Beranda

RESEARCH

Company Update

27 Juli 2017

Weekly Analysis 24 Juli - 28 Juli 2017

  • Dari dalam negeri, IHSG mengakhiri perdagangan akhir pekan dengan ditutup turun -59,78 poin (-1,03%) ke level 5.765,42. Investor asing melakukan Net Sell sebesar Rp431 miliar di pasar reguler. Sepanjang pekan lalu, IHSG tercatat mengalami penurunan -1,13%, dengan diikuti oleh keluarnya dana asing sebesar Rp4,04 Triliun. Bayangan negatif masih menaungi IHSG. Investor asing masih terus melakukan net sell. Tercatat asing melakukan aksi jual sekitar US$ 344 juta atau sekitar Rp4,58 triliun, dengan asumsi kurs Rp13.320/USD, di keseluruhan pasar saham Indonesia selama sepekan lalu. Sentimen negatif lainnya adalah data penjualan mobil nasional yang mencatatkan penurunan diiringi dengan turunnya penjualan motor, sehingga menyebabkan saham ASII turun cukup dalam dan mendorong penurunan IHSG. Selain itu, ada juga pengaruh dari kasus hukum yang menimpa emiten DGIK dan AISA turut memberikan pengaruh negatif bagi IHSG.Pada sepekan ini diperkirakan IHSG akan bergerak pada rentang 5.708-5.817

  • Sentimen politik masih membayangi Amerika Serikat. Investor mulai pesimis terhadap kepemimpinan Donald Trump. Rencana program perawatan kesehatan yang digagas oleh Trump tidak jadi dibahas setelah empat senator dari partai republik mundur, sehingga membuat program tersebut ditunda. Hal ini memberikan indikasi bahwa rencana stimulus Presiden Trump tidak berjalan.Menjelang rilis sejumlah laporan laba perusahaan dan putusan kebijakan The Federal Reserve, diperkirakan akan memberikan ujian terbaru untuk pasar saham dalam pekan ini. Sementara itu, Amerika Serikat (AS) dan Cina gagal menyetujui langkah-langkah baru untuk mengurangi defisit perdagangan kedua negara. Kedua negara memiliki perbedaan pendapat yang cukup besar di beberapa topik kerja sama.

  • Harga minyak mentah merosot pada akhir perdagangan akhir pekan. Nigeria disebutkan siap untuk menutup atau bahkan mengurangi pasokan jika bisa mempertahankan produksinya sebesar 1,8 juta barel per hari (bph). Sedangkan Libya tidak berencana bergabung dalam segala bentuk kesepakatan pembatasan produksi hingga jumlah produksinya mencapai target 1,25 juta bph pada bulan Desember. Peningkatan produksi baik oleh Nigeria maupun Libya dalam beberapa bulan terakhir telah mendorong spekulasi bahwa OPEC dapat berupaya membatasi produksi kedua negara itu demi membantu menstabilkan pasar minyak. Harga minyak mentah Brent telah turun 15% tahun ini karena kekhawatiran bahwa kenaikan produksi dari Nigeria dan Libya, dan juga Amerika Serikat (AS), mengacaukan upaya pemangkasan produksi OPEC yang telah diperpanjang hingga Maret 2018. Sejumlah produsen minyak mentah dunia, termasuk Arab Saudi dan Rusia, dijadwalkan bertemu pada 24 Juli 2017 waktu setempat untuk menilai progres kesepakatan pemangkasan produksi. Libya mengatakan kepada pihak komite OPEC dan non-OPEC bahwa negara tersebut akan berjuang untuk mencapai dan mempertahankan produksi sebesar 1,25 juta bph, setidaknya selama sepanjang sisa tahun ini.

     

     

     

weekly

Back Download PDF
Copyright © 2024 MNC Sekuritas. All Right Reserved. A Member of MNC Group