Beranda

RESEARCH

Fixed Income Notes

10 Mei 2019

Fixed Income Notes 10 Mei 2019

Pada perdagangan hari Kamis, 9 Mei 2019, harga Surat Utang Negara kembali bergerak dengan mengalami penurunan yang didorong oleh pelemahan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika akibat adanya sentimen negatif baik dari domestik maupun global.

Rata-rata perubahan harga Surat Utang Negara yang terjadi sebesar 21,6 bps yang berdampak terhadap adanya kenaikan tingkat imbal hasil hingga sebesar 24,5 bps. Adapun Surat Utang Negara seri acuan dengan perubahan harga tertinggi didapati pada tenor 10 tahun dan 15 tahun yang keduanya didapati perubahan harga sebesar 22 bps sehingga berdampak pada kenaikan tingkat imbal hasil masing-masing mencapai 3,2 bps di level 8,03% dan 2,7 bps di level 8,50%Selanjutnya, Surat Utang Negara seri acuan bertenor 5 tahun dan 20 tahun yang mengalami koreksi harga masing-masing sebesar 9 bps dan 6 bps sehingga mendorong kenaikan tingkat imbal hasil masing-masing sebesar 2 bps di level 7,52% dan 1 bps di level 8,59%.

Pada perdagangan hari Kamis, tanggal 9 Mei 2019 pergerakan harga Surat Utang Negara bergerak dengan mengalami penurunan terbatas yang kembali didorong oleh faktor nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika, dimana perubahan nilai tukar tersebut akan lebih banyak dipengaruhi oleh faktor eksternal dibandingkan dengan faktor domestik. Adapun dari faktor eksternal datang dari perseteruan dagang antara Amerika dan China yang masih akan berlanjut sehingga membuat para pelaku pasar menjadi pesimis. Merespon hal tersebut, para pelaku pasar lebih memilih bermain aman dan cenderung untuk memarkirkan dananya pada instrument yang lebih aman (safe haven assets), sehingga akibatnya aset-aset keuangan di negara-negara berkembang akan mengalami tekanan, termasuk Indonesia. Sementara itu, dari faktor domestik, sentimen negatif masih dipicu dari data cadangan devisa Indonesia yang menurun. Bank Indonesia melaporkan bahwa cadangan devisa Indonesia untuk periode April menurun sebesar USD0,2 miliar di level USD124,3 miliar (vs periode Maret sebesar USD124,5 miliar).

Sementara itu, tingkat imbal hasil Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang Dollar Amerika pada perdagangan kemarin kembali ditutup dengan mengalami perubahan yang beragam dengan kecenderungan mengalami kenaikan di tengah naiknya persepsi risiko yang tercermin pada kenaikan angka Credit Default Swap (CDS). Harga dari INDO24 mengalami koreksi sebesar 10,1 bps yang mendorong terjadinya peningkatan tingkat imbal hasil sebesar 2,2 bps di level 3,40%. Hal yang sama juga dialami oleh seri INDO29 yang mengalami penurunan harga  sebesar 5,5 bps sehingga berdampak pada meningkatnya tingkat imbal hasil sebesar 1 bps di level 3,89%. 

Volume perdagangan Surat Utang Negara yang dilaporkan pada perdagangan hari Kamis, tanggal 9 Mei 2019 mengalami kenaikan dibandingkan dengan volume perdagangan sebelumnya, yaitu senilai Rp22,58 triliun dari 39 seri Surat Utang Negara yang diperdagangkan. Adapun Surat Utang Negara pada seri FR0068 menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp6,01 triliun dari 122 kali transaksi dan diikuti oleh perdagangan Surat Utang Negara seri FR0078 senilai Rp3,11 triliun dari 65 kali transaksi. Sementara itu, untuk perdagangan Surat Berharga Negara Syariah, Project Based Sukuk seri PBS014 menjadi Surat Berharga Syariah Negara dengan volume terbesar, yaitu sebesar Rp1,09 triliun dari 15 kali transaksi kemudian diiringi oleh Project Based Sukuk seri  PBS016 dengan volume sebesar Rp420,00 miliar untuk 6 kali transaksi.

Volume perdagangan surat utang korporasi yang dilaporkan mengalami kenaikan dibandingkan dengan volume perdagangan sebelumnya, yaitu senilai Rp1,05 triliun dari 48 seri surat utang korporasi yang ditransaksikan. Adapun untuk perdagangan Obligasi Berkelanjutan I PP Properti Tahap II Tahun 2019(PPRO01ACN2) dan Sukuk Mudharabah Lontar Papyrus Pulp & Paper Industry I Tahun 2018 Seri B (SMLPPI01B) keduanya didapati surat utang korporasi dengan volume perdagangan terbesar yaitu sebesar Rp200,00 miliar dari 2 kali transaksi. Selanjutnya volume perdagangan Obligasi Berkelanjutan I PNM Tahap II Tahun 2016 Seri A (PNMP01ACN2) sebesar Rp61,90 miliar dari 4 kali perdagangan dan diikuti oleh volume perdagangan Obligasi Berkelanjutan II Medco Energi Internasional Tahap IV Tahun 2017 Seri A (MEDC02ACN4) sebesar Rp60,00 miliar untuk 3 kali transaksi. Berikutnya, untuk surat utang korporasi dengan volume Rp60,00 miliar dari 1 kali transaksi didapati pada perdagangan Obligasi Berkelanjutan IV Sarana Multigriya Finansial Tahap VII Tahun 2019 Seri B (SMFP04BCN7). 

Nilai tukar Rupiah mengalami pelemahan sebesar 70 pts (0,49%) di level 14365. Adapun pergerakan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika terjadi pada kisaran 14306 hingga 14370. Adapun pelemahan tersebut terjadi sepanjang sesi perdagangan. Rupiah mengalami pelemahan terhadap Dollar Amerika ini ditengah melemahnya sebagian besar nilai tukar mata uang regional, dimana penguatan nilai tukar mata uang tertinggi didapati pada mata uang Yen Jepang (JPY) sebesar 0,23% yang kemudian diikuti oleh penguatan mata uang Baht Thailand (THB) dan mata uang Dollar Hongkong (HKD) masing-masing sebesar 0,09% dan 0,01%. Sedangkan untuk mata uang yang mengalami pelemahan tertinggi didapati pada pelemahan mata uang Won Korea Selatan (KRW) sebesar 0,85% dan diikuti oleh mata uang Renminbi China (CHY) dan Rupiah Indonesia (IDR) masing-masing sebesar 0,61% dan 0,49% terhadap mata uang Dollar Amerika. 

Imbal hasil surat utang global pada perdagangan kemarin ditutup dengan arah yang bervariasi terutama pada surat utang dari negara-negara maju yang dianggap sebagai safe haven asset di tengah koreksi yang terjadi di pasar saham global. Imbal hasil US Treasury dengan tenor 10 tahun dan 30 tahun ditutup dengan penurunan masing - masing di level 2,44% dan 2,86%. Penurunan imbal hasil US Treasury tersebut terjadi ditengah koreksi pasar saham utamanya. Adapun untuk indeks NASDAQ didapati koreksi sebesar 41 bps di level 7910,59 dan untuk indeks DJIA juga ikut turun sebesar 54 bps di level 25828,36. Sementara itu untuk imbal hasil dari surat utang Jerman (Bund) untuk tenor 10 tahun mengalami kenaikan di level -0,044% dan yang bertenor 30 tahun juga ikut mengalami kenaikan di level 0,603%. Hal yang sama juga terjadi pada surat utang Inggris (Gilt) dengan tenor 10 tahun dan 30 tahun yang mengalami kenaikan masing-masing di level 1,135% dan 1,668%. 

Pada perdagangan hari ini kami perkirakan harga Surat Utang Negara masih akan bergerak bervariasi dengan berpeluang untuk mengalami penurunan yang didorong oleh pergerakan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika. Selain itu, kami perkirakan pada perdagangan hari ini adanya para pelaku pasar yang melakukan aksi jual di tengah perubahan harga Surat Utang Negara yang terjadi sejak pekan lalu. Selain itu, adanya sentimen eksternal perseteruan dagang antara Amerika dan China akan membuat pasar keuangan negara berkembang akan mengalami tekanan, mengingat pada hari ini rencana akan diberlakukannya tarif impor baru yang naik sebesar 25% untuk barang-barang China yang masuk ke Amerika. 

Rekomendasi

Dari beberapa faktor tersebut maka kami perkirakan harga Surat Utang Negara pada perdagangan hari ini akan cenderung bergerak terbatas. Kami masih menyarankan kepada investor untuk tetap mencermati arah pergerakan harga Surat Utang Negara dengan dengan fokus kepada arah pergerakan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika.  Kami juga masih merekomendasikan seri - seri Surat Utang Negara dengan tenor pendek dan menengah sebagai pilihan di tengah kondisi pasar yang masih berfluktuasi, yaitu seri  FR0053, FR0061, FR0070, FR0056, FR0059, FR0073, FR0058, dan FR0074. 

Rencana Lelang Surat Berharga Syariah Negara seri SPNS01112019 (reopening), SPN-S15052020 (new issuance), PBS014 (reopening), PBS019 (reopening), PBS022 (reopening), PBS015 (reopening) pada hari Selasa, tanggal 14 Mei 2019. 

Back Download PDF
Copyright © 2024 MNC Sekuritas. All Right Reserved. A Member of MNC Group