Selama sepekan lalu pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah sebesar –418.5 poin atau –6.60% ke level 5,919.2. Tercatat bahwa Net Sell investor Asing dalam seminggu sebesar Rp 5.3 triliun. IHSG terbebani dengan Capital Outflow dikarenakan Imbal Hasil Obligasi Amerika Serikat mengalami kenaikan. Pada sepekan ini kami perkirakan IHSG akan bergerak dalam range 5,880-6,220.
Wall Street bergerak melemah –151.8 atau -0.62% di level 24,311. Pelemahan tersebut datang di tengah optimisme atas laporan keuangan. Peningkatan Imbal Hasil Obligasi Amerika Serikat bertenor 10 tahun berakhir di atas 3% setelah pasokan utang pemerintah melonjak karena kekurangan pendapatan menyusul langkah karena adanya kebijakan fiscal ekspansi dengan ditunjukan oleh penurunan pajak secara masif. Oleh karena itu pelaku pasar menyadari bahwa pemotongan pajak tentu saja meningkatkan pendapatan perusahaan. Meskipun penurunan pajak memberikan keuntungan untuk perusahaan, namun seiring kenaikan imbal hasil surat utang Amerika Serikat, pelaku pasar lebih tertarik mengalokasikan dananya ke Surat Utang dibandingkan di Pasar Saham karena lebih beresiko.
Bursa Asia pada pekan lalu di mixed. Bursa Jepang mengalami kenaikan sebesar +305.6 poin atau +1.38%, seiring dengan pelemahan yen setelah imbal hasil obligasi Amerika Serikat menguat. Berbalik dengan Bursa Hongkong yang mengalami penurunan sebesar –137.7 atau –0.45%. Harga komoditas mayoritas bergerak melemah. Pelemahan paling besar adalah Nikel yaitu –6.37 %, penurunan tersebut dikarenkan Nikel masuk kedalam daftar sanksi Amerika Serikat. Pelemahan berikutnya adalah Timah sebesar –825 atau -3.80%. Kenaikan tertinggi adalah Copper sebesar +0.08 atau +2.61.