Beranda

RESEARCH

Company Update

26 Agustus 2019

Fixed Income Notes 26 Agustus 2019

Pergerakan harga Surat Utang Negara pada perdagangan kemarin, hari Jumat tanggal 23 Agustus 2019 bergerak bervariasi dengan kecenderungan mengalami kenaikan ditengah menguatnya nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika akibat adanya sentimen domestik dan global.
 
Imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor pendek (1-4 tahun) bergerak  dengan mengalami perubahan berkisar 1 bps hingga 10 bps di tengah perubahan harga yang hingga 24 bps. Sementara itu imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor menengah (5-7 tahun) terlihat mengalami rata-rata kenaikan sebesar 0,4 bps dengan didorong oleh adanya turunnya harga hingga sebesar 10 bps dan imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor panjang (di atas 7 tahun) yang juga cenderung bergerak bervariasi dengan adanya perubahan hingga sebesar 4 bps didorong oleh adanya kenaikan harga hingga sebesar 34 bps. 

Pada perdagangan akhir pekan kemarin, harga Surat Utang Negara bergerak dengan arah yang beragam dengan kecenderungan mengalami penguatan. Hal tersebut terjadi di tengah menguatnya nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika akibat adanya beberapa sentimen dari domestik dan eksternal. Para pelaku pasar mencermati pernyataan The Fed tentang sinyal arah kebijakan moneter Amerika dimana Amerika cenderung untuk menurunkan suku bunga acuannya hingga 25 bps menjadi 1,75% hingga 2,00% sehingga para pelaku pasar lebih tertarik kepada aset yang lebih berisiko (fligt to quality) yang memberikan tingkat imbal hasil lebih besar pada negara-negara berkembang, termasuk Indonesia.  
 
Sementara itu dari sentimen domestik, Bank Indonesia memproyeksikan tingkat inflasi periode Agustus 19 mencapai 0,2% MoM atau 3,52% YoY. Angka ini lebih tinggi dari realisasi inflasi Juli 2019 sebesar 3,32% YoY. Pemicu kenaikan tingkat inflasi adalah harga cabai merah yang yang berkontribusi besar terhadap inflasi bulanan. Selain itu emas perhiasan, cabai rawit dan air minum PDAM juga turut berkontribusi. Bank Indonesia meyakini inflasi akan tetap terkendali sesuai dengan target pemerintah yaitu di bawah level 3,5% pada akhir 2019

Hal tersebut turut mempengaruhi terbatasnya perubahan imbal hasil Surat Utang Negara seri acuan, dimana pada perdagangan di akhir pekan kemarin perubahan imbal hasilnya hingga sebesar 2 bps masing - masing di level 6,617% untuk tenor 5 tahun, di level 7,224% untuk tenor 10 tahun, di level 7,625% untuk tenor 15 tahun dan di level 7,729% untuk tenor 20 tahun. 

Sementara itu dari perdagangan Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang dollar Amerika, imbal hasil dari INDO24 mengalami kenaikan sebesar 1,4 bps di level 2,719% dan INDO29 mengalami kenaikan sebesar 3,5 bps di level 3,042% setelah mengalami koreksi harga masing - masing sebesar 7 bps dan 31 bps. Adapun imbal hasil dari INDO44 dan INDO49 keduanya mengalami kenaikan sebesar 1,5 bps masing-masing di level 3,919% dan 3,771% setelah mengalami penurunan harga berkisar antara 24 - 33 bps. 

Volume perdagangan Surat Utang Negara yang dilaporkan pada perdagangan akhir pekan kemarin terlihat mengalami penurunan dibandingkan dengan volume perdagangan pada perdagangan di hari Kamis, namun masih terlihat cukup aktif dengan volume sebesar Rp11,15 triliun dari 44 seri Surat Utang Negara yang diperdagangkan, dengan volume seri acuan yang dilaporkan senilai Rp2,91 triliun. Obligasi Negara seri FR0064 menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp2,14 triliun dari 41 kali transaksi di harga rata - rata 92,60% dan diikuti oleh perdagangan Obligasi Negara seri FR0078 senilai Rp1,67 triliun dari 33 kali transaksi di harga rata - rata 106,98%. Sementara itu, untuk Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) dengan volume terbesar didapati pada Project Based Sukuk dengan seri PBS014 yaitu senilai Rp805,61 miliar dari 14 kali transaksi dan diikuti seri Surat Perbendaharaan Negara Syariah seri SPNS01122019 dengan volume sebesar Rp168,56 miliar dengan 2 kali perdagangan.

Dari perdagangan obligasi korporasi, volume perdagangan obligasi korporasi senilai Rp610,15 triliun dari 26 seri obligasi korporasi yang diperdagangkan.  Obligasi Berkelanjutan Indonesia Eximbank III Tahap IV Tahun 2017 Seri C (BEXI03CCN4) menjadi obligasi korporasi dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp180,00  miliar dari 10 kali transaksi di harga rata - rata 102,40%. Diikuti oleh seri Obligasi Berkelanjutan IV Mandiri Tunas Finance Tahap II Tahun 2019 Seri A (TUFI04ACN2) Rp114,00  miliar dari 2 kali transaksi di harga rata - rata 100,08% 

Sementara itu nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika pada perdagangan kemarin ditutup menguat sebesar 20,00 pts pada level 14215,00 per dollar Amerika setelah dibuka melemah dan kemudian berbalik menguat pada pertengahan sesi perdagangan. Pergerakan nilai tukar Rupiah bergerak pada kisaran 14205,00 hingga 14264,00 per dollar Amerika. Penguatan nilai tukar rupiah tersebut terjadi seiring dengan pelemahan sebagian besar mata uang regional terhadap dollar Amerika. Adapun yang memimpin pelemahan mata uang regional didapati pada mata uang Won Korea Selatan (KRW) sebesar 0,27% yang diikuti oleh pelemahan Yen Jepang (JPY) dan Dollar Singapura (SGD) masing-masing sebesar 0,20% dan 0,13%. Sementara itu, mata uang regional yang mengalami penguatan tertinggi didapati pada mata uang Baht Thailand (THB) sebesar 0,27% dan diikuti oleh penguatan Rupee India (INR) dan Rupiah Indonesia (IDR) masing-masing sebesar 0,21% dan 0,14% terhadap dollar Amerika.

Pada perdagangan hari ini kami perkirakan harga Surat Utang Negara akan cenderung bergerak bervariasi dengan arah pergerakan yang cenderung mendatar yang disebabkan oleh adanya lelang Surat Utang Negara yang akan diselenggarakan besok sehingga para pelaku pasar lebih menahan diri untuk bertransaksi di pasar sekunder. Sementara itu, para pelaku pasar pada hari ini akan menantikan disampaikannya data perdagangan Amerika Serikat yaitu Nondefendse Capital Goods Orders ex Aircraft Amerika Serikat periode Juli 2019 serta Durable Goods Order Amerika Serikat periode Juli 2019. Data tersebut merupakan data yang perlu dicermati setelah adanya sentimen perang tarif dagang Amerika dan China.

Imbal hasil dari US Treasury dengan tenor 10 tahun terlihat mengalami penurunan di level 1,481% sementara itu imbal hasil dari US Treasury dengan tenor 30 tahun juga ditutup turun pada level 1,988%. Sementara itu imbal hasil dari surat utang Jerman (Bund) dengan tenor 10 tahun ditutup turun pada level –0,678% dan pada tenor 30 tahun turun di level -0,172%. Adapun imbal hasil dari surat utang Inggris (Gilt) mengalami penurunan pada level 0,474% untuk tenor 10 tahun. 

Rekomendasi
Dengan kombinasi dari beberapa faktor tersebut, maka kami sarankan kepada investor untuk tetap mencermati arah pergerakan harga Surat Utang Negara di pasar sekunder. Strategi trading masih kami sarankan di tengah kondisi pasar surat utang yang masih akan bergerak berfluktuasi seiring dengan kondisi yang terjadi di pasar keuangan global dengan pilihan masih pada seri FR0034, FR0053, FR0061, FR0063, FR0070 dan FR0071.
 
Pada sepekan kedepan terdapat tiga surat utang yang akan jatuh tempo senilai Rp3,14 triliun.        

Back Download PDF
Copyright © 2024 MNC Sekuritas. All Right Reserved. A Member of MNC Group