Beranda

RESEARCH

Fixed Income Notes

14 Mei 2019

Fixed Income Notes 14 Mei 2019

Perdagangan Surat Utang Negara pada hari Senin, 13 Mei 2019 mengalami penurunan harga yang mendorong terjadinya kenaikan tingkat imbal hasil akibat adanya sentimen perang dagang antara Amerika dan China serta pengaruh data makroekonomi domestik yang tidak sesuai dengan ekspektasi pelaku pasar.

Imbal hasil Surat Utang Negara pada perdagangan hari Senin, 13 Mei 2019 bergerak dengan kecenderungan mengalami kenaikan akibat adanya sentimen global dan respon data ekonomi domestik yang kurang baik selama sepekan terakhir. Perubahan tingkat imbal hasil berkisar antara 2,2 - 17 bps dimana sebagian besar Surat Utang Negara mengalami kenaikan imbal hasil. Imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor pendek (1-4 tahun) mengalami perubahan berkisar antara 0,7 - 4,1 bps dengan didorong oleh adanya  koreksi harga yang berkisar antara 2 - 8,5 bps. Adapun imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor menengah (5-7 tahun) mengalami perubahan berkisar antara 3,1—7 bps dengan adanya penurunan harga yang berkisar antara 12,7 - 38,1 bps dan imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor panjang yang mengalami perubahan berkisar antara 2,2 - 17 bps didorong oleh perubahan harga yang berkisar antara 17,5 - 165 bps. 

Turunnya harga yang mendorong terjadinya kenaikan imbal hasil Surat Utang Negara pada perdagangan hari Senin dipengaruhi oleh sentimen negatif perang dagang antara Amerika-China serta data makroekonomi domestik yang tidak sesuai perkiraan para pelaku pasar. Adapun sentimen negatif perang dagang yang terjadi antara Amerika dan China berdampak pada keadaan pasar keuangan global terutama pada regional Asia, termasuk Indonesia. Pada perdagangan hari ini, Amerika mengenakan kenaikan tarif baru secara sepihak di tengah negosiasi yang masih berjalan. Kenaikan tarif yang semula sebesar 10% menjadi 25% pada sepuluh jenis komoditas perdagangan yang bernilai USD200 miliar. Sementara itu, dari sisi domestik, sentimen negatif datang dari data makroekonomi yang diluar perkiraan mulai dari data cadangan devisa MoM yang mengalami penurunan, defisit neraca perdagangan hingga pertumbuhan ekonomi domestik. Sentimen global dan domestik tersebut yang membuat para pelaku pasar menjadi lebih pesismis serta menahan diri melakukan transaksi di pasar sekunder.   

Secara keseluruhan, perubahan harga yang terjadi pada perdagangan kemarin mendorong terjadinya kenaikan imbal hasil Surat Utang Negara seri acuan dengan tenor 5 tahun sebesar 3,1 bps pada level 7,490%; kenaikan imbal hasil seri acuan dengan tenor 10 tahun sebesar 4,4 bps pada level 8,010%; kenaikan imbal hasil seri acuan tenor 15 tahun sebesar 6,6 bps pada level 8,536% dan kenaikan imbal hasil seri acuan dengan tenor 20 tahun sebesar 4,3 bps pada level 8,611%. 

Adanya sentimen negatif perang dagang Amerika-China dan kondisi ekonomi Indonesia yang diluar perkiraan pelaku pasar juga mempengaruhi terjadinya perubahan imbal hasil Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang asing. Pada perdagangan di hari Senin, imbal hasil Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang asing mengalami kenaikan pada keseluruhan serinya. Imbal hasil dari INDO24 mengalami kenaikan sebesar 0,5 bps pada level 3,39%. Adapun imbal hasil dari INDO29 ikut naik sebesar 2,9 bps pada level 3,91%.

Sementara itu volume perdagangan Surat Utang Negara yang dilaporkan pada perdagangan di hari Senin mengalami penurunan dibandingkan dengan volume perdagangan sebelumnya. Volume perdagangan yang dilaporkan senilai Rp11,13 triliun dari 34 seri Surat Utang Negara yang dilaporkan dimana volume perdagangan seri acuan yang dilaporkan senilai Rp5,87 triliun. Obligasi Negara seri FR0078 menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp3,12 triliun dari 59 kali transaksi. Obligasi Negara seri acuan dengan tenor 10 tahun tersebut diperdagangkan pada harga rata - rata 102,21%. Adapun Sukuk Ritel Negara seri SR009 menjadi Surat Berharga Syariah Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp86,53 miliar dari 22 kali transaksi dengan harga rata - rata pada level 99,47%.

Semantara itu, dari perdagangan obligasi korporasi yang dilaporkan pada perdagangan di hari Senin senilai Rp856,79 miliar dari 40 seri obligasi korporasi yang diperdagangkan. Obligasi II Bussan Auto Finance Tahun 2018 Seri A(BAFI02A) menjadi obligasi korporasi dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp107,00 miliar dari 5 kali transaksi dan diikuti oleh Obligasi Berkelanjutan IV Adira Finance Tahap V Tahun 2019 Seri A (ADMF04ACN5) dan Obligasi Berkelanjutan II Medco Energi Internasional Tahap IV Tahun 2017 Seri A (MEDC02ACN4) masing-masing senilai Rp88,00 dari 6 kali transaksi dan Rp81,00 miliar dari 2 kali perdagangan.

Adapun nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika ditutup pada level 14425,00 per dollar Amerika dan menguat sebesar 99,00 pts dibandingkan dengan level penutupan sebelumnya. Pada perdagangan hari Senin, Rupiah mengalami penguatan terhadap dollar Amerika sepanjang sesi perdagangan. Dibuka menguat pada level 14338,00 per dollar Amerika, nilai tukar rupiah bergerak pada kisaran 14338 - 14441 per dollar Amerika. Adapun pelemahan nilai tukar Rupiah tersebut diikuti oleh pelemahan sebagian besar mata uang regional. Mata uang yang memimpin penguatan mata uang regional yaitu mata uang Yen Jepang (JPY) sebesar 1,71% dan diikuti oleh Baht Thailand (THB) sebesar 0,82%. Sedangkan mata uang dengan pelemahan terbesar didapati pada mata uang Renminbi China sebesar 2,08% yang diikuti pelemahan Won Korea Selatan (KRW) sebesar 1,64% dan Rupee India (INR) sebesar 1,39% terhadap Dollar Amerika.

Pada perdagangan hari ini kami perkirakan bahwa harga Surat Utang Negara masih akan bergerak dengan peluang untuk kembali mengalami pelemahan melanjutkan koreksi harga yang terjadi pada perdagangan kemarin serta antisipasi investor menjelang pelaksanaan lelang penjualan Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) yang diselenggarakan pada hari ini.  Pada perdagangan hari ini, Selasa, 14 Mei 2019, pemerintah berencana untuk menerbitkan Surat Berharga Syariah Negara melalui lelang dengan target penerbitan senilai Rp8 triliun dari enam seri Surat Berharga Syariah Negara yang ditawarkan kepada investor. Menjelang lelang, harga Surat Utang Negara akan cenderung  bergerak  terbatas  dengan  peluang terjadinya koreksi harga karena investor berharap untuk mendapatkan imbal hasil yang lebih tinggi melalui lelang. 

Sedangkan dari perdagangan surat utang global, imbal hasil surat utang global bergerak cukup bervariasi. Imbal hasil dari US Treasury dengan tenor 10 dan 30 tahun ditutup dengan mengalami penurunan masing-masing pada level 2,40% dan 2,84% setelah merespon kebijakan baru pemberlakuan tarif impor yang terjadi antara Amerika dan China. Sementara itu imbal hasil dari Surat Utang Jerman (Bund) ditutup menguat pada level –0,07% dan untuk surat utang Inggris (Gilt) ditutup melemah di level 1,092% dimana masing-masing bertenor 10 tahun.

Rekomendasi

Dengan masih terbukanya peluang terjadinya koreksi harga, maka kami sarankan kepada investor untuk tetap mencermati pergerakan harga Surat Utang Negara dengan fokus pada seri Surat Utang Negara dengan tenor pendek dan menengah. Beberapa seri yang cukup menarik untuk dicermati diantaranya adalah sebagai berikut ini: FR0053, FR0061, FR0035, FR0043, FR0070 dan FR0056. Adapun Surat Utang Negara dengan tenor panjang yang cukup menarik adalah FR0065, FR0068, FR0072 dan FR0079.

 

Back Download PDF
Copyright © 2024 MNC Sekuritas. All Right Reserved. A Member of MNC Group