Beranda

RESEARCH

Fixed Income Notes

16 Mei 2019

Fixed Income Notes 16 Mei 2019

Harga Surat Utang Negara pada perdagangan hari Rabu, 15 Mei 2018 masih menunjukkan kenaikan meskipun nilai tukar Rupiah mengalami pelemahan terhadap Dollar Amerika.

Pada perdagangan hari Rabu tanggal 15 Mei 2019, harga Surat Utang Negara mengalami kenaikan mencapai 94,2 bps sehingga mendorong terjadinya penurunan tingkat  imbal hasil sebesar 10,8 bps. Harga Surat Utang Negara dengan tenor pendek (1—4 tahun) mengalami rata-rata kenaikan harga sebesar 2 bps yang mengakibatkan turunnya imbal hasil mencapai 4,4 bps. Adapun untuk Surat Utang Negara bertenor jangka menengah (5—7 tahun) mengalami kenaikan harga dari 1,3 bps hingga 13,3 bps yang berdampak pada menurunnya tingkat imbal hasil berkisar antara 0,3 bps hingga 3 bps. Sedangkan, untuk Surat Utang Negara bertenor panjang (diatas 7 tahun) mengalami rata-rata koreksi harga sebesar 14 bps yang mengakibatkan naiknya rata-rata imbal hasil sebesar 1 bps. 

Kenaikan harga Surat Utang Negara yang terjadi pada perdagangan kemarin dipicu oleh berlanjutnya aksi pembelian oleh para pelaku pasar akibat meredanya tensi perang dagang antara Amerika dan China. Para pelaku pasar melihat bahwa posisi harga Surat Utang Negara saat ini relatif murah sehingga merespon para pelaku pasar untuk mengoleksi kembali portofolio Surat Utang Negara. Meskipun pada hari ini, juga dirilisnya data ekonomi neraca perdagangan untuk periode April 2019 yang mencatatkan defisit sebesar USD2,5 miliar. Defisit tersebut diperoleh dari turunnya kinerja ekspor sebesar 13,1% sehingga berada di level USD12,6 miliar dan turunnya impor sebesar 6,58% di level USD15,10 miliar. Sementara itu, kenaikan harga Surat Utang Negara juga didukung oleh terus membaiknya tren persepsi risiko yang tercermin pada penurunan angka Credit Default Swap (CDS). Hanya saja, kenaikan harga yang terjadi pada perdagangan kemarin mulai terlihat terbatas untuk beberapa seri Surat Utang Negara, terutama Surat Utang Negara bertenor pendek dan menengah di tengah nilai tukar Rupiah yang mengalami pelemahan terhadap Dollar Amerika.

Secara keseluruhan, pergerakan harga Surat Utang Negara yang cenderung mengalami kenaikan pada perdagangan kemarin telah mendorong terjadinya penurunan imbal hasil Surat Utang Negara seri acuan dengan tenor 5 tahun sebesar 3 bps, tenor 10 tahun sebesar 2 bps. Adapun untuk Surat Utang Negara seri acuan dengan tenor 15 dan 20 tahun keduanya mengalami penurunan imbal hasil sebesar 3 bps.

Seiring dengan pergerakan imbal hasil US Treasury yang menunjukkan penurunan, imbal hasil Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang Dollar Amerika juga menunjukkan penurunan yang terjadi pada keseluruhan seri Surat Utang Negara. Imbal hasil dari INDO24 mengalami penurunan sebesar 1,2 bps di level 3,403% didorong oleh adanya kenaikan harga hingga 5,4 bps. Adapun imbal hasil dari INDO29 dan INDO44 pada perdagangan kemarin ditutup dengan mengalami penurunan masing - masing sebesar 2,3 bps di level 3,926% dan 2,8 bps di level 4,732% setelah keduanya mengalami kenaikan harga sebesar 20 bps dan 49 bps. 

Volume perdagangan Surat Berharga Negara yang dilaporkan pada perdagangan kemarin menunjukkan kenaikan dibandingkan dengan volume perdagangan sebelumnya, yaitu senilai Rp12,90 triliun dari 46 seri Surat Berharga Negara dengan volume perdagangan seri acuan senilai Rp4,96 triliun. Obligasi Negara seri FR0078 menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp2,00 triliun dari 63 transaksi yang diikuti oleh perdagangan Obligasi Negara seri FR0074 senilai Rp1,30 triliun dari 2 kali transaksi. Adapun Project Based Sukuk seri PBS014 menjadi Surat Berharga Syariah Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp479,00 miliar dari 12 kali transaksi yang diikuti oleh perdagangan seri PBS016 senilai Rp275,00 miliar dari 9 kali transaksi.

Adapun volume perdagangan surat utang korporasi yang dilaporkan senilai Rp435,12 miliar dari 28 seri surat utang korporasi yang diperdagangkan. Obligasi Berkelanjutan IV Sarana Multigriya Finansial Tahap VII Tahun 2019 Seri B (SMFP04BCN7) menjadi surat utang korporasi dengan volume perdagangan terbesar senilai Rp120,00 miliar dari 4 kali transaksi yang diikuti oleh perdagangan Obligasi Berkelanjutan II Waskita Karya Tahap II Tahun 2016 (WSKT02CN2) senilai Rp100,00 miliar `dari 6 kali transaksi. Adapun volume perdagangan Obligasi Berkelanjutan I Summarecon Agung Tahap II Tahun 2014 (SMRA01CN2)  sebesar Rp 48,40 miliar dari 4 kali transaksi dan diikuti oleh perdagangan Obligasi Berkelanjutan Indonesia Eximbank IV Tahap II Tahun 2018 Seri A (BEXI04ACN2) senilai Rp30,00  miliar dari 2 kali transaksi.  

Sementara itu nilai tukar Rupiah ditutup melemah sebesar 22,00 pts (0,15%) di level 14460,00 per Dollar Amerika. Pergerakan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika pada perdagangan kemarin bergerak mengalami pelemahan sepanjang sesi perdagangan dan bergerak pada kisaran 14438,00 hingga 14460,00 per Dollar Amerika. Pelemahan nilai tukar Rupiah pada perdagangan kemarin terjadi di tengah bervariasinya arah perubahan nilai tukar mata uang regional. Mata uang Yen Jepang (JPY) memimpin penguatan mata uang regional sebesar 0,25% diikuti oleh penguatan mata uang Peso Filipina (PHP) sebesar 0,18% dan mata uang Rupee India (INR) sebesar 0,16%. Sedangkan mata uang yang mengalami pelemahan terbesar ialah mata uang Baht Thailand (THB) sebesar 0,31% yang diikuti oleh Rupiah Indonesia (IDR) dan Ringgit Malaysia (MYR) masing—masing sebesar 0,15% dan 0,05% terhadap Dollar Amerika.

Imbal hasil US Treasury dengan tenor 10 tahun dan 30 tahun ditutup dengan penurunan masing-masing di level 2,37% dan 2,82% yang terjadi ditengah kenaikan indeks saham utamanya. Adapun untuk indeks NASDAQ mengalami penguatan sebesar 113 bps di level 7822,15 sementara itu untuk indeks DJIA juga mengalami kenaikan sebesar 45 bps di level 25648,02. Adapun imbal hasil surat utang Inggris (Gilt) untuk tenor 10 tahun dan 30 tahun mengalami penurunan masing-masing di level 1,06% dan 1,61%. Begitu juga untuk surat utang Jerman (Bund) dengan tenor 10 tahun dan 30 tahun ikut mengalami penurunan imbal hasil masing-masing sebesar –0,105% dan 0,523%.

Pada perdagangan hari ini, kami perkirakan harga Surat Utang Negara akan kembali bergerak dengan arah perubahan yang terbatas, terutama pada tenor pendek dan menengah. Adapun beberapa seri Surat Utang Negara masih akan berpeluang untuk mengalami kenaikan yang didorong oleh pembelian selektif oleh investor terhadap Surat Utang Negara yang masih menawarkan tingkat imbal hasil yang menarik. 

Rekomendasi

Dengan kombinasi dari beberapa faktor tersebut maka kami sarankan kepada investor untuk tetap mencermati arah pergerakan harga Surat Utang Negara dengan fokus pada pergerakan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika. Para investor juga dapat melakukan strategi trading di tengah masih berfluktuasinya pergerakan harga Surat Utang Negara. Beberapa seri yang cukup menarik untuk diperdagangkan diantaranya adalah FR0031, FR0061, FR0056, FR0059, FR0064, dan FR0073. 

Peringkat MTN yang diterbitkan PT Industri Kereta Api (Persero) (INKA) ditetapkan pada rating “idA-” 

Back Download PDF
Copyright © 2024 MNC Sekuritas. All Right Reserved. A Member of MNC Group