Ditengah hiruk-pikuk politik saat ini, tanpa disadari atau mungkin sadar, Rupiah merayap turun menuju level 15,400 (padahal 7DRR sudah naik 5 kali, cadev sudah turun US$15 miliar YTD, B20 sudah diterapkan dan pajak impor sudah dinaikkan) bahkan Rupiah bisa berpeluang akan lebih terdepresiasi menyusul adanya statement CAD Indonesia hingga akhir tahun 2018 bisa diatas -3% serta DJIA turun -0.75%, EIDO turun tajam -3.64%, Nikel turun -2.88%, Timah turun -0.46% maka besar kemungkinan ES perkirakan IHSG akan kembali MELANJUTKAN KEJATUHAN nya didalam perdagangan akhir pekan ini. Melihat kondisi tersebut, investor MNC Sekuritas justru harus lebih fokus BUY saham berbasis Oil (MEDC, ELSA, AKRA), Gas (PGAS), Coal (PTBA, ITMG, ADRO, HRUM, INDY, UNTR, DOID), Metal (ANTM, TINS, INCO) dan export oriented (MARK, INKP, TKIM, MYOR, ICBP, WOOD, SRIL). Dilain pihak, melanjutkan saran ES sebelumnya, AVOID dulu saham sektor konstruksi dan properti hingga kondisi kembali kondusif.
Dampak Penurunan Harga CPO Mempengaruhi Kualitas Kredit. Lembaga pemeringkat Moody's Investors Service melaporkan penurunan harga minyak kelapa sawit atau CPO membuat kualitas kredit perusahaan terkait, seperti PT Sawit Sumbermas Sarana (SSMS) dan PT Tunas Baru Lampung (TBLA), mengalami tantangan peringkat kredit menyusul harga minyak kelapa sawit sejak awal 2018 hingga September sudah menurun 14% menjadi 2.065 ringgit per ton. Ini menjadi level terendah sejak 2015. Ada tiga faktor yang dapat menekan harga CPO ke depannya. Pertama, meningkatnya pasokan dan persediaan di Indonesia serta Malaysia, kedua, kenaikan tarif dan pembatasan negara importir besar seperti India. Ketiga, pelemahan harga minyak kedelai sebagai komoditas subtitusi.
BUY: PTBA, SRIL, INCO, ICBP.
BOW: MARK, MEDC, ADRO, ITMG, HRUM, INDY, UNTR, ASII, JSMR, ANTM, PGAS, TKIM, CPIN, JPFA, BMRI, MYOR, INKP, BBNI, BBRI, GGRM, BBCA, ELSA, AKRA, TLKM, TINS, BRPT, UNVR.
