Beranda

RESEARCH

Company Update

25 Mei 2018

Fixed Income Notes 25 Mei 2018

  • Jelang disampaikannya notulen Rapat Dewan Gubernur Bank Sentral Amerika serta meredanya tekanan terhadap nilai tukar rupiah dorong imbal hasil Surat Utang Negara bergerak bervariasi dengan kecenderungan mengalami penurunan pada perdagangan hari Kamis, 24 Mei 2018. 
  • Perubahan imbal hasil yang terjadi pada perdagangan kemarin berkisar antara 1 - 10 bps dengan rata - rata mengalami penurunan sebesar 2,4 bps dimana perubahan imbal hasil yang cukup besar terjadi pada tenor menengah dan panjang. 
  • Imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor pendek (1-4 tahun) bergerak terbatas dengan mengalami perubahan hingga sebesar 9 bps di tengah perubahan harga yang hanya berkisar antara 5 - 12 bps. Sementara itu imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor menengah (5-7 tahun) terlihat mengalami penurunan berkisar antara 1 - 5 bps dengan didorong oleh adanya kenaikan harga hingga sebesar 25 bps dan imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor panjang (di atas 7 tahun) yang juga cenderung bergerak bervariasi dengan adanya perubahan hingga sebesar 10 bps didorong oleh adanya kenaikan harga hingga sebesar 100 bps. 
  • Setelah bergerak dengan kecenderungan mengalami kenaikan imbal hasil sejak awal pekan, imbal hasil Surat Utang Negara mulai menunjukkan adanya penurunan meskipun penurunan imbal hasil tersebut masih untuk sebagian besar seri Surat Utang Negara. Penurunan imbal hasil pada perdagangan kemarin didukung oleh meredanya tekanan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika seiring dollar Amerika menunjukkan pelemhana terhadap mata uang utama dunia. 
  • Namun demikian, penurunan imbal hasil yang terjadi pada perdagangan kemarin tidak didukung oleh volume perdagangan yang cukup besar, mengindikasikan bahwa pelaku pasar masih cenderung menahan diri untuk melakukan transaksi jelang disampaikannya notulen Rapat Dewan Gubernur Bank Sentral Amerika (FOMC Minutes) yang akan disampaikan pada hari Rabu waktu setempat. Pelaku pasar masih mencermati sinyal kebijakan moneter yang akan diambil oleh Bank Sentral Amerika pada pertemuan di akhir Mei 2018. Seiring dengan data inflasi yang juga mulai menunjukkan peningkatan dan dibiarkan meningkat oleh The Fed 
  • Sehingga secara keseluruhan, perubahan imbal hasil Surat Utang Negara pada perdagangan kemarin hanya mendorong terjadinya penurunan imbal hasil Surat Utang  Negara seri acuan dengan tenor 5 tahun sebesar 1 bps di level 7,022%, 10 tahun sebesar 4,5 bps di level 7,535%, dan 15 tahun sebesar 4 bps di level 7,999%. Adapun terhadap seri acuan dengan tenor 20 tahun imbal hasilnya mengalami penurunan sebesar 6,5 bps di level 7,960%. 
  • Dari perdagangan Surat Utang Negara dengan demominasi mata uang dollar Amerika, pergerakan harganya cenderung mengalami kenaikan yang terjadi pada sebagian besar seri Surat Utang Negara. Penurunan imbal hasil hingga sebesar 6 bps dimana tenor panjang mengalami penurunan yang lebih besar dibandingkan dengan yang didapati pada tenor pendek. Imbal hasil dari INDO-23 mengalami penurunan sebesar 2,5 bps di level 4,067% didorong oleh adanya kenaikan harga sebesar 10 bps dan imbal hasil dari INDO-28 yang ditutup dengan mengalami penurunan sebesar 6 bps di level 4,428% setelah mengalami kenaikan harga sebesar 45 bps. Adapun imbal hasil dari INDO-38 mengalami penurunan sebesar 3,5 bps di level 5,105% didorong oleh kenaikan harga sebesar 50 bps. Adapun imbal hasil INDO-48 mengalami penurunan sebesar 5 bps di level 4,977% setelah mengalami kenaikan harga sebesar 75 bps. 
  • Volume perdagangan Surat Utang Negara yang dilaporkan pada perdagangan kemarin senilai Rp8,47 triliun dari 28 seri Surat Utang Negara yang diperdagangkan dengan volume perdagangan seri acuan yang dilaporkan senilai Rp4,46 triliun. Obligasi Negara seri FR0064 menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp2,83 triliun dari 157 kali transaksi di harga rata -rata 92,8% dan diikuti oleh perdagangan Obligasi Negara seri FR0075 senilai Rp904 miliar dari 197 kali transaksi di harga rata - rata 97,66%. 
  • Sedangkan dari perdagangan obligasi korporasi, volume perdagangan yang dilaporkan senilai Rp1,07 triliun dari 51 seri obligasi korporasi yang diperdagangkan. Obligasi Berkelanjutan IV Sarana Multigriya Finansial Tahap IV Tahun 2018 Seri A (SMFP04ACN4) menjadi obligasi korporasi dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp203 miliar dari 3 kali transaksi di harga rata - rata 100,03% dan diikuti oleh perdagangan Obligasi Berkelanjutan I Jaya Ancol Tahap II Tahun 2018 Seri A (PJAA01ACN2) senilai Rp160 miliar dari 3 kali transaksi di harga rata - rata 100,00%. 
  • Adapun nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika pada perdagangan kemarin ditutup menguat sebesar pts 77,00 pts (0,54%) pada level 14133,00 per dollar Amerika setelah mengalami pelemahan berturut - turut sejak awal pekan. Bergerak dengan mengalami penguatan terhadap dollar Amerika sepanjang sesi perdagangan pada kisaran 14133,00 hingga 14213,00 per dollar Amerika, penguatan nilai tukar rupiah seiring dengan pergerakan mata uang regional yang juga mengalami penguatan terhadap dollar Amerika. Penguatan mata uang regional dipimpin oleh mata uang Rupiah Indonesia (IDR) dan diikuti oleh Yen Jepang (JPY) serta Baht Thailand (THB). 
  • Pada perdagangan hari ini kami perkirakan harga Surat Utang Negara masih akan cenderung bergerak terbatas dengan arah pergerakan harga yang bervariasi sebagai respon atas notulen Rapat Dewan Gubernur Bank Sentral Amerika (FOMC Minutes) dengan kecenderungan mengalami kenaikan harga yang didukung oleh penguatan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika serta imbal hasil surat utang global yang mengalami penurunan. 
  • Imbal hasil dari US Treasury dengan tenor 10 tahun pada perdagangan kemarin ditutup turun di level 2,977% sebagai respon atas FOMC Minutes dan pembatalan pertemuan antara Amerika dan Korea Utara. Adapun imbal hasil dari surat utang Jerman (Bund) dan Inggris (Gilt) masing - masing ditutup turun pada level 0,472% dan 1,402%. Dengan pergerakan imbal hasil surat utang global yang bergerak dengan mengalami penurunan, maka akan berpeluang untuk mendorong terjadinya kenaikan harga Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang dollar Amerika. 
  • Adapun harga Surat Utang Negara dengan denomiansi mata uang rupiah kami perkiarakan masih akan bergerak terbatas dalam jangka pendek, dimana secara teknikal sebagian besar seri Surat Utang Negara berada pada area konsolidasi untuk tenor pendek. Hal tersebut kami perkirakan akan berdampak terhadap terbatasnya pergerakan harga Surat Utang Negara di tengah pelaku pasar yang masih akan mencermati beberapa data dari dalam dan luar negeri sebelum kembali melakukan akumulasi pembelian Surat Utang Negara. 
  • Rekomendasi : Dengan kondisi tersebut kami sarankan kepada investor untuk tetap mencermati arah pergerakan harga Surat Utang Negara dengan melakukan strategi trading memanfaatkan momentum fluktuasi harga Surat Utang Negara di pasar sekunder. Kami masih merekomendasikan Surat Utang Negara dengan tenor pendek dan menengah sebagai portofolio trading seperti seri FR0069, FR0048, FR0069,FR0036, FR0031 serta ORI013. Adapun untuk tenor panjang dapat diakumulasi secara bertahap saat terjadi koreksi dengan pilihan pada seri FR0073, FR0058, FR0074, FR0065, FR0068, FR0072, FR0075 dan FR0067.
  • Rencana Lelang Surat Berharga Syariah Negara atau Sukuk Negara seri SPN-S 01122018 (new issuance), PBS002 (reopening), PBS004 (reopening), PBS012 (reopening), PBS016 (reopening), dan PBS017 (reopening) pada hari Selasa tanggal 15 Mei 2018. 
  • PT Pemeringkat Efek Indonesia memberikan peringkat “idA-” untuk Surat Berharga Perpetual PT Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk.

Back Download PDF
Copyright © 2024 MNC Sekuritas. All Right Reserved. A Member of MNC Group