Beranda

RESEARCH

Fixed Income Notes

04 Juli 2019

Fixed Income Notes 04 Juli 2019

Nilai tukar rupiah yang cenderung stabil serta aksi beli pelaku pasar dukung penurunan imbal hasil Surat Utang Negara di tengah penurunan imbal hasil surat utang global pada perdagangan di hari Selasa, tanggal 3 Juli 2019.
 
Perubahan tingkat imbal hasil cenderung mengalami penurunan dimana perubahan imbal hasil yang cukup besar terjadi pada tenor pendek dan menengah. Imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor pendek (1-4 tahun) mengalami rata-rata penurunan sebesar 2 bps dengan adanya kenaikan harga hingga sebesar 5 bps. Sementara itu imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor menengah (5-7 tahun) yang mengalami penurunan berkisar antara 0,6 - 2,2 bps dengan adanya kenaikan harga hingga yang berkisar antara 2,4 hingga 12,4 bps dan imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor panjang (di atas 7 tahun) yang sebagian besar bergerak dengan mengalami penurunan hingga 8 bps setelah didorong oleh adanya kenaikan harga hingga sebesar 60 bps. 

Pergerakan imbal hasil Surat Utang Negara yang mengalami penurunan pada perdagangan kemarin didukung oleh stabilnya nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika di tengah mata uang regional yang cenderung mengalami penguatan terhadap dollar Amerika seiring adanya potensi penurunan suku bunga baik di tingkat global maupun domestik sehingga mendorong meningkatnya permintaan akan safe haven asset. Investor terlihat aktif melakukan pembelian Surat Utang Negara di pasar sekunder sehingga mendorong terjadinya penurunan imbal hasilnya. 

Selain itu, penurunan imbal hasil juga didorong oleh masih berlanjutnya akumulasi pembelian oleh investor asing dimana pada awal bulan Juli 2019, investor asing mencatatkan pembelian bersih Surat Utang Negara senilai Rp1,61 triliun. Sehingga kombinasi dari kedua faktor tersebut mendorong terjadinya penurunan imbal hasil Surat Utang Negara seri acuan dengan tenor 5 tahun sebesar 1 bps di level 6,828%. Adapun untuk tenor 10 tahun mengalami penurunan sebesar 2 bps di level 7,336%, sementara itu untuk tenor 15 tahun mengalami penurunan sebesar 3,6 bps di level 7,632%. Sedangkan untuk tenor 20 tahun mengalami penurunan imbal hasil sebesar 1,6 bps di level 7,912%. 

Dari perdagangan Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang dollar Amerika, tingkat imbal hasilnya masih terlihat mengalami penurunan seiring dengan penurunan imbal hasil surat utang global. Imbal hasil dari INDO24 terlihat mengalami penurunan sebesar 1 bps di level 2,951% dengan kenaikan harga sebesar 4 bps. Adapun imbal  hasil dari INDO29 mengalami penurunan sebesar 4 bps di level 3,316% setelah mengalami kenaikan harga sebesar 34 bps. Sementara itu imbal hasil INDO44 mengalami penurunan sebesar 1,2 bps di level 4,265% didorong kenaikan harga sebesar 23 bps. 

Volume perdagangan Surat Utang Negara yang dilaporkan pada perdagangan kemarin masih cukup besar, senilai Rp15,56 triliun dari 45 seri Surat Utang Negara yang diperdagangkan dengan volume perdagangan seri acuan yang dilaporkan senilai Rp7,93 triliun. Obligasi Negara seri FR0078 menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp3,58 triliun dari 104 kali transaksi di harga rata - rata 106,28% yang diikuti oleh perdagangan Obligasi Negara seri FR0068 senilai Rp2,50 triliun dari 83 kali transaksi di harga rata - rata 105,68%. 
 
Sementara itu dari perdagangan obligasi korporasi, volume perdagangan yang dilaporkan meningkat senilai Rp1,22 triliun dari 47 seri obligasi korporasi yang diperdagangkan. Obligasi Berkelanjutan II Bank BRI Tahap IV Tahun 2018 Seri A  (BBRI02ACN4) menjadi obligasi korporasi dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp120,00 miliar dari 2 kali transaksi di harga rata - rata 95,58% dan diikuti  oleh perdagangan Obligasi Berkelanjutan I Bank Mandiri Tahap III Tahun 2018 (BMRI01CN3) senilai Rp120,00 miliar dari 6 kali transaksi di harga 100,90%. Adapun untuk volume perdagangan Surat Berharga Syariah Negara terbesar didapati pada Project Based Sukuk seri PBS014 sebesar Rp306,00 miliar dari 12 kali transaksi yang diikuti oleh volume Sukuk Ritel Negara dengan seri SR011 sebesar Rp247,60 miliar untuk 55 kali perdagangan.

Sedangkan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika mampu ditutup dengan mengalami penguatan sebesar 19,00 pts (0,11%) pada level 14120,00 per dollar Amerika setelah bergerak fluktuatif dengan kecenderungan mengalami penguatan dan bergerak pada kisaran 14120,00 hingga 14169,50 per dollar Amerika. Penguatan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika seiring dengan flutuatifnya arah pergerakan mata uang regional. Adapun yang memimpin penguatan mata uang regional didapati pada mata uang Baht Thailand (THB) sebesar 0,40% dan diikuti oleh pelemahan mata uang Yen Jepang (JPY) sebesar 0,19%. Adapun untuk mata uang Rupiah Indonesia (IDR) dan Ringgit Malaysia (MYR) menguat masing-masing sebesar 0,11% dan 0,10%. Sedangkan mata uang regional yang mengalami pelemahan terbesar didapati pada mata uang Won Korea Selatan (KRW) dan Dollar Taiwan (TWD) masing-masing sebesar 0,44% dan 0,25% terhadap Dollar Amerika. 

Pada perdagangan hari ini kami perkirakan harga Surat Utang Negara akan bergerak terbatas dengan kecenderungan mengalami kenaikan masih didorong oleh pelaku pasar yang terlihat melakukan aksi beli. Sementara itu kenaikan harga Surat Utang Negara pada perdagangan hari ini akan dibatasi jelang dirilisnya data cadangan devisa domestik sehingga para pelaku pasar cenderung untuk wait and see terlebih dahulu.

Sebagian besar imbal hasil surat utang global pada perdagangan kemarin kembali mengalami penurunan. Imbal hasil dari US Treasury dengan tenor 10 tahun ditutup turun pada level 1,953% seiring dengan US Treasury dengan tenor 30 tahun yang ikut mengalami penurunan imbal hasil di level 2,47%. Imbal hasil surat utang Inggris (Gilt) dengan tenor 10 tahun terlihat mengalami kenaikan terbatas di level 0,698%, sementara itu surat utang Jerman (Bund) dengan tenor yang sama ditutup dengan mengalami penurunan di level -0,386%. Kondisi tersebut kami perkirakan akan masih menjadi peluang kenaikan harga Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang dollar Amerika. 

Adapun dari dalam Negeri, pelaku pasar masih menantikan disampaikannya data cadangan devisa yang akan disampaikan oleh Bank Indonesia pada hari Jum’at, tanggal 5 Juli 2019. Adapun secara teknikal, harga Surat Utang Negara masih terlihat mengalami tren kenaikan sehingga akan mendorong kenaikan harga dalam jangka pendek, namun kenaikan terlihat akan dibatasi oleh harga Surat Utang Negara yang sudah berada di area jenuh beli (overbought). 

Rekomendasi
Dengan demikian, kami masih menyarankan kepada investor untuk melakukan strategi trading memanfaatkan momentum kenaikan harga Surat Utang Negara dengan pilihan masih pada Surat Utang Negara dengan tenor pendek hingga menengah seperti seri FR0031, FR0053, FR0061, FR0064, FR0071, dan FR0078. 
 
Penerbitan Surat Berharga Syariah Negara Seri PBS-025 Pada Tanggal 2 Juli 2019 Dengan Cara Private Placement
 

Back Download PDF
Copyright © 2024 MNC Sekuritas. All Right Reserved. A Member of MNC Group