Beranda

RESEARCH

Company Update

28 Mei 2019

Fixed Income Notes 28 Mei 2019

Adanya sentimen domestik dan global serta tren positif penguatan nilai tukar mata uang Rupiah terhadap Dollar Amerika mengakibatkan terjadinya kenaikan harga Surat Utang Negara pada perdagangan kemarin, hari Senin, 27 Mei 2019

Pada perdagangan awal pekan ini, hari Senin, tanggal 27 Mei 2019, tingkat imbal hasil Surat Utang Negara mengalami rata-rata penurunan sebesar 1 bps setelah terjadinya rata-rata kenaikan harga Surat Utang Negara hingga sebesar 8,3 bps. Adapun untuk Surat Utang Negara bertenor pendek (1-4 tahun) terjadi penurunan tingkat imbal hasil mencapai 2,4 bps yang didorong oleh perubahan harga sebesar 1,4 bps. Sementara itu, untuk tingkat imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor menengah (5-7 tahun) mengalami penurunan tingkat imbal hasil hingga mencapai 1,7 bps yang diakibatkan oleh kenaikan harga hingga sebesar 9,6 bps. Selanjutnya, untuk tingkat imbal hasil Surat Utang Negara bertenor panjang (diatas 7 tahun) didapati penurunan tingkat imbal hasil sebesar 8 bps yang berdampak setelah adanya kenaikan harga sebesar 59 bps. 

Harga Surat Utang Negara pada perdagangan kemarin mengalami kenaikan sehingga berdampak pada turunnya tingkat imbal hasil Surat Utang Negara. Kenaikan harga tersebut masih didorong oleh menguatnya nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika yang mengalami tren positif selama seminggu terakhir ini. Hanya saja, penguatan Rupiah pada perdagangan kemarin mulai bergerak terbatas. Hal ini dikarenakan adanya sentimen dari perang dagang antara Amerika dan China yang membuat para pelaku pasar kembali khawatir akan pertumbuhan ekonomi global. Sementara itu, adanya lelang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) yang akan diselenggarakan pada hari ini akan membuat para pelaku pasar menahan diri melakukan transaksi di pasar sekunder yang terindikasi dari menurunnya volume perdagangan kemarin dibandingkan dengan volume perdagangan sebelumnya.

Sehingga secara keseluruhan, pergerakan harga Surat Utang Negara pada perdagangan kemarin telah mendorong terjadinya penurunan imbal hasil Surat Utang Negara seri acuan. Adapun untuk tenor 5 tahun dan 10 tahun mengalami penurunan imbal hasil sebesar 0,3 bps masing-masing dilevel 7,449% dan 7,894%. Sementara itu, untuk Surat Utang Negara seri acuan dengan tenor 15 tahun dan 20 tahun, juga terjadi penurunan imbal hasil masing-masing turun sebesar 1,1 bps di level 8,350% dan 2,8 bps di level 8,391%.

Volume perdagangan Surat Utang Negara yang dilaporkan pada perdagangan kemarin menurun dibandingkan perdagangan sebelumnya yaitu senilai Rp8,89 triliun dari 38 seri Surat Utang Negara yang diperdagangkan dengan volume perdagangan seri acuan yang dilaporkan senilai Rp3,91 triliun. Surat Utang Negara seri FR0078 menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp1,24 triliun dari 65 kali transaksi di harga rata - rata 102,50% yang diikuti oleh perdagangan Obligasi Negara seri FR0068 senilai Rp971,71 miliar  dari 62 kali transaksi di harga rata - rata 101,03%. Sementara itu, untuk volume Surat Berharga Syariah Negara tertinggi didapati pada Project Based Sukuk dengan seri PBS014 sebesar Rp120,00 dari 8 kali transaksi dan diikuti oleh seri PBS006 sebesar Rp20,00 miliar untuk 2 kali perdagangan.
 
Sementara itu dari perdagangan surat utang korporasi, volume perdagangan yang dilaporkan menurun dibandingkan dengan perdagangan sebelumnya senilai Rp1,42 triliun dari 44 seri obligasi korporasi yang diperdagangkan. Obligasi Berkelanjutan Indonesia Eximbank III Tahap IV Tahun 2017 Seri D (BEXI03DCN4) menjadi obligasi korporasi dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp250,00 miliar dari 9 kali transaksi di harga rata—rata 101,86% dan diikuti oleh perdagangan Obligasi Berkelanjutan Indonesia Eximbank IV Tahap IV Tahun 2019 Seri C (BEXI04CCN4) senilai Rp200,00 miliar dari 5 kali transaksi di harga rata - rata 100,74% yang kemudian diiringi dengan Sukuk Wakalah Medco Power Indonesia II Tahun 2019 Seri A (SWMEDP02A) sebesar Rp190,60 miliar untuk 10 kali transaksi di harga 100,21%. 

Pada perdagangan kemarin, nilai tukar Rupiah mengalami penguatan sebesar 10,00 pts (0,07%) di posisi 14380,00 per dollar Amerika. Penguatan nilai tukar Rupiah tersebut bergerak sepanjang sesi perdagangan  berkisar antara 14352,00 hingga 14385,00 per dollar Amerika. Penguatan nilai tukar rupiah tersebut terjadi ditengah penguatan nilai mata uang regional. Adapun yang memimpin penguatan mata uang regional didapati pada mata uang Won Korea Selatan (KRW) sebesar 0,33% yang kemudian diikuti oleh mata uang Dollar Taiwan (TWD) sebesar 0,21% dan Baht Thailand (THB) sebesar 0,07%. Sedangkan mata uang regional yang mengalami pelemahan terbesar didapati pada mata uang Yen Jepang (JPY) sebesar 0,16% dan diikuti oleh Peso Filipina (PHP) yang melemah sebesar 0,10% terhadap Dollar Amerika.

Pada perdagangan hari ini kami perkirakan harga Surat Utang Negara akan cenderung bergerak terbatas di awal perdagangan jelang pelaksanaan lelang penjualan Surat Berharga Syariah Negara (SBSN). Menjelang lelang, harga Surat Utang Negara relatif bergerak terbatas dikarenakan pelaku pasar akan fokus pada pelaksanaan lelang, dimana pemerintah berencana untuk menerbitkan Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) senilai Rp6,00 triliun dari enam seri Surat Berharga Syariah Negara yang ditawarkan kepada investor. Pada lelang sebelumnya, pemerintah meraup dana senilai Rp5,15 triliun dari total penawaran yang masuk senilai Rp20,46 triliun. Sementara itu, beberapa seri dengan tenor di atas 5 tahun menawarkan tingkat imbal hasil diatas 8,0% sehingga mendorong para pelaku pasar untuk melakukan pembelian selektif dengan memanfaatkan momentum cukup tingginya imbal hasil Surat Utang Negara. Hanya saja, hal ini akan dibatasi oleh faktor antisipasi pelaku pasar jelang libur panjang di awal bulan Juni 2019. 

Dari faktor eksternal, imbal hasil dari US Treasury ditutup dengan mengalami penurunan. Imbal hasil dari US Treasury dengan tenor 10 tahun ditutup turun di level 2,31% seiring dengan tenor 30 tahun yang ikut ditutup turun pada level 2,737%. Sementara itu, imbal hasil dari surat utang Inggris (Gilt) dengan tenor 10 tahun dan 30 tahun mengalami kenaikan masing-masing pada level 0,959% dan 1,523%. Adapun imbal hasil dari surat utang Jerman (Bund) ditutup turun di level –0,141% dan 0,502% untuk tenor 10 tahun dan 30 tahun. 

Rekomendasi
Dengan beberapa faktor tersebut, maka kami menyarankan kepada investor untuk tetap mencermati arah pergerakan harga Surat Utang Negara dengan fokus kepada pergerakan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika. Pergerakan harga yang terbatas di pasar sekunder dapat dimanfaatkan oleh investor untuk melakukan strategi trading. Berikut merupakan beberapa seri yang tepat dengan beberapa kondisi tersebut: FR0031, FR053, FR0061, FR0056, FR0059, FR0059, FR0064 dan FR0071.   

 

Back Download PDF
Copyright © 2024 MNC Sekuritas. All Right Reserved. A Member of MNC Group