Beranda

RESEARCH

Company Update

24 Mei 2018

Fixed Income Notes 24 Mei 2018

  • Imbal hasil Surat Utang Negara pada perdagangan hari Rabu, 23 Mei 2018 mengalami kenaikan di tengah tekanan-nya nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika jelang disampaikannya notulen Rapat Dewan Gubernur Bank Sentral Amerika. 
  • Perubahan imbal hasil yang terjadi pada perdagangan kemarin berkisar antara 1 - 11 bps dengan rata - rata mengalami kenaikan sebesar 4 bps dimana perubahan imbal hasil yang cukup besar terjadi pada tenor 7 - 15 tahun. 
  • Imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor pendek (1-4 tahun) bergerak terbatas dengan mengalami kenaikan hingga sebesar 8 bps di tengah koreksi harga yang berkisar antara 1 - 25 bps. Sementara itu imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor menengah (5-7 tahun) terlihat mengalami kenaikan berkisar antara 2 - 10 bps dengan didorong oleh adanya koreksi harga hingga sebesar 65 bps dan imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor panjang (di atas 7 tahun) yang juga cenderung bergerak mengalami kenaikan sebesar 11 bps didorong oleh adanya koreksi harga hingga sebesar 100 bps. 
  • Berlanjutnya pergerakan imbal hasil Surat Utang Negara yang mengalami kenaikan imbal hasil sejak awal pekan, imbal hasil Surat Utang Negara masih menunjukkan adanya kenaikan seiring secara teknikal masih mengalami tren penurunan harga. Kenaikan imbal hasil pada perdagangan kemarin didorong oleh berlanjutnya tekanan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika, meskipun di saat yang sama dollar Amerika menunjukkan penguatan terhadap mata uang utama dunia. 
  • Adapun kenaikan imbal hasil yang terjadi pada perdagangan kemarin juga didukung oleh volume perdagangan yang cukup besar, mengindikasikan bahwa pelaku pasar masih cenderung aktif untuk melakukan transaksi jelang disampaikannya notulen Rapat Dewan Gubernur Bank Sentral Amerika (FOMC Minutes) yang akan disampaikan pada hari Rabu waktu setempat. Pelaku pasar akan kembali mencermati sinyal kebijakan moneter yang akan diambil oleh Bank Sentral Amerika pada pertemuan di akhir Mei 2018. Seiring dengan membaiknya sektor tenaga kerja serta Amerika serta data inflasi yang akan dibiarkan meningkat oleh The Fed. 
  • Sehingga secara keseluruhan, perubahan imbal hasil Surat Utang Negara pada perdagangan kemarin mendorong terjadinya kenaikan imbal hasil Surat Utang  Negara seri acuan dengan tenor 5 tahun sebesar 4,5 bps di level 7.020%, 10 tahun sebesar 10 bps di level 7.577%, 15 tahun sebesar 10,5 bps di level 8,036%, dan 20 tahun sebesar 3 bps di level 8,020%. 
  • Dari perdagangan Surat Utang Negara dengan demominasi mata uang dollar Amerika, pergerakan harganya cenderung mengalami kenaikan yang terjadi pada sebagian besar seri Surat Utang Negara sehingga mendorong terjadinya penurunan imbal hasil di tengah penurunan imbal hasil US Treasury maupun surat utang global. Penurunan imbal hasil hingga sebesar 7 bps dimana tenor panjang mengalami penurunan yang lebih besar dibandingkan dengan yang didapati pada tenor pendek. Imbal hasil dari INDO-23 mengalami penurunan sebesar 4,5 bps di level 4,091% didorong oleh adanya kenaikan harga sebesar 20 bps dan imbal hasil dari INDO-28 yang ditutup dengan mengalami penurunan sebesar 7 bps di level 4,493% setelah mengalami kenaikan harga sebesar 50 bps. Adapun imbal hasil dari INDO-38 mengalami penurunan sebesar 6 bps di level 5,143% setelah mengalami kenaikan harga sebesar 80 bps. Sementara itu imbal hasil INDO-48 mengalami penurunan sebesar 5 bps di level 5,030% setelah didorong oleh kenaikan harga sebesar 70 bps. 
  • Volume perdagangan Surat Utang Negara yang dilaporkan pada perdagangan kemarin senilai Rp12,37 triliun dari 34 seri Surat Utang Negara yang diperdagangkan dengan volume perdagangan seri acuan yang dilaporkan senilai Rp6,99 triliun. Obligasi Negara seri FR0064 menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp4,70 triliun dari 112 kali transaksi di harga rata -rata 94,3% dan diikuti oleh perdagangan Obligasi Negara seri FR0065 senilai Rp1,47 triliun dari 86 kali transaksi di harga rata - rata 89,85%. 
  • Sedangkan dari perdagangan obligasi korporasi, volume perdagangan yang dilaporkan senilai Rp1,56 triliun dari 51 seri obligasi korporasi yang diperdagangkan. Obligasi Berkelanjutan I Bank UOB Indonesia Tahap II Tahun 2018 Seri A (BBIA01ACN2) menjadi obligasi korporasi dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp305 miliar dari 5 kali transaksi di harga rata - rata 100,0% dan diikuti oleh perdagangan Obligasi Berkelanjutan I Protelindo Jaya Ancol Tahap II Tahun 2018 Seri A (PJAA01ACN2) senilai Rp305 miliar dari 5 kali transaksi di harga rata - rata 100,0%. 
  • Adapun nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika pada perdagangan kemarin ditutup melemah sebesar pts 67,00 pts (0,47%) pada level 14209,00 per dollar Amerika setelah mengalami pelemahan berturut - turut dalam beberapa hari terakhir. Bergerak dengan mengalami pelemahan terhadap dollar Amerika sepanjang sesi perdagangan pada kisaran 14143,00 hingga 14213,00 per dollar Amerika, pelemahan nilai tukar rupiah seiring dengan pergerakan mata uang regional yang juga mengalami pelemahan terhadap dollar Amerika. Pelemahan mata uang regional dipimpin oleh mata uang Rupiah Indonesia (IDR) dan diikuti oleh Rupee India (IDR) serta Dollar Singapura (SGD). Namun ada mata uang regional yang mengalami penguatan dipimpin oleh mata uang Yen Jepang (JPY) dan diikuti oleh Won Korea Selatan (KRW). 
  • Pada perdagangan hari ini kami perkirakan harga Surat Utang Negara masih akan cenderung bergerak terbatas dengan arah pergerakan harga yang bervariasi sebagai respon atas notulen Rapat Dewan Gubernur Bank Sentral Amerika (FOMC Minutes). FOMC Minutes yang disampaikan pada hari ini memberikan sinyal bahwa inflasi yang dibiarkan meningkat membuka peluang suku bunga Bank Sentral Amerika (Fed Fund Rate/FFR) akan mengalami kenaikan dalam waktu dekat (fairly soon) apabila didukung oleh kondisi sektor tenaga kerja. Dengan sinyal tersebut, pelaku pasar akan mencermati data sektor tenaga kerja Amerika di bulan Februari 2017 yang akan disampaikan pada hari Rabu 24 Mei 2018 dan data inflasi awal bulan depan. 
  • Imbal hasil dari US Treasury dengan tenor 10 tahun pada perdagangan kemarin ditutup turun di level 2,993% sebagai respon atas The Fed yang akan membiarkan inflasi naik lebih tinggi. Adapun imbal hasil dari surat utang Jerman (Bund) dan Inggris (Gilt) masing - masing ditutup turun pada level 0,507% dan 1,442%. Dengan pergerakan imbal hasil surat utang global yang bergerak dengan mengalami penurunan, maka akan berpeluang untuk mendorong terjadinya kenaikan harga Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang dollar Amerika. 
  • Adapun harga Surat Utang Negara dengan denomiansi mata uang rupiah kami perkiarakan masih akan bergerak terbatas dalam jangka pendek, dimana secara teknikal sebagian besar seri Surat Utang Negara berada pada area jenuh jual. Hal tersebut kami perkirakan akan berdampak terhadap terbatasnya pergerakan harga Surat Utang Negara di tengah pelaku pasar yang masih akan mencermati beberapa data dari dalam dan luar negeri sebelum kembali melakukan akumulasi pembelian Surat Utang Negara. 
  • Rekomendasi : Dengan kondisi tersebut kami sarankan kepada investor untuk tetap mencermati arah pergerakan harga Surat Utang Negara dengan melakukan strategi trading memanfaatkan momentum fluktuasi harga Surat Utang Negara di pasar sekunder. Kami masih merekomendasikan Surat Utang Negara dengan tenor pendek dan menengah sebagai portofolio trading seperti seri FR0069, FR0048, FR0069,FR0036, FR0031 serta ORI013. Adapun untuk tenor panjang dapat diakumulasi secara bertahap saat terjadi koreksi dengan pilihan pada seri FR0073, FR0058, FR0074, FR0065, FR0068, FR0072, FR0075 dan FR0067. 
  • PT Pemeringkat Efek Indonesia Tbk memberikan peringkat “idA-” untuk PT Pabrik Gula Rajawali I dan rencana MTN

Back Download PDF
Copyright © 2024 MNC Sekuritas. All Right Reserved. A Member of MNC Group