Beranda

RESEARCH

Fixed Income Notes

13 Mei 2019

Fixed Income Notes 13 Mei 2019

Harga Surat Utang Negara pada perdagangan akhir pekan kemarin hari Jumat, 10 Mei 2019 bergerak terbatas dengan kecenderungan mengalami kenaikan yang didorong oleh penguatan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika.

Perubahan tingkat imbal hasil yang terjadi pada akhir pekan kemarin berkisar antara 1 - 13 bps dengan rata - rata mengalami penurunan imbal hasil sebesar  3,4 bps dimana secara keseluruhan tenor mengalami penurunan imbal hasil. Imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor pendek (1-4 tahun) cenderung mengalami penurunan sebesar berkisar antara 3 - 7 bps setelah mengalami kenaikan harga hingga sebesar 14,5 bps. Sementara itu imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor menengah (5-7 tahun) mengalami penurunan berkisar antara 2 - 6 bps setelah mengalami kenaikan harga yang berkisar antara 10,1 - 25,6 bps. Adapun imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor panjang (di atas 7 tahun) bergerak bervariasi dengan kecenderungan mengalami penurunan berkisar antara 1 - 12 bps dengan adanya kenaikan harga hingga sebesar 97,5 bps. 

Pada perdagangan akhir pekan kemarin, harga Surat Utang Negara bergerak  terbatas dengan kecenderungan mengalami kenaikan yang didorong oleh penguatan nilai tukar mata uang Rupiah terhadap Dollar Amerika. Para pelaku pasar mulai kembali optimis atas pertemuan pihak Amerika dan China yang merundingkan tentang kesepakatan dagang kedua negara. Akibatnya para pelaku pasar lebih tertarik untuk masuk kembali ke pasar keuangan regional Asia, termasuk Indonesia. Disamping itu, para pelaku pasar menilai bahwa posisi Rupiah selama sepekan terakhir ini sudah tertekan terlalu dalam, melemah sebesar 0,43%, sehingga berpotensi mengalami technical rebound. Selain itu, pada perdagangan hari Jumat kemarin, para pelaku pasar juga menunggu dirilisnya data Consumer Price Index (CPI) Amerika untuk periode April 2019 sehingga pelaku pasar cenderung menahan diri dan melakukan aksi wait and see atas rilisnya data ekonomi global tersebut. Hal ini terindikasi dari volume perdagangan yang semakin menurun dari perdagangan-perdagangan sebelumnya. 

Dengan adanya kenaikan harga yang terjadi pada perdagangan di akhir pekan kemarin, imbal hasil Surat Utang Negara seri acuan dengan tenor 5 tahun mengalami penurunan sebesar 6,2 bps di level 7,465% dan 10 tahun mengalami penurunan sebesar 5,9 bps di level 7,972%, adapun untuk tenor 15 tahun imbal hasilnya mengalami penurunan sebesar 3 bps di level 8,471% dan 20 tahun mengalami penurunan sebesar 2 bps di level 8,576%. 

Dari perdagangan Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang dollar Amerika, pergerakan imbal hasil mengalami penurunan seiring dengan penurunan imbal hasil surat utang global di tengah adanya aksi beli oleh para investor. Penurunan imbal hasil terjadi pada sebagian besar seri Surat Utang Negara dengan imbal hasil dari INDO24 mengalami penurunan sebesar 74 bps di level 3,391% setelah mengalami kenaikan harga sebesar 3,4 bps. Sementara itu imbal hasil dari INDO29 mengalami penurunan sebesar 132 bps di level 3,876% setelah mengalami kenaikan harga sebesar 11,1 bps.

Volume perdagangan Surat Utang Negara yang dilaporkan pada perdagangan di akhir pekan lebih kecil daripada volume perdagangan sebelumnya yaitu senilai Rp8,83 triliun dari 41 seri Surat Utang Negara yang diperdagangkan dengan volume perdagangan seri acuan yang dilaporkan senilai Rp4,82 triliun. Obligasi Negara seri FR0078 menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar, senila Rp1,73 triliun dari 80 kali transaksi di harga rata - rata 102,53% dan diikuti oleh perdagangan Obligasi Negara seri FR0079 senilai Rp1,32 triliun dari 175 kali transaksi di harga rata - rata 99,57%. Adapun volume terbesar dari perdagangan Surat Berharga Syariah Negara didapati pada Project Based Sukuk dengan seri PBS016 sebesar Rp300,00 miliar dari 1 kali transaksi dan diikuti oleh Sukuk Ritel seri SR009 sebesar Rp98,35 miliar dari 20 kali transaksi.

Volume perdagangan surat utang korporasi yang dilaporkan mengalami penurunan dibandingkan dengan volume perdagangan sebelumnya, yaitu senilai Rp708,65 miliar dari 39 seri surat utang korporasi yang ditransaksikan. Adapun untuk perdagangan Obligasi I Indonesia Infrastructure Finance Tahun 2016 Seri C (IIFF01C) didapati surat utang korporasi dengan volume perdagangan terbesar yaitu sebesar Rp189,00 miliar dari 8 kali transaksi. Selanjutnya volume perdagangan Obligasi Berkelanjutan I PNM Tahap II Tahun 2016 Seri A (PNMP01ACN2) sebesar Rp132,00 miliar dari 8 kali perdagangan dan diikuti oleh volume perdagangan Obligasi Berkelanjutan III Federal International Finance Tahap V Tahun 2019 Seri B (FIFA03BCN5) sebesar Rp100,00 miliar untuk 6 kali transaksi. Berikutnya, untuk surat utang korporasi dengan volume Rp35,00 miliar dari 2 kali transaksi didapati pada perdagangan Obligasi Berkelanjutan IV Adira Finance Tahap II Tahun 2018 Seri C (ADMF04CCN2). 

Nilai tukar Rupiah mengalami penguatan sebesar 39 pts (0,27%) di level 14327. Adapun pergerakan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika terjadi pada kisaran 14327 hingga 14370. Adapun pergerakan Rupiah tersebut dibuka menguat dan sempat melemah pada pertengahan sesi perdagangan yang kemudian menguat kembali hingga akhir sesi perdagangan. Pelemahan Rupiah terhadap Dollar Amerika ini terjadi ditengah menguatnya sebagian besar nilai tukar mata uang regional, dimana yang memimpin penguatan mata uang regional didapati pada mata uang Baht Thailand (THB) sebesar 0,56% yang kemudian diikuti oleh penguatan Peso Filipina (PHP) dan mata uang Rupiah Indonesia (IDR) masing-masing sebesar 0,33% dan 0,27%. Sedangkan untuk mata uang yang mengalami pelemahan terbesar didapati pada pelemahan mata uang Ringgit Malaysia (MYR) sebesar 0,12% dan diikuti oleh mata uang Yen Jepang (JPY) sebesar 0,06% terhadap mata uang Dollar Amerika. 

Adapun imbal hasil US Treasury dengan tenor 10 tahun dan 30 tahun ditutup dengan kenaikan masing - masing di level 2,473% dan 2,89%. Penurunan imbal hasil US Treasury tersebut seiiring dengan menguatnya pasar saham utama Amerika. Adapun untuk indeks NASDAQ didapati penguatan sebesar 8 bps di level 7916,94 dan untuk indeks DJIA juga ikut naik sebesar 44 bps di level 25942,37. Sementara itu untuk imbal hasil dari surat utang Jerman (Bund) untuk tenor 10 tahun mengalami penurunan di level -0,002% sedangkan yang bertenor 30 tahun mengalami kenaikan imbal hasil di level 0,004%. Adapun untuk surat utang Inggris (Gilt) untuk tenor 10 tahun mengalami kenaikan sehingga berada pada level 1,139%.

Pada perdagangan hari ini kami perkirakan harga Surat Utang Negara masih akan bergerak bervariasi dengan berpeluang untuk mengalami kenaikan yang didorong oleh pergerakan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika akibat rilisnya data Consumer Price Index (CPI) Amerika. Data CPI Amerika untuk bulan April 2019 dirilis naik 0,3% dibandingkan dengan bulan sebelumnya (MoM). Angka tersebut lebih rendah dari perkiraan pasar yang sebesar 0,4% sehingga membuat Dollar Amerika semakin tertekan. Hanya saja, sebagian para pelaku pasar juga akan menantikan proses lelang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) yang akan diselenggarakan Kementria Keuangan pada hari Selasa tanggal 14 Mei 2019 dimana pemerintah mentargetkan penerbitan Surat Berharga Syariah Negara senilai Rp8,00 triliun dari eman seri SBSN yang ditawarkan kepada investor.

Rekomendasi

Dengan kombinasi dari beberapa faktor tersebut, maka kami menyarankan kepada investor untuk tetap mencermati arah pergerakan harga Surat Utang Negara di pasar sekunder. Adanya beberapa sentimen dari faktor domestik maupun global tersebut  dapat dimanfaatkan oleh investor dengan horizon investasi jangka panjang untuk melakukan pembelian secara bertahap terhadap Surat Utang Negara dengan tenor menengah dan tenor panjang seperti seri FR0070, FR0056, FR0059, FR0073, FR0058, FR0074, FR0065, FR0068, FR0072 dan FR0075.

Rencana Penawaran Perdana Obligasi Berkelanjutan II MNC Kapital Indonesia Tahap II Tahun 2019

Back Download PDF
Copyright © 2024 MNC Sekuritas. All Right Reserved. A Member of MNC Group