Secara week-on-week, IHSG telah menguat sebesar +70.2 persen atau +1.16 point ke 6,126. Meskipun dibayangi oleh tingginya uncertainty risk pada makroekonomi global, dalam sepekan, IHSG telah menguat signifikan sekitar +1.2% ke 6,126, dengan didorong oleh penguatan pada sektor: basic industry (+4.7%); property (+2.1%); dan consumer (+2.1%). Namun demikian, investor portofolio asing mencatatkan net sell IDR 764bn. Investor portofolio masih khawatir terhadap perselisihan dagang antara US-China yang sedang 'gencatan senjata'. Selain itu, Investor portofolio wait and see atas US inflation dan interest rate decision by ECB. Secara technical analysis, IHSG telah break 6120 sebagai resistance level terkuat. Apakah IHSG telah menunjukkan uptrend dalam jangka pendek dan telah menunjukkan 'out of channel'? Pergerakan IHSG masih akan dibayangi oleh tingginya uncertainty risk pada makroekonomi global.Kami perkirakan IHSG akan bergerak dalam range 5,980-6,180.
Wall Street dalam sepekan bergerak melemah sebesar -1,149 point atau –4.50 persen di level 24,389. Perlemahan tersebut seiring dengan kekhawatiran investor akan yield US Treasury bertenor 2 tahun dan 3 tahun kini berada di atas yield 5 tahun atau membentuk inverted yield curve. Hal tersebut mengindikasikan bahwa biasanya hal tersebut terjadi mengawawi resesi. Perkembangan perang dagang mulai menegang dengan penangkapan CFO Huawei, penangkapan tersebut datang dari AS.
Bursa Asia mayoritas mengalami perlemahan. Penangkapan CFO Huawei makin menambah ketegangan antar AS dan China. Hal tersebut menambah kekhawatiran akan memperbesar masa negosiasi. Bursa Jepang turun paling dalam sebesar –672 atau +3.01. Penguatan terjadi pada harga Oil sebesar +3.30% atau meningkat +1.7 point. Sementara harga minyak mentah rally setelah OPEC sepakat memangkas produksi minyak mentah pada 2019. Perlemah terjadi pada harga CPO sebesar –4.22 persen atau melemah –79 point.
