volume perdagangan Surat Utang Negara yang dilaporkan pada perdagangan kemarin mengalami penurunan dibandingkan dengan volume perdagangan sebelumnya, senilai Rp6,88 triliun dari 37 seri Surat Utang Negara dengan volume perdagangan seri acuan yang dilaporkan senilai Rp3,55 triliun. Obligasi Negara seri FR0077 menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp1,41 triliun dari 10 kali transaksi di harga rata - rata 103,5% dan diikuti oleh perdagangan Obligasi Negara seri FR0079 senilai Rp982,46 miliar dari 65 kali transaksi di harga rata - rata 103,15%. Sementara itu, untuk perdagangan sukuk negara didapati pada Surat Perbendaharaan Negara—Syariah dengan seri SPNS01052019 menjadi sukuk negara dengan perolehan volume terbesar pada perdagangan kemarin yaitu sebesar Rp300,00 miliar dari 4 kali transaksi dan diikuti oleh seri SPNS01082019 sebesar Rp200,00 miliar dari 2 kali transaksi. Adapun untuk Project Based Sukuk seri PBS016 didapati volume sebesar Rp100,00 miliar dari 1 kali transaksi dan Sukuk Negara Ritel seri SR010 sebesar Rp55,91 miliar dari 12 kali perdagangan. 

Sementara itu dari perdagangan obligasi korporasi, volume perdagangan yang dilaporkan senilai Rp839,11 miliar dari 29 seri obligasi korporasi yang diperdagangkan. Obligasi Berkelanjutan III Federal International Finance Tahap V Tahun 2019 Seri A (FIFA03ACN5) menjadi obligasi korporasi dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp213 miliar dari 13 kali transaksi di harga rata - rata 100,28% dan diikuti oleh perdagangan Obligasi Berkelanjutan IV Mandiri Tunas Finance Tahap I Tahun 2019 Seri A (TUFI04ACN1) senilai Rp155,00 miliar dari 7 kali transaksi di harga rata - rata 103,54%.  

Adapun nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika ditutup melemah sebesar 33,50 pts (0,23%) di level 14078,00 per dollar Amerika setelah bergerak dengan mengalami pelemahan sepanjang sesi perdagangan pada kisaran 14045,00 hingga 14093,00 per Dollar Amerika. Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap Dollar Amerika seiring dengan pergerakan mata uang regional yang cenderung mengalami pelemahan di tengah menguatnya Dollar Amerika terhadap mata uang utama dunia. Mata uang Peso Filipina (PHP) memimpin pelemahan mata uang regional sebesar 0,51% yang diikuti oleh Won Korea Selatan (KRW) dan Rupee India (INR) masing-masing melemah sebesar 0,41% dan 0,33%. Adapun untuk mata uang regional yang menguat hanya dialami oleh mata uang Ringgit Malaysia (MYR) sebesar 0,04% terhadap Dollar Amerika. 

Pada perdagangan hari ini, kami perkirakan harga Surat Utang Negara akan cenderung bergerak terbatas jelang pelaksanaan lelang penjualan Surat Utang Negara dengan arah perubahan yang cenderung mengalami koreksi harga ditengah pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika. 

Pada hari ini pemerintah berencana untuk mengadakan lelang penjualan Surat Utang Negara dengan target penerbitan senilai Rp15 triliun dari tujuh seri Surat Utang Negara yang ditawarkan kepada investor. Pada lelang dua pekan sebelumnya, pemerintah meraup dana senilai Rp15,72 triliun dari total penawaran yang masuk senilai Rp31,84 triliun. Kami perkirakan pelaku pasar masih akan mencermati pelaksanaan lelang sebelum kembali melakukan transaksi di pasar sekunder.  

Adapun pergerakan harga Surat Utang Negara kami perkirakan akan berpotensi untuk mengalami penurunan di tengah pergerakan imbal hasil surat utang global yang cenderung mengalami kenaikan. Imbal hasil dari US Treasury dengan tenor 10 tahun pada perdagangan kemarin ditutup naik pada level 2,59% dan untuk tenor 30 tahun juga ikut mengalami kenaikan di level 2,99%. Imbal hasil surat utang Jerman (Bund) dengan tenor 10 tahun mengalami kenaikan di level 0,024% dan untuk tenor 30 tahun naik di level 0,682%. Sementara itu, tingkat imbal hasil pada surat utang Inggris untuk tenor 10 tahun dan 30 tahun keduanya mengalami penurunan imbal hasil masing-masing di level 1,191% dan 1,705%.

Rekomendasi

Dengan kondisi tersebut maka kami sarankan kepada investor untuk tetap mencermati arah pergerakan harga Surat Utang Negara di pasar sekunder. Bagi investor dengan horizon jangka panjang dapat mengiktui lelang penjualan Surat Utang Negara, dimana pemerintah menawarkan Surat Utang Negara dengan tenor panjang, yaitu FR0077, FR0078, FR0068, FR0079, FR0076.

 

Back Download PDF
Copyright © 2024 MNC Sekuritas. All Right Reserved. A Member of MNC Group