Beranda

RESEARCH

Company Update

26 April 2019

Fixed Income Notes 26 April 2019

Pada perdagangan hari Kamis, 25 April 2019, harga Surat Utang Negara mengalami penurunan yang didorong oleh melemahnya nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika ditengah keputusan  suku bunga acuan oleh Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia yang mempertahankannya di level 6,00%

Pada perdagangan hari Kamis, tanggal 25 April 2019, harga Surat Utang Negara mengalami penurunan hingga mencapai 78 bps yang mendorong  naiknya tingkat imbal hasil hingga sebesar 10 bps. Adapun untuk Surat Utang Negara seri acuan, keseluruhan serinya mengalami penurunan harga yang mengakibatkan adanya rata-rata perubahan tingkat imbal hasil naik sebesar 5,7 bps, dimana pada Surat Utang Negara seri acuan dengan tenor 5 tahun mengalami penurunan harga sebesar 13 bps yang mendorong terjadinya kenaikan tingkat imbal hasil sebesar  3 bps di level 7,158% dan diikuti oleh Surat Utang Negara seri acuan bertenor 10 tahun dan 15 tahun yang mengalami koreksi harga masing-masing sebesar 55 bps dan 59 bps sehingga berdampak pada meningkatnya imbal hasil sebesar 7,8 bps di level 7,740% dan 6,8 bps di level 8,196%. Adapun untuk seri acuan dengan tenor 20 tahun didapati penurunan harga sebesar 50 bps yang mengakibatkan terjadinya kenaikan imbal hasil sebesar 5,1 bps di level 8,301%.  

Harga Surat Utang Negara menunjukan tren penurunan selama 4 hari terakhir ini di tengah gejolak yang terjadi di pasar global dan belum kondusifnya kondisi pasar di domestik. Dari sisi eksternal, pergerakan harga Obligasi Negara di picu dari faktor pergerakan harga minyak yang tinggi. Kenaikan harga minyak tersebut akan meningkatkan biaya impor dan memperlebar defisit perdagangan sehingga berdampak pada meningkatnya kebutuhan terhadap Dollar Amerika yang pada akhirnya mengganggu pergerakan nilai tukar Rupiah dan juga pergerakan harga Obligasi Negara. Sementara itu, turunnya harga Surat Utang Negara pada perdagangan kemarin tidak seiiring dengan kenaikan harga obligasi yang terjadi pada negara berkembang lainnya. Selain itu, dari sisi domestik, penurunan harga Obligasi Negara terjadi ditengah keputusan suku bunga acuan oleh Bank Indonesia dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) yang menahan suku bunga acuannya. Hal ini sudah sesuai dengan ekspektasi para pelaku pasar bahwa Bank Indonesia akan menahan suku bunga acuannya pada level 6,00%.

Perubahan harga juga terlihat pada perdagangan Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang Dollar Amerika ditengah penurunan tingkat imbal hasil US Treasury. Penurunan harga didapati pada keseluruhan seri Surat Utang Negara berdenominasi mata uang Dollar Amerika. Harga INDO24 dan INDO29 mengalami penurunan masing-masing sebesar 10,5 bps dan 34,6 bps sehingga berdampak terjadinya penurunan tingkat imbal hasil sebesar 2,3 bps di level 3,404% dan 4,1 bps di level 3,898%. Adapun harga dari INDO44 dan INDO49 mengalami kenaikan harga masing-masing sebesar 36,5 bps dan 44,8 bps sehingga berdampak pada turunnya tingkat imbal hasil sebesar 2,1 bps di level 4,729% dan 2,5 bps di level 4,618%.

Volume perdagangan Surat Utang Negara yang dilaporkan pada perdagangan kemarin mengalami kenaikan dibandingkan dengan volume perdagangan sebelumnya, yaitu senilai Rp24,08 triliun dari 44 seri Surat Utang Negara yang diperdagangkan. Obligasi Negara dengan seri FR0077 menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp5,34 triliun dari 52 kali transaksi yang diikuti oleh perdagangan Obligasi Negara seri FR0079 senilai Rp3,01 triliun dari 131 kali transaksi kemudian diikuti dengan perdagangan Obligasi Negara FR0078 sebesar Rp1,94 triliun dari 76 kali transaksi. Adapun dari perdagangan Sukuk Negara, Project Based Sukuk dengan seri PBS013 mengalami volume terbesar senilai Rp1,60 triliun dari 8 kali transaksi dan diikuti oleh volume Project Based Sukuk seri PBS019 dan PBS014 masing-masing sebesar Rp990,00 miliar dari 5 kali transaksi dan Rp422,67 miliar dari 4 kali perdagangan.

Sementara itu dari perdagangan obligasi korporasi, volume perdagangan yang dilaporkan lebih besar daripada volume perdagangan sebelumnya, yaitu senilai Rp1,37 triliun dari 51 seri obligasi korporasi yang ditransaksikan. Obligasi Berkelanjutan III Waskita Karya Tahap III Tahun 2018 (WSKT03ACN3) menjadi obligasi korporasi dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp207,00 miliar dari 12 kali transaksi dan diikuti oleh  Obligasi Berkelanjutan I Sarana Multi Infrastruktur Tahap I Tahun 2016 Seri A (SMII01ACN1) senilai Rp200,00 miliar dari 1 kali transaksi. Sementara itu, volume untuk Obligasi Berkelanjutan IV Adira Finance Tahap V Tahun 2019 Seri A (ADMF04ACN5) sebesar Rp171,00 miliar dari 3 kali perdagangan dan Obligasi Berkelanjutan I Sinar Mas Multifinance Tahap II Tahun 2019 Seri B (SMMF01BCN2) sebesar Rp100,00 miliar dari 3 kali transaksi.

Nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika pada perdagangan kemarin melemah sebesar 83 pts (0,59%) di level 14187,00 per Dollar Amerika dimana pelemahan nilai tukar Rupiah terjadi sepanjang sesi perdagangan yang bergerak pada kisaran 14128,00 hingga 14188,00 per Dollar Amerika. Nilai tukar mata uang Rupiah tersebut mengalami pelemahan ditengah pelemahan sebagian besar mata uang regional. Adapun yang memimpin penguatan pada mata uang regional didapati pada mata uang Yen Jepang (JPY) sebesar 0,29% dan diikuti oleh mata uang Peso Filipina (PHP) sebesar 0,17%. Sedangkan untuk mata uang regional yang mengalami pelemahan mata uang tertinggi didapati pada mata uang Won Korea Selatan (KRW) sebesar 0,84% yang diikuti pelemahan mata uang Rupiah Indonesia (IDR) sebesar 0,59% dan Rupee India (INR) sebesar 0,56%. Sementara itu, mata uang Renminbi China (CNY), Baht Thailand (THB), dan Dollar Singapura (SGD) masing-masing mengalami pelemahan sebesar 0,35%; 0,34%; dan 0,23% terhadap Dollar Amerika.

Sementara itu, tingkat imbal hasil US Treasury dengan tenor 10 tahun dan 30 tahun mengalami penurunan yang terbatas sehingga masing—masing berada pada level 2,529% dan 2,941%. Namun, penurunan imbal hasil US Treasury tersebut berbeda dengan yang terjadi pada saham utama Amerika, dimana untuk indeks NASDAQ mengalami kenaikan sebesar 21 bps di level 8118,68 dan sedangkan untuk indeks DJIA mengalami penurunan sebesar 51 bps di level 26462,08. Adapun untuk pasar obligasi Inggris (Gilt) bertenor 10 tahun mengalami penurunan imbal hasil sehingga berada pada level 1,154% dan surat utang Jerman (Bund) dengan tenor yang sama didapati penurunan imbal hasil di level –0,012%. 

Pada perdagangan hari ini kami perkirakan harga Surat Utang Negara masih akan bergerak terbatas dengan kecenderungan mengalami penurunan. Potensi penurunan harga Surat Utang Negara tersebut didorong oleh perubahan nilai tukar rupiah terhadap Dollar Amerika akibat pesismisnya para pelaku pasar terhadap beberapa sentimen baik dari domestik maupun dari eksternal. Hanya saja, dengan kondisi fundamental ekonomi domestik yang cukup baik maka para pelaku pasar akan cenderung beralih kepada aset negara berkembang, termasuk Indonesia, ditengah gejolak perekonomian global.

Rekomendasi

Dengan kondisi tersebut, maka kami sarankan kepada investor untuk tetap mencermati arah pergerakan harga Surat Utang Negara. Kami merekomendasikan kepada investor untuk melakukan strategi trading di tengah pergerakan harga Surat Utang Negara yang cenderung terbatas dengan fokus kepada pergerakan nilai tukar Rupiah. Adapun seri - seri yang menarik pada kondisi tersebut diantaranya adalah sebagai berikut: FR0061, FR0063, FR0070, FR0056, FR0059 dan FR0071.

Rencana Lelang Surat Berharga Syariah Negara seri SPNS01112019 (new issuance), PBS014 (reopening), PBS019 (reopening), PBS021 (reopening), PBS022 (reopening), PBS015 (reopening) pada hari Selasa, tanggal 30 April 2019.    

Back Download PDF
Copyright © 2024 MNC Sekuritas. All Right Reserved. A Member of MNC Group