Beranda

RESEARCH

Company Update

25 September 2017

Fixed Income Notes 25 September 2017

  • Pergerakan imbal hasil surat utang global yang cenderung mengalami penurunan turut mendorong penurunan imbal hasil Surat Utang Negara pada perdagangan hari Jum'at, 22 September  2017 jelang berakhirnya Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia. 
  • Perubahan tingkat imbal hasil yang terjadi pada perdagangan di akhir pekan tersebut berkisar antara 1 - 6 bps dengan rata - rata mengalami penurunan sebesar 2 bps dimana penurunan imbal hasil terjadi pada sebagian besar seri Surat Utang Negara. 
  • Imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor pendek (1-4 tahun) bergerak dengan kecenderungan mengalami penurunan berkisar antara 1 - 3 bps dengan didorong oleh adanya kenaikan harga hingga sebesar 10 bps. Sementara itu imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor menengah (5-7 tahun) mengalami pergerakan yang bervariasi berkisar antara 1 - 2 bps yang didorong oleh adanya perubahan harga hingga sebesar 4 bps. Adapun imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor panjang (di atas 7 tahun) bergerak dengan kecenderungan mengalami penurunan hingga sebesar 6 bps dengan didorong oleh adanya kenaikan harga yang berkisar antara 5 - 60 bps. 
  • Pergerakan imbal hasil Surat Utang Negara yang cenderung mengalami penurunan pada perdagangan di akhir pekan didukung oleh katalis positif dari pasar surat utang regional dan global yang bergerak dengan kecenderungan mengalami penurunan. Imbal hasil surat utang regional pada perdagangan di akhri pekan ditutup dengan penurunan. Begitu pula surat utang global, dimana imbal hasil US Treasury dengan tenor 10 tahun kembali turun di kisaran 2,253% di tengah pelaku pasar mencermati hasil dari Rapat Dewan Gubernur Bank Sentral Amerika, begitu pula imbal hasil dari surat utang Jerman dan Inggris yang juga mengalami penurunan. 
  • Secara keseluruhan, perubahan imbal hasil Surat Utang Negara yang bergerak dengan kecenderungan pada perdagangan di akhir pekan juga mendorong terjadinya penurunan imbal hasil Surat Utang Negara seri acuan dengan tenor 5 tahun dan 10 tahun sebesar 1 bps masing - masing di level 5,979% dan 6,408%. Adapun imbal hasil dari Surat Utang Negara seri acuan dengan tenor 15 tahun di tutup dengan penurunan sebesar 3,5 bps di level 6,902% adapun seri acuan dengan tenor 20 tahun mengalami penurunan sebesar 1,5 bps di level 7,217%. 
  • Sementara itu dari perdagangan Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang dollar Amerika, pergerakan imbal hasilnya juga bervariasi dengan kecenderungan mengalami penurunan pada tenor panjang dan mengalami kenaikan imbal hasil pada tenor pendek. Imbal hasil dari INDO-27 ditutup turun sebesar 1 bps di level 3,459% didorong oleh adanya kenaikan sebesar 8 bps dan imbal hasil dari INDO-37 yang ditutup turun sebesar 1,5 bps di level 4,396% setelah mengalami kenaikan harga sebesar 20 bps. Adapun imbal hasil dari INDO-47 ditutup turun sebesar 2 bps di level 4,395% setelah mengalami kenaikan harga sebesar 40 bps. Sedangkan imbal hasil INDO-20 relatif tidak mengalami perubahan dibandingkan perdagangan sebelumnya. 
  • Volume perdagangan Surat Utang Negara yang dilaporkan pada perdagangan di akhir pekan senilai Rp14,10 triliun dari 39 seri Surat Utang Negara yang diperdagangkan dengan volume perdagangan seri acuan yang dilaporkan senilai Rp6,03 triliun. Obligasi Negara seri FR0061 menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp2,35 triliun dari 57 kali transaksi di harga rata - rata 104,12% dan diikuti oleh perdagangan Obligasi Negara seri FR0059 senilai Rp2,05 triliun dari 93 kali transaksi di harga rata - rata 104,28%. 
  • Sementara itu dari perdagangan obligasi korporasi, volume perdagangan yang dilaporkan senilai Rp429,5 miliar dari 19 seri obligasi korporasi yang diperdagangkan. Obligasi Berkelanjutan I AKR Corporindo Tahap I Tahun 2017 Seri A (AKRA01ACN1) menjadi obligasi korporasi denham volume perdagangan terbesar, senilai Rp118 miliar dari 3 kali transaksi di harga rata - rata 100,20% dan diikuti oleh perdagangan Obligasi I Express Trasindo Utama Tahun 2014 (TAXI01) senilai Rp72 miliar dari 7 kali transaksi di harga rata - rata 30,78%. 
  • Sedangkan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika kembali ditutup melemah sebesar 27,00 pts (0,20%) pada level 13312,00 per dollar Amerika setelah bergerak dengan mengalami pelemahan sepanjang sesi perdagangan pada kisaran 13304,00 hingga 13341,00 per dollar Amerika. Pelemahan nilai tukar rupiah terjadi di tengah pergerakan mata uang regional yang bergerak bervariasi terhadap dollar Amerika. Mata uang Peso Philippina (PHP) memimpin penguatan mata uang regional yang diikuti oleh Yen Jepang (JPY). Sementara itu Won Korea Selatan (KRW) memimpin pelemahan mata uang regional yang diikuti oleh Rupiah Indonesia (IDR). Namun demikian, dalam sepekan terakhir, mata uang Peso Philippina memimpin penguatan mata uang regional terhadap dollar Amerika diikuti oleh Dollar Hongkong dan Baht Thailand. Adapun mata uang Rupee India dan Yen Jepang menjadi mata uang yang mengalami pelemahan terbesar dalam sepekan terakhir. 
  • Pada perdagangan hari ini kami perkirakan harga Surat Utang Negara akan berpeluang untuk mengalami kenaikan didukung oleh katalis eksternal dimana imbal hasil surat utang global yang bergerak dengan mengalami penurunan serta katalis dalam negeri, dimana Bank Indonesia memutuskan kembali menurunkan suku bunga acuannya dari 4,50% menjadi 4,25% dengan suku bunga Deposit Facility turun 25 bps menjadi 3,50% dan Lending Facility turun 25 bps menjadi 5,00%, berlaku efektif sejak 25 September 2017. Penurunan suku bunga acuan ini masih konsisten dengan realisasi dan perkiraan inflasi 2017 yang rendah serta prakiraan inflasi 2018 dan 2019 yang akan berada di bawah titik tengah kisaran sasaran yang ditetapkan dan defisit transaksi berjalan yang terkendali dalam batas yang aman. Bank Indonesia terus berkoordinasi dengan Pemerintah untuk memperkuat bauran kebijakan dalam rangka menjaga stabilitas makroekonomi dan memperkuat momentum pemulihan ekonomi. 
  • Imbal hasil dari US Treasury dengan tenor 10 tahun pada perdagangan di akhir pekan ditutup turun pada level 2,253% dari posisi penutupan sebelumnya di level 2,278%. Penurunan imbal hasil US Treasury salah satunya didorong oleh aksi beli oleh investor di tengah sinyal kenaikan suku bunga acuan oleh The Fed pada akhir tahun 2017. Penurunan imbal hasil juga terjadi pada surat utang Jerman (Bund) dan Inggris (Gilt) masing - masing di level 0,449% dan 1,357%. Kondisi tersebut kami perkirakan akan menjadi katalis positif bagi perdagangan Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang dollar Amerika. 
  • Adapun secara teknikal, pergerakan harga Surat Utang Negara yang bergerak pada area overbought kami perkirakan akan berdampak terhadap pergerakan harga Surat Utang Negara yang cenderung terbatas namun terlihat masih mengalami tren kenaikan dalam jangka pendek. 
  • Rekomendasi : Dengan kondisi tersebut maka kami sarankan kepada investor untuk tetap mencermati arah pergerakan harga Surat Utang Negara di pasar sekunder. Di tengah pergerakan harga Surat Utang Negara yang cenderung naik, kami menyarankan kepada investor untuk melakukan strategi beli secara bertahap serta trading dengan pilihan pada seri FR0069, FR0053, FR0070, FR0071, FR0073, FR0065, FR0068, dan FR0075.
  • Pada sepekan kedepan terdapat satu surat utang yang akan jatuh tempo senilai Rp673 miliar.
  • Pencatatan Obligasi Berkelanjutan II Tower Bersama Infrastructure Tahap III Tahun 2017 pada tanggal 20 September 2017.

 

Back Download PDF
Copyright © 2024 MNC Sekuritas. All Right Reserved. A Member of MNC Group