Beranda

RESEARCH

Company Update

24 April 2019

Fixed Income Notes 24 April 2019

Pada perdagangan hari Selasa, tanggal 23 April 2019, harga Surat Utang Negara bergerak dengan kecenderungan mengalami penurunan di tengah para pelaku pasar yang khawatir akan menanjaknya harga minyak dunia yang berpotensi melemahkan kondisi ekonomi domestik.

Rata-rata perubahan harga Surat Utang Negara mencapai 30,1 bps yang mendorong  naiknya tingkat imbal hasil hingga sebesar 54 bps. Adapun untuk Surat Utang Negara seri acuan, keseluruhan serinya mengalami penurunan harga yang mengakibatkan adanya rata-rata perubahan tingkat imbal hasil naik sebesar 4 bps, dimana pada Surat Utang Negara seri acuan dengan tenor 5 tahun mengalami penurunan harga sebesar 7 bps yang mendorong terjadinya kenaikan tingkat imbal hasil sebesar 1,5 bps di level 7,103% dan diikuti oleh Surat Utang Negara seri acuan bertenor 10 tahun dan 15 tahun yang mengalami koreksi harga masing-masing sebesar 27 bps dan 51 bps sehingga berdampak pada meningkatnya imbal hasil sebesar 3,7 bps di level 7,632% dan 5,8 bps di level 8,086%. Adapun untuk seri acuan dengan tenor 20 tahun didapati penurunan harga sebesar 42 bps yang mengakibatkan terjadinya kenaikan imbal hasil sebesar 4,3 bps di level 8,212%.  

Perubahan harga Surat Utang Negara yang terjadi pada perdagangan kemarin bergerak dengan kecenderungan mengalami penurunan. Penurunan harga Surat Utang Negara yang terjadi dipicu oleh melemahnya nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika akibat melonjaknya harga minyak mentah dunia. Para pelaku pasar khawatir akan kenaikan harga minyak tersebut karena dinilai dapat mempengaruhi kondisi makroekonomi domestik dimana saat ini Indonesia masih menjadi negara net importir minyak. Adapun kenaikan harga minyak mentah dunia tersebut merupakan harga tertinggi sejak bulan November 2018 yang sudah menembus USD 74 per barrel. Sementara itu, turunnya harga Surat Utang Negara juga diiringi dengan koreksi harga surat utang di negara berkembang yang lain. Adapun, dari hasil lelang Surat Utang Negara pemerintah berhasil meraup dana sebesar Rp23,4 triliun dari total penawaran yang masuk mencapai Rp41,76 triliun. 

Perubahan harga juga terlihat pada perdagangan Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang Dollar Amerika ditengah penurunan tingkat imbal hasil US Treasury. Penurunan harga didapati pada sebagian besar seri Surat Utang Negara berdonominasi mata uang Dollar Amerika. Harga INDO24 dan INDO44 mengalami kenaikan masing-masing sebesar 1,4 bps dan 3,6 bps sehingga berdampak terjadinya penurunan tingkat imbal hasil sebesar 0,3 bps di level 3,430% dan 0,2 bps di level 4,743%. Adapun harga dari INDO29 dan INDO49 mengalami penurunan harga masing-masing sebesar 7,9 bps dan 2,7 bps sehingga berdampak pada kenaikan tingkat imbal hasil sebesar 0,9 bps di level 3,883% dan 0,1 bps di level 4,621%.

Volume perdagangan Surat Utang Negara yang dilaporkan pada perdagangan kemarin mengalami peningkatan dibandingkan dengan volume perdagangan sebelumnya, yaitu senilai Rp24,45 triliun dari 33 seri Surat Utang Negara yang diperdagangkan. Hal tersebut mengindikasikan bahwa pelaku pasar cukup aktif melakukan transaksi di pasar sekunder. Surat Utang Negara seri FR0078 menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp5,37 triliun dari 110 kali transaksi yang diikuti oleh perdagangan Obligasi Negara seri FR0077 senilai Rp4,91 triliun dari 56 kali transaksi kemudian diikuti dengan perdagangan Obligasi Negara FR0079 sebesar Rp4,86 triliun dari 166 kali transaksi. Adapun dari perdagangan sukuk negara, Sukuk Negara Ritel dengan seri SR009 mengalami volume terbesar senilai Rp144,55 miliar dari 15 kali transaksi dan diikuti oleh seri SR010 sebesar Rp68,96 miliar untuk 18 kali perdagangan.

Sementara itu dari perdagangan obligasi korporasi, volume perdagangan yang dilaporkan lebih besar daripada volume perdagangan sebelumnya, yaitu senilai Rp1,11 triliun dari 48 seri obligasi korporasi yang ditransaksikan. Obligasi Berkelanjutan II Maybank Finance Tahap II Tahun 2019 Seri A (BIIF02ACN2) menjadi obligasi korporasi dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp110,55 miliar dari 13 kali transaksi dan diikuti oleh  Obligasi Berkelanjutan Indonesia Eximbank IV Tahap IV Tahun 2019 Seri A (BEXI04ACN4) senilai Rp101,00 miliar dari 1 kali transaksi. Sementara itu, volume untuk Obligasi Berkelanjutan Indonesia Eximbank IV Tahap IV Tahun 2019 Seri B (BEXI04BCN4) sebesar Rp90,00 miliar dari 2 kali perdagangan dan Obligasi Berkelanjutan Indonesia Eximbank IV Tahap IV Tahun 2019 Seri F (BEXI04FCN4) sebesar Rp82,00 miliar dari 2 kali transaksi.

Nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika pada perdagangan kemarin melemah sebesar 2 pts (0,01%) di level 14080,00 per Dollar Amerika dimana pelemahan nilai tukar Rupiah terjadi secara fluktuatif dan bervariasi selama sesi perdagangan pada kisaran 14075,00 hingga 14086,00 per Dollar Amerika. Nilai tukar mata uang Rupiah tersebut mengalami pelemahan seiring dengan sebagian besar pelemahan nilai tukar mata uang regional. Adapun yang memimpin penguatan mata uang regional didapati pada mata uang Ringgit Malaysia (MYR) sebesar 0,09% dan diikuti oleh penguatan Yen Jepang (JPY) dan Dollar Hongkong (HKD) masing—masing sebesar 0,06% dan 0,01%. Sementara itu, mata uang Baht Thailand (THB) mengalami pelemahan tertinggi yaitu 0,22% yang diikuti oleh pelemahan mata uang Rupee India (INR) sebesar 0,13% dan Renminbi China (CNY) sebesar 0,10% terhadap Dollar Amerika. 

Pada perdagangan kemarin, imbal hasil dari US Treasury dengan tenor 10 tahun dan 30 tahun mengalami penurunan sehingga masing—masing berada pada level 2,57% dan 2,98%. Namun, kondisi tersebut berbeda dengan kondisi pasar saham Amerika yang mulai menguat dimana indeks DJIA ditutup menguat sebesar 55 bps di level 26656,39 dan indeks NASDAQ juga ikut mengalami penguatan sebesar 132 bps di level 8120,82. Sementara itu, untuk pasar obligasi Inggris (Gilt) mengalami penurunan untuk setiap tenornya di level 1,224% (tenor 10 tahun) dan 1,735% (tenor 30 tahun) yang diikuti dengan surat utang Jerman (Bund) juga mengalami penurunan imbal hasil untuk setiap tenornya dimana untuk tenor 10 tahun turun di level 0,04% dan 0,688% untuk tenor 30 tahun.

Pada perdagangan hari ini kami perkirakan harga Surat Utang Negara masih akan bergerak terbatas dengan kecenderungan mengalami penurunan. Potensi penurunan harga Surat Utang Negara tersebut didorong oleh perubahan nilai tukar rupiah terhadap Dollar Amerika akibat pesismisnya para pelaku pasar terhadap naiknya harga minyak mentah dunia serta adanya beberapa sentimen dari perekonomian global. Hanya saja, suksesnya lelang penjualan Surat Utang Negara pada perdagangan kemarin menjadi indikasi bahwa para pelaku pasar masih merespon positif pada kondisi pasar saat ini.

Rekomendasi

Dengan kondisi tersebut, maka kami sarankan kepada investor untuk tetap mencermati arah pergerakan harga Surat Utang Negara. Kami merekomendasikan kepada investor untuk melakukan strategi trading di tengah pergerakan harga Surat Utang Negara yang cenderung bergerak berfluktuasi dengan fokus kepada pergerakan nilai tukar Rupiah. Adapun seri - seri yang menarik pada kondisi tersebut diantaranya adalah sebagai berikut: FR0053, FR0061, FR0063, FR0070, FR0056, FR0059, dan FR0064.

Pemerintah meraup dana senilai Rp23,40 triliun dengan melaksanakan lelang Surat Utang Negara pada tanggal 23 April 2019 untuk seri SPN03190724 (new issuance), SPN12200106 (reopening), FR0077 (reopening), FR0078 (reopening), FR0068 (reopening), FR0079 (reopening) dan FR0076 (reopening).

Back Download PDF
Copyright © 2024 MNC Sekuritas. All Right Reserved. A Member of MNC Group