Beranda

RESEARCH

Company Update

29 November 2018

Fixed Income Notes 29 November 2018

  • Imbal hasil Surat Utang Negara pada perdagangan hari Rabu, 28 November 2018 ditutup dengan kecenderungan mengalami kenaikan didorong oleh aksi jual oleh investor memanfaatkan momemtum pelemahan nilai tukar Rupiah.
  • Sempat dibuka dengan kecenderungan penurunan, imbal hasil Surat Utang Negara pada perdagangan kemarin ditutup dengan kecenderungan mengalami kenaikan berkisar antara 3 bps hingga 9 bps dengan rata -  rata mengalami kenaikan sebesar 5 bps. Imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor pendek mengalami kenaikan yang berkisar antara 3 bps hingga 8 bps setelah mengalami koreksi harga hingga sebesar 25 bps. Sementara itu imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor menengah terlihat mengalami kenaikan yang berkisar antara 3 bps hingga 9 bps setelah adanya penurunan harga yang berkisar antara 15 bps hingga 40 bps. Adapun untuk tenor panjang, perubahan tingkat imbal hasilnya berkisar antara 3 bps hingga 8 bps dengan adanya koreksi harga hingga sebesar 60 bps. Kenaikan imbal hasil juga didapati pada Surat Utang Negara seri acuan, dimana untuk seri acuan dengan tenor 5 tahun dan 10 tahun mengalami kenaikan masing - masing sebesar 6 bps di level 7,853% dan 7,901%. Sedangkan seri acuan dengan tenor 15 tahun mengalami kenaikan sebesar 7,5 bps di level 8,154% dan tenor 20 tahun mengalami kenaikan imbal hasil sebesar 5 bps di level 8,303%.
  • Kenaikan imbal hasil Surat Utang Negara pada perdagangan kemarin didorong oleh aksi jual oleh investor di pasar sekunder dengan memanfaatkan momentum pelemahan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika. Setelah bergerak dengan mengalami tren kenaikan harga sejak awal bulan November, harga Surat Utang Negara secara teknikal telah berada pada area jenuh beli (overbought) sehingga kondisi tersebut menyebabkan harga Surat Utang Negara berpotensi untuk mengalami koreksi. Adanya faktor pelemahan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika, mendorong investor untuk memanfaatkan momentum tersebut untuk melakukan penjualan guna merealisasikan keuntungan (profit taking). 
  • Dari perdagangan Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang Dollar Amerika, pergerakan harga menunjukkan kecenderungan mengalami kenaikan yang terbatas di tengah kembali turunnya persepsi risiko yang tercermin pada penurunan angka Credit Default Swap (CDS). Kenaikan harga juga didorong oleh relatif stabilnya pergerakan imbal hasil US Treasury sebagai respon atas pernyataan pejabat Bank Sentral Amerika yang menyatakan bahwa Bank Sentral Amerika akan memperhatikan data indikator ekonomi sebelum kembali memutuskan untuk menaikkan suku bunga acuannya. Kenaikan harga yang terbatas pada perdagangan kemarin berdampak terhadap terbatasnya perubahan tingkat imbal hasilnya. Harga dari INDO25 mengalami kenaikan sebesar 7 bps sehingga mendorong terjadinya penurunan imbal hasil sebesar 1,5 bps di level 4,698%. Adapun harga dari INDO43 mengalami kenaikan sebesar 5 bps yang mendorong terjadinya penurunan imbal hasilnya kurang dari 1 bps di level 5,481%. 
  • Volume perdagangan Surat Berharga Negara pada perdagangan kemarin senilai Rp9,01 triliun dari 41 seri Surat Berharga Negara yang diperdagangkan dengan volume perdagangan seri acuan yang dilaporkan senilai Rp2,32 triliun. Obligasi Negara seri FR0061 menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp1,767 triliun dari 30 kali transaksi dan ditutup pada level harga 97,26% yang diikuti oleh perdagangan Obligasi Negara seri FR0063 senilai Rp1,575 triliun dari 10 kali transaksi dan ditutup di level harga 91,70%. Adapun Surat Perbendaharaan Negara seri SPNS11012019 menjadi Sukuk Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp176,00 miliar dari 2 kali transaksi di harga rata - rata 99,35% dan diikuti oleh perdagangan Sukuk Negara Ritel seri SR008 senilai Rp121,99 miliar dari 10 kali transaksi di harga rata - rata 100,09%.
  • Dari perdagangan surat utang korporasi, volume perdagangan yang dilaporkan senilai Rp1,53 triliun dari 50 seri surat utang korporasi yang diperdagangkan. Obligasi Berkelanjutan IV Adira Finance Tahap III Tahun 2018 Seri A (ADMF04ACN3) menjadi surat utang korporasi dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp200,00 miliar dari 4 kali transaksi di harga rata - rata 99,61% yang diikuti oleh perdagangan Surat Berharga Hak Atas Pendapatan Penjualan Tiket Kelas A (MGIA01) senilai Rp184,00 miliar dari 5 kali transaksi di harga rata - rata 100,66%.
  • Nilai tukar Rupiah pada perdagangan kemarin kembali ditutup dengan mengalami pelemahan, sebesar 14,00 pts (0,10%) di level 14529,00 per Dollar Amerika. Bergerak pada kisaran 14520,50 hingga  14545,00 per Dollar Amerika, nilai tukar Rupiah pada perdagangan kemarin mengalami pelemahan sepanjang sesi perdagangan di tengah nilai tukar mata uang regional yang bergerak dengan arah perubahan yang bervariasi terhadap Dollar Amerika. Mata uang Ringgit Malaysia (MYR) memimpin pelemahan mata uang regional, sebesar 0,30% yang diikuti oleh mata uang Rupiah dan Dollar Taiwan (TWD) sebesar 0,05%. Adapun mata uang Won Korea Selatan (KRW) memimpin penguatan mata uang regional, sebesar 0,25% yang diikuti oleh mata uang Rupee India (INR) sebesar 0,22%. 
  • Imbal hasil surat utang global pada perdagangan kemarin ditutup dengan arah perubahan yang bervariasi di tengah beragamnya sentimen yanga da di pasar surat utang. Imbal hasil US Treasury dengan tenor 10 tahun dan 30 tahun masing - maisng ditutup di level 3,048% dan 3,34% merespon pidato dari Gubernur Bank Sentral Amerika yang menyatakan bahwa tingkat suku bunga acuan sedikit di bawah kondisi netral, yang mengindikasikan bahwa masih ada peluang kenaikan suku bunga acuan namun dengan tetap memperhatikan beberapa indikator ekonomi. Adapun imbal hasil surat utang Inggris ditutup dengan mengalami penurunan di level 1,376% sementara itu surat utang Jerman justru ditutup dengan kenaikan terbatas di level 0,35%. 
  • Pada perdagangan hari ini, kami perkirakan harga Surat Utang Negara berpotensi untuk mengalami kenaikan yang kami perkirakan akan didukung oleh meredanya tekanan terhadap nilai tukar Rupiah seiring dengan pelemahan mata uang Dollar Amerika terhadap mata uang utama dunia. Pelaku pasar masih akan mencermati disampaikannya notulen Rapat Dewan Gubernur Bank Sentral Amerika (FOMC Minutes) yang akan disampaikan pada hari Jum'at waktu setempat. Menjelang berakhirnya sesi perdagangan di bulan November, kami perkirakan pelaku pasar juga akan berusaha untuk menjaga kinerja portofolionya, sehingga akan menyebabkan pergerakan harga Surat Utang Negara akan cenderung menguat.
  • Rekomendasi : Adanya koreksi harga Surat Utang Negara dapat dimanfaatkan oleh investor yang ingin menempatkannya dananya di Surat Berharga Negara untuk mulai melakukan pembelian secara bertahap. Beberapa seri Surat Berharga Negara cukup menarik unntuk dicermati apabila harga Surat Berharga Negara kembali mengalami penurunan, diantaranya adalah sebagai berikut : *FR0053, FR0061, FR0043, FR0070, FR0073, FR0054, FR0058, FR0068, FR0072 dan FR0045. *

Back Download PDF
Copyright © 2024 MNC Sekuritas. All Right Reserved. A Member of MNC Group