Tanggapan positif atas RAPBN 2018 yang kemudian mendorong aksi beli saham rokok, properti, perbankan, semen, telko, dan otomotif menjadi katalis pendorong IHSG menguat dihari ke-3 dihari Rabu sebesar +1% tetapi disertai Net Sell Asing sebesar Rp-121 miliar sehingga Net Buy Asing YTD tersisa Rp3.62 trilun atau TURUN TAJAM Rp-25.2 trilun atau sekitar -87.4% dari level tertinggi Net Buy Asing yang sempat tercatat Rp28.8 triliun. Untuk Jumat ini IHSG diperkirakan berpeluang terkena aksi profit taking seiring kejatuhan tajam DJIA -1.24%, EIDO -1.29%, dan Oil -1.16%.
PT Adhi Karya Tbk (ADHI), membukukan kontrak baru Rp26.8 triliun dalam periode Januari-Juli 2017 atau bertambah Rp1.4 triliun dibandingkan dengan Rp25.4 triliun pada Januari-Juni 2017. Adapun kontrak baru tersebut diantaranya perolehan kontrak dari proyek kereta ringan (light rail transit/LRT) Jakarta, Bogor, Depok, Bekasi (Jabodebek) fase I. Selanjutnya pembangunan Kampus Sam Ratulangi Manado [Rp218.5 miliar], Groundsill Bojonegoro [Rp178.9 miliar], dan pembangunan CY dan Reklamasi Terminal Peti Kemas Kendari New Port [Paket 2] [Rp134.3 miliar]. Berdasarkan lini bisnisnya, konstruksi dan energi berkontribusi paling besar terhadap perolehan kontrak baru dengan porsi 92.6% dan sisanya berasal dari lini bisnis lainnya. Berdasarkan segmentasi sumber dana, realisasi kontrak baru terdiri dari pemerintah dengan porsi 82.5%, BUMN sebesar 8.2%, sedangkan swasta atau lainnya sebanyak 9.3%. Sementara itu, berdasarkan tipe pekerjaan, perolehan kontrak baru terdiri dari proyek jalan, jembatan,dan LRT sebanyak 74.9%, proyek gedung sebanyak 16.3%, serta proyek infrastruktur lainnya sebesar 8.8%. Sebagai gambaran, Adhi Karya menargetkan kontrak baru sebesar Rp21.4 triliun pada 2017 di mana lini bisnis konstruksi ditargetkan memberikan kontribusi sebesar 75.1%, energi (EPC) 11.3%, properti 11.5%, dan industri sebesar 2.1%.