Beranda

RESEARCH
09 April 2019

Fixed Income Notes 09 April 2019

Jelang diadakannya lelang Surat Utang Negara pada hari ini, perubahan imbal hasil Surat Utang Negara pada perdagangan hari Senin, 8  April 2019 mengalami kecenderungan kenaikan di tengah pelemahan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika akibat sentimen global.

Kenaikan tingkat imbal hasil yang terjadi pada perdagangan hari Senin, 8 April 2019 mencapai sebesar 7 bps, dengan rata-rata mengalami kenaikan sebesar 2 bps yang didorong oleh adanya penurunan harga hingga mencapai 50 bps. Imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor pendek mengalami perubahan hingga sebesar 4 bps di tengah adanya perubahan harga yang mencapai 11 bps. Sementara itu imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor menengah mengalami kenaikan hingga sebesar 5 bps didorong oleh adanya penurunan harga hingga 23 bps. Imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor panjang juga bergerak dengan kecenderungan mengalami kenaikan hingga sebesar 7 bps didorong oleh adanya penurunan harga yang bergerak turun dengan rata-rata penurunan harga sebesar 20 bps. Adapun dari Surat Utang Negara seri acuan, kenaikan imbal hasil terjadi pada keseluruhan seri dengan kenaikan yang mendekati 7 bps setelah mengalami penurunan harga yang bergerak diantara 17 bps hingga 49 bps. Seri acuan dengan tenor 5 tahun dan 10 tahun mengalami kenaikan imbal hasil masing - masing sebesar 5 bps di level 7,10% dan sebesar 7 bps di level 7,61%. Sementara itu untuk seri acuan dengan tenor 15 tahun dan 20 tahun mengalami kenaikan imbal hasil hingga mendekati 6 bps dan 2 bps yang masing-masing berada pada level 8,031% dan 8,139%.

Pergerakan imbal hasil Surat Utang Negara yang cenderung mengalami kenaikan pada perdagangan kemarin didorong oleh melemahnya nilai tukar rupiah terhadap Dollar Amerika. Hal ini dipengaruhi oleh kondisi ekonomi global dimana Amerika akan merilis data inflasi yang diperkirakan meningkat setelah melihat adanya kenaikan data tenaga kerja dan data tingkat upah yang dirilis pekan lalu. Data tersebut menjadi indikasi bahwa adanya potensi perlambatan ekonomi di Amerika. Sementara itu dari sisi domestik, posisi cadangan devisa Indonesia pada bulan Maret 2019 meningkat menjadi USD124,5 miliar, lebih tinggi dibandingkan dengan bulan sebelumnya sebesar USD123,3 miliar. Peningkatan cadangan devisa tersebut turut dipengaruhi oleh adanya kenaikan dari sisi penerimaan devisa migas dan valas lainnya. Namun, dari sentimen meningkatnya data cadangan devisa kemarin, harga Surat Utang Negara mengalami pergerakan yang terbatas. Hal ini mengindikasikan bahwa pelaku pasar cenderung menahan diri guna melakukan transaksi di pasar sekunder dan melakukan aksi wait and see menjelang diadakannya lelang Surat Utang Negara pada hari ini. 

Imbal hasil Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang Dollar Amerika  menunjukkan penurunan yang terjadi pada keseluruhan seri acuan Surat Utang Negara. Imbal hasil dari INDO24 mengalami penurunan sebesar 0,8 bps di level 3,503% didorong oleh adanya kenaikan harga hingga 4 bps. Adapun imbal hasil dari INDO29 pada perdagangan kemarin ditutup dengan mengalami penurunan sebesar 0,6 bps di level 3,911% dan imbal hasil pada INDO44 juga ditutup mengalami penurunan sebesar 0,5 bps sehingga berada pada level 4,824%. Sementara itu, untuk imbal hasil pada INDO49 mengalami turunnya imbal hasil sebesar 0,8 bps di level 4,667% yang diakibatkan oleh naiknya harga sebesar 14 bps.

Volume perdagangan Surat Berharga Negara yang dilaporkan pada perdagangan kemarin yaitu senilai Rp12,47 triliun dari 41 seri. Surat Berharga Negara dengan volume perdagangan seri acuan senilai Rp4,57 triliun. Obligasi Negara seri FR0078 menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp3,13 triliun dari 87 transaksi yang diikuti oleh perdagangan Obligasi Negara seri FR0059 senilai Rp1,02 triliun dari 17 kali transaksi. Adapun Project Based Sukuk seri PBS014 menjadi Sukuk Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp1,37 triliun dari 25 kali transaksi yang diikuti oleh perdagangan Project Based Sukuk seri PBS013 senilai Rp748,00 miliar dari 4 kali transaksi.

Adapun volume perdagangan surat utang korporasi yang dilaporkan senilai Rp1,15 triliun dari 58 seri surat utang korporasi yang diperdagangkan. Obligasi Berkelanjutan II Bank Maybank Indonesia Tahap IV Tahun 2019 Seri A (BNII02ACN4) menjadi surat utang korporasi dengan volume perdagangan terbesar senilai Rp174,30 miliar dari 9 kali transaksi yang diikuti oleh perdagangan Obligasi Berkelanjutan III Pegadaian Tahap II Tahun 2018 Seri B (PPGD03BCN2) senilai Rp120,00 miliar dari 3 kali transaksi. Selanjutnya, Obligasi Berkelanjutan III Federal International Finance Tahap V Tahun 2019 Seri B (FIFA03BCN5)  dengan volume perdagangan senilai Rp100,00 miliar dari 5 kali transaksi yang diikuti oleh perdagangan Obligasi Berkelanjutan III FIF Tahap III Tahun 2018 Seri B (FIFA03BCN3) senilai Rp80,40 miliar dari 6 kali transaksi. 

Sementara itu nilai tukar Rupiah ditutup melemah sebesar 35,00 pts (0,24%) di level 14167 per Dollar Amerika. Pergerakan nilai tukar Rupiah tersebut melemah sepanjang sesi perdagangan dan bergerak pada kisaran 14143 hingga 14173 per Dollar Amerika. Pelemahan nilai tukar Rupiah pada perdagangan kemarin terjadi di tengah melemahnya arah perubahan nilai tukar mata uang regional. Mata uang Won Korea Selatan (KRW) mengalami pelemahan tertinggi pada mata uang regional yaitu sebesar 0,73% diikuti oleh pelemahan mata uang Rupee India (INR) dan Rupiah Indonesia (IDR) masing-masing sebesar 0,62% dan 0,24%. Adapun mata uang Yen Jepang (JPY) dan Dollar Hongkong (HKD) yang mengalami penguatan masing—masing sebesar 0,25% dan 0,03% terhadap Dollar Amerika. 

Imbal hasil US Treasury dengan tenor 10 tahun dan 30 tahun ditutup menguat masing-masing di level 2,52% dan 2,93% ditengah kondisi pasar saham Amerika yang bergerak bervariasi, dimana indeks saham utamanya mengalami kenaikan hingga sebesar 19 bps di level 7953,88 (NASDAQ) dan mengalami penurunan sebesar 32 bps di level 26341,02 (DJIA). Adapun imbal hasil surat utang Inggris (Gilt) bertenor 10 tahun mengalami penurunan di level 0,709% sedangkan surat utang Jerman (Bund) mengalami kenaikan di level 0,008%.

Pada perdagangan hari ini, kami perkirakan harga Surat Utang Negara akan cenderung mengalami kenaikan jelang pelaksanaan lelang penjualan SUN (Surat Utang Negara). Pada hari ini pemerintah berencana untuk mengadakan lelang penjualan Surat Berharga Negara dengan target  senilai Rp15 triliun dari tujuh seri Surat Berharga Negara yang ditawarkan kepada investor. Kami perkirakan pelaku pasar masih akan mencermati pelaksanaan lelang sebelum kembali melakukan transaksi di pasar sekunder. 

Rekomendasi

Dengan masih terbukanya peluang terjadinya koreksi harga, maka kami sarankan kepada investor untuk tetap mencermati pergerakan harga Surat Utang Negara dengan fokus pada seri Surat Utang Negara dengan tenor pendek dan menengah. Beberapa seri yang cukup menarik untuk dicermati diantaranya adalah sebagai berikut ini: FR0069, FR0053, FR0061, FR0070 dan FR0056. Adapun Surat Utang Negara dengan tenor panjang yang cukup menarik adalah FR0058, FR0074, FR0065, FR0068, dan FR0072.

Rencana Lelang Surat Utang Negara seri SPN03190710 (New Issuance), SPN12200410 (New Issuance), FR0077 (Reopening), FR0078 (Reopening), FR0068 (Reopening), FR0079 (Reopening) dan FR0076 (Reopening) pada hari Selasa, tanggal 09 April 2019.

Pemerintah akan melakukan lelang penjualan Surat Utang Negara (SUN) dalam mata uang Rupiah untuk memenuhi sebagian dari target pembiayaan dalam APBN 2019. Target penerbitan senilai Rp15.000.000.000.000,00 (lima belas triliun rupiah) dengan seri – seri yang akan dilelang adalah sebagai berikut : 

- Surat Perbendaharaan Negara Seri SPN03190710 (Diskonto; 10 Juli 2019);

- Surat Perbendaharaan Negara Seri SPN12200410 (Diskonto; 10 April 2020);

- Obligasi Negara seri FR0077 (8,12500%; 15 Mei 2024);

- Obligasi Negara seri FR0078 (8,25000%; 15 Mei 2029);

- Obligasi Negara seri FR0068 (8,37500%; 15 Mei 2034); 

- Obligasi Negara seri FR0079 (8,37500%; 15 April 2039); dan

- Obligasi Negara seri FR0076 (7,37500%; 15 Mei 2048).

 

Kami perkirakan jumlah penawaran yang masuk akan berkisar antara Rp55—65 triliun dengan jumlah penawaran yang cukup besar akan didapati pada instrumen Surat Perbendaharaan Negara serta pada Obligasi Negara seri FR0077 dan FR0078. Adapun berdasarkan kondisi pergerakan harga Surat Utang Negara menjelang pelaksanaan lelang, maka kami perkirakan tingkat imbal hasil yang akan dimenangkan adalah sebagai berikut :

- Surat Perbendaharaan Negara Seri SPN03190710 berkisar antara 5,75 - 5,84;

- Surat Perbendaharaan Negara Seri SPN12200410 berkisar antara 6,00 - 6,09;

- Obligasi Negara seri FR0077 berkisar antara 7,06 - 7,15;

- Obligasi Negara seri FR0078 berkisar antara 7,56 - 7,65;

- Obligasi Negara seri FR0068 berkisar antara 8,00 - 8,09; 

- Obligasi Negara seri FR0079 berkisar antara 8,09 - 8,13; dan 

- Obligasi Negara seri FR0076 berkisar antara 8,37 - 8,46. 

Lelang akan dilaksanakan pada hari Selasa, 09 April 2019, dibuka pukul 10.00 WIB dan ditutup pukul 12.00 WIB. Adapun hasil dari pelaksanaan akan diumumkan pada hari yang sama dan hasil dari lelang akan didistribusikan pada hari Kamis, tanggal 11 April 2019. Di tahun 2019, target penerbitan bersih (net issuance) Surat Berharga Negara senilai Rp389,0 triliun dimana pada kuartal I tahun 2019 pemerintah telah menerbitkan Surat Berharga Negara melalui lelang senilai Rp221,61 triliun dari 7 kali lelang Surat Utang Negara dan 6 kali lelang Sukuk Negara. Pada lelang sebelumnya, pemerintah meraup dana senilai Rp24,95 triliun dari total penawaran yang masuk senilai Rp59,50 triliun. 

 

Back Download PDF
Copyright © 2024 MNC Sekuritas. All Right Reserved. A Member of MNC Group