Beranda

RESEARCH

Company Update

31 Juli 2019

Fixed Income Notes 31 Juli 2019

Pada perdagangan kemarin, hari Selasa, tanggal 30 Juli 2019, harga Surat Utang Negara mengalami penurunan seiring dengan melemahnya nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika di tengah para pelaku pasar  yang menantikan rilisnya suku bunga acuan The Fed.
 
Harga Surat Utang Negara pada perdagangan kemarin hari Selasa, tanggal 30 Juli 2019 bergerak mengalami penurunan hingga sebesar 125 bps yang mendorong terjadinya kenaikan tingkat imbal hasil hingga sebesar 12 bps. Harga Surat Utang Negara dengan tenor pendek (1-4 tahun) tercatat mengalami rata-rata penurunan terbatas hanya sebatas 3 bps yang berdampak pada meningkatnya imbal hasil sebesar 1,1 bps. Adapun untuk Surat Utang Negara dengan tenor menengah (5-7 tahun) mengalami penurunan harga hingga sebesar 10 bps yang mendorong terjadinya kenaikan tingkat imbal hasil hingga 6 bps. Surat Utang Negara dengan tenor panjang (diatas 7 tahun) didapati terjadinya penurunan rata-rata harga sebesar 120 bps yang mengakibatkan terjadinya kenaikan imbal hasil hingga sebesar 12 bps. 
 
Pada perdagangan kemarin, hari Selasa tanggal 30 Juli 2019, harga Surat Utang Negara bergerak bervariasi dengan kecenderungan mengalami penurunan pada sebagian besar seri. Pergerakan harga tersebut dipengaruhi oleh perubahan nilai tukar mata uang Rupiah terhadap Dollar Amerika yang juga ikut bergerak mengalami pelemahan seiring berlangsungnya Rapat Dewan Gubernur Bank Sentral Amerika (FOMC Meeting). Kondisi tersebut berpeluang mengakibatkan para pelaku pasar melakukan aksi wait and see menunggu hasil kebijakan tersebut. Meskipun para pelaku pasar berharap suku bunga acuan The Fed dapat mengalami penurunan 25 bps yang berada pada level 2,00-2,25%. 

Sementara itu, dari proses lelang kemarin, pemerintah berhasil meraup dana sebesar Rp21,45 triliun dari total penawaran yang masuk sebesar Rp43,27 triliun. Angka tersebut menurun dibandingkan dengan hasil lelang Surat Utang Negara sebelumnya yang mencapai Rp22,05 triliun dari total penawaran sebesar Rp53,14 triliun.
 
Secara keseluruhan, perubahan harga yang terjadi pada perdagangan kemarin juga mendorong terjadinya kenaikan imbal hasil Surat Utang Negara seri acuan. Adapun Surat Utang Negara seri acuan dengan tenor 5 tahun meningkat 6 bps pada level 6,732%; kenaikan imbal hasil seri acuan dengan tenor 10 tahun juga bergerak sebesar 5 bps pada level 7,308%. Sedangkan untuk seri acuan tenor 15 tahun mengalami kenaikan sebesar 3 bps pada level 7,624% dan kenaikan imbal hasil seri acuan dengan tenor 20 tahun sebesar 2 bps pada level 7,789%.  
 
Pada perdagangan kemarin, imbal hasil Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang asing bergerak dengan arah yang bervariasi dengan kecenderungan mengalami kenaikan pada sebagian besar serinya. Harga dari INDO24 mengalami penurunan sebesar 1 bps yang mendorong kenaikan imbal hasil sebesar 0,2 bps di level 2,792%. Adapun pergerakan harga dari INDO29 juga ikut turun sebesar 4 bps yang berdampak pada naiknya imbal hasil sebesar 0,4 bps di level 3,171%. Sementara itu, dari INDO44 mengalami penurunan harga sebesar 1 bps yang berdampak pada kenaikan tingkat imbal hasil terbatas dibawah 1 bps di level 4,221%. Sementara itu, dari INDO49 mengalami kenaikan harga sebesar 1,5 bps yang mendorong terjadinya penurunan tingkat imbal hasil terbatas di bawah 1 bps di level 4,105%.
 
Sementara itu volume perdagangan Surat Utang Negara yang dilaporkan pada perdagangan kemarin mengalami kenaikan dibandingkan dengan volume perdagangan sebelumnya. Volume perdagangan yang dilaporkan senilai Rp11,37 triliun dari 39 seri Surat Utang Negara yang dilaporkan dimana volume perdagangan seri acuan yang dilaporkan senilai Rp4,25 triliun. Obligasi Negara seri FR0078 menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp2,88 triliun dari 109 kali transaksi. Obligasi Negara seri acuan dengan tenor 10 tahun tersebut diperdagangkan pada harga rata - rata 106,97%. Adapun Surat Perbendaharaan Negara Syariah seri SPNS01112019 menjadi Surat Berharga Syariah Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp327,00 miliar dari 1 kali transaksi dengan harga di level 98,58%. 
 
Dari perdagangan obligasi korporasi yang dilaporkan pada perdagangan di hari Selasa tanggal 30 Juli 2019 senilai Rp1,33 triliun dari 48 seri obligasi korporasi yang diperdagangkan. Obligasi Berkelanjutan III Bank BTN Tahap II Tahun 2019 Seri C (BBTN03CCN2) menjadi obligasi korporasi dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp400,00 miliar dari 8 kali transaksi dan diikuti oleh Sukuk Ijarah TPS Food II Tahun 2016 (SIAISA02) dan Obligasi Berkelanjutan III Bank BTN Tahap II Tahun 2019 Seri A (BBTN03ACN2) masing-masing senilai Rp200,00 miliar dari 3 kali transaksi dan Rp93,00 miliar dari 2 kali perdagangan.  
 
Adapun nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika ditutup pada level 14025,00 per dollar Amerika yang melemah sebesar 5,00 pts dibandingkan dengan level penutupan sebelumnya. Pelemahan nilai tukar mata uang rupiah terhadap dollar Amerika bergerak cukup fluktuatif sepanjang sesi perdagangan. Dibuka melemah kemudian sempat bergerak menguat di tengah sesi dan kembali melemah hingga akhir sesi perdagangan. Adapun nilai tukar rupiah bergerak pada kisaran 14018—14039 per Dollar Amerika. Pelemahan rupiah tersebut diikuti oleh sebagian besar mata uang regional yang bergerak menguat, dimana yang memimpin penguatan mata uang regional yaitu Peso Filipina (PHP) sebesar 0,49% dan diikuti oleh mata uang Baht Thailand (THB) dan Renminbi China (CNY) yang masing-masing menguat sebesar 0,37% dan 0,19%. Sementara itu, pelemahan mata uang regional terbesar didapati pada mata uang Rupee India (INR) sebesar 0,19% dan diikuti oleh mata uang Rupiah Indonesia (IDR) sebesar 0,04% terhadap Dollar Amerika.

Pada perdagangan hari ini kami perkirakan bahwa harga Surat Utang Negara masih akan bergerak dengan peluang untuk mengalami penurunan melanjutkan tren penurunan harga yang terjadi pada perdagangan sebelumnya. Hanya saja, kami perkirakan penurunan tersebut bergerak terbatas akibat para pelaku pasar yang cenderung menahan diri dan melakukan aksi wait and see menjelang disampaikannya pengumuman suku bunga acuan The Fed besok.
 
Sementara itu, Imbal hasil dari US Treasury dengan tenor 10 tahun dan 30 tahun ditutup dengan mengalami penurunan masing-masing pada level 2,058% dan 2,58%. Adapun penurunan imbal hasil US Treasury tersebut seiring dengan penurunan indeks saham utamanya. Untuk indeks NASDAQ terpantau mengalami pelemahan sebesar 24 bps di level 8273,61 dan indeks DJIA turun sebesar 9 bps di level 27198,02. Sementara itu, imbal hasil dari Surat Utang Jerman (Bund) untuk tenor 10 tahun ditutup mengalami penurunan di level –0,40% sedangkan untuk surat utang Inggris (Gilt) mengalami kenaikan imbal hasil di level 0,635%.

Rekomendasi
Dengan kondisi tersebut, maka kami sarankan kepada investor untuk tetap mencermati arah pergerakan harga Surat Utang Negara. Kami merekomendasikan kepada investor untuk melakukan strategi trading di tengah pergerakan harga Surat Utang Negara yang cenderung bergerak berfluktuasi dengan fokus kepada pergerakan nilai tukar Rupiah. Adapun seri - seri yang menarik pada kondisi tersebut diantaranya adalah sebagai berikut: FR0031, FR0034, FR0053, FR0061, FR0063, FR0070, FR0056, FR0059 dan FR0064.
 
Pemerintah meraup dana senilai Rp21,45 triliun dengan melaksanakan lelang Surat Utang Negara pada tanggal 30 Juli 2019 untuk seri SPN03191031 (new issuance), SPN12200410 (reopening), FR0081 (new issuance), FR0082 (new issuance), FR0080 (reopening), FR0079 (reopening) dan FR0076 (reopening).
 

Back Download PDF
Copyright © 2024 MNC Sekuritas. All Right Reserved. A Member of MNC Group