Beranda

RESEARCH

Fixed Income Notes

18 Juni 2019

Fixed Income Notes 18 Juni 2019

Berlanjutnya tren kenaikan harga Surat Berharga Negara pada perdagangan kemarin, hari Senin, tanggal 17 Juni 2019 akibat dari optimisnya para pelaku pasar terhadap ekspektasi penurunan suku bunga acuan global.
 
Perubahan tingkat imbal hasil Surat Utang Negara mengalami penurunan yang berkisar antara 4 - 34 bps dengan rata - rata penurunan sebesar 3,6 bps dimana penurunan imbal hasil cukup besar terjadi pada tenor panjang (diatas 7 tahun) sebesar 35 bps setelah mengalami kenaikan harga hingga 350 bps. Selanjutnya didapati pada tenor menengah (5-7 tahun) yang mengalami rata-rata penurunan imbal hasil sebesar 1,5 bps dengan didorong terjadinya kenaikan harga sebesar 7,5 bps. Sedangkan, untuk tenor pendek (1-4 tahun) mengalami kenaikan imbal hasil sebesar 1,7 bps hingga 2,4 bps setelah mengalami penurunan harga mencapai 3,7 bps.

Pada perdagangan awal pekan ini, hari Senin, tanggal 18 Juni 2019, harga Surat Utang Negara mengalami kenaikan yang terbatas melanjutkan tren positif dari perdagangan sebelumnya. Kenaikan harga Surat Berharga Negara tersebut dipengaruhi oleh optimisnya para pelaku pasar terhadap ekspektasi penurunan suku bunga acuan global. Sementara itu, persepsi risiko Indonesia yang dilihat dari angka CDS (Credit Default Swap) juga mengalami penurunan seiring dengan pergerakan di beberapa negara berkembang lainnya. Kondisi ini membuat para pelaku pasar memungkinkan adanya aksi mencari aset yang lebih berkualitas (flight to quality) pada negara-negara berkembang yang menawarkan tingkat imbal hasil lebih baik. Naiknya harga Surat Utang Negara juga diiringi dengan apresiasi surat utang negara berkembang yang lain. Adapun para pelaku pasar juga menantikan diselenggarakannya lelang Surat Utang Negara pada hari ini dimana pemerintah berencana untuk mengadakan lelang penjualan Surat Utang Negara dengan target penerbitan senilai Rp15 triliun dari tujuh seri Surat Utang Negara yang ditawarkan kepada investor.

Secara keseluruhan, pergerakan harga Surat Utang Negara yang cenderung mengalami kenaikan yang terbatas pada perdagangan kemarin telah mendorong terjadinya penurunan imbal hasil Surat Utang Negara seri acuan dengan tenor 5 tahun sebesar 0,6 bps, tenor 10 tahun sebesar 0,3 bps, tenor 15 tahun sebesar 0,2 bps. Adapun imbal hasil seri acuan dengan tenor 20 tahun imbal hasilnya mengalami perubahan sebesar 0,2 bps di level 8,131%.

Sementara itu, kenaikan tingkat imbal hasil terlihat pada perdagangan Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang dollar Amerika, dimana pada perdagangan kemarin sebagian besar seri mengalami kenaikan imbal hasil seiring dengan kenaikan imbal hasil yang terjadi pada surat utang regional. Imbal hasil dari INDO24 ditutup dengan mengalami kenaikan sebesar 0,4 bps di level 3,134% setelah mengalami penurunan harga sebesar 2 bps. Adapun imbal hasil dari INDO29 mengalami kenaikan sebesar 3 bps di level 3,520% setelah mengalami koreksi harga sebesar 24,2 bps dan imbal hasil dari INDO44 yang mengalami kenaikan sebesar 1,7 bps di level 4,438% setelah mengalami penurunan harga sebesar 32 bps.

Volume perdagangan Surat Utang Negara yang dilaporkan pada perdagangan kemarin senilai Rp6,73 triliun dari 37 seri Surat Utang Negara yang diperdagangkan dengan volume perdagangan seri acuan yang dilaporkan senilai Rp3,06 triliun. Obligasi Negara seri FR0077 menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp1,29 triliun dari 2 kali transaksi di harga rata - rata 104,07% yang diikuti oleh perdagangan Obligasi Negara seri FR0068 senilai Rp979,02 miliar dari 39 kali transaksi di harga rata - rata 102,98%. Sementara itu, Sukuk Negara Ritel seri SR011 menjadi Surat Berharga Syariah Negara terbesar yaitu sebesar Rp186,11 miliar dari 68 kali transaksi dan diikuti seri PBS006 dengan volume sebesar Rp150,00 miliar untuk 5 kali perdagangan.
 
Sementara itu dari perdagangan surat utang korporasi, volume perdagangan yang dilaporkan senilai Rp492,47 miliar dari 39 seri obligasi korporasi yang diperdagangkan. Obligasi Berkelanjutan Indonesia Eximbank IV Tahap IV Tahun 2019 Seri B (BEXI04BCN4) menjadi obligasi korporasi dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp50,00 miliar dari 1 kali transaksi di harga 100,62% yang diikuti oleh perdagangan Obligasi Subordinasi Berkelanjutan II Bank PANIN Tahap II Tahun 2017 (PNBN02SBCN2) senilai Rp50,00 miliar dari 6 kali transaksi di harga rata - rata 100,50% yang kemudian diiringi dengan Obligasi Berkelanjutan IV Sarana Multigriya Finansial Tahap VIII Tahun 2019 Seri B (SMFP04BCN8) sebesar Rp50,00 miliar untuk 1 kali transaksi di harga 100,45%.  

Sedangkan nilai tukar Rupiah terhadap dollar Amerika ditutup melemah terbatas sebesar 9,00 pts (0,06%) di posisi 14334,00 per dollar Amerika setelah bergerak dengan mengalami pelemahan sepanjang sesi perdagangan dan bergerak pada kisaran 14334,00 hingga 14355,00 per dollar Amerika. Pelemahan nilai tukar rupiah tersebut terjadi ditengah pelemahan mata uang regional dimana yang memimpin pelemahan mata uang regional didapati pada mata uang Baht Thailand (THB) sebesar 0,54% dan diikuti oleh Ringgit Malaysia (MYR) sebesar 0,28%. Sementara itu untuk mata uang Peso Filipina (PHP) dan Rupee India (INR) masing-masing melemah sebesar 0,25% dan 0,15%. Sedangkan mata uang yang mengalami penguatan mata uang regional didapati pada mata uang Dollar Singapura (SGD) dan Dollar Taiwan (TWD) yang keduanya menguat sebesar 0,04% yang diiringi dengan mata uang Renminbi China (CNY) sebesar 0,01% terhadap Dollar Amerika.

Pada perdagangan hari ini kami perkirakan harga Surat Utang Negara akan cenderung bergerak terbatas di awal perdagangan jelang pelaksanaan lelang penjualan Surat Utang Negara. Menjelang lelang, harga Surat Utang Negara relatif bergerak terbatas dikarenakan pelaku pasar akan fokus pada pelaksanaan lelang, dimana pemerintah berencana untuk menerbitkan Surat Utang Negara senilai Rp15,00 triliun dari tujuh seri Surat Utang Negara yang ditawarkan kepada investor. Pada lelang sebelumnya, pemerintah meraup dana senilai Rp10,80 triliun dari total penawaran yang masuk senilai Rp26,20 triliun. Sementara itu, dari faktor ekternal, pernyataan The Fed yang lebih memilih untuk bersikap wajar terhadap gejolak perekonomian yang terjadi antara Amerika dan China membuat para pelaku pasar semakin yakin terhadap ekspektasi penurunan suku bunga acuan global. 

Sementara itu dari faktor eksternal, imbal hasil dari US Treasury ditutup dengan kenaikan terbatas jelang pelaksanaan Rapat Dewan Gubernur Bank Sentral Amerika. Imbal hasil dari US Treasury dengan tenor 10 tahun ditutup naik di level 2,092% sejalan dengan tenor 30 tahun yang ditutup dengan mengalami kenaikan imbal hasil pada level 2,578%. Imbal hasil dari surat utang Inggris (Gilt) dengan tenor 10 tahun ditutup turun pada level 0,85%. Adapun pada tenor yang sama imbal hasil dari surat utang Jerman (Bund) ditutup naik di level –0,245%. Kenaikan imbal hasil dari US Treasury tersebut kami perkirakan akan berdampak terhadap potensi penurunan harga Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang dollar Amerika. 

Rekomendasi
Dengan kombinasi dari beberapa faktor tersebut maka kami sarankan kepada investor untuk tetap mencermati arah pergerakan harga Surat Utang Negara dengan melakukan strategi trading di tengah potensi terbatasnya pergerakan harga Surat Utang Negara. Beberapa seri yang cukup menarik untuk diperdagangkan diantaranya adalah FR0053, FR0061, FR0063, FR0070, FR0056, FR0059, FR0064, FR0071, FR0073 dan FR0058.
 
Rencana Lelang Surat Utang Negara seri SPN03190919 (New Issuance), SPN12200619 (New Issuance), FR0077 (Reopening), FR0078 (Reopening), FR0068 (Reopening), FR0079 (Reopening) dan FR0076 (Reopening) pada hari Selasa, tanggal 18 Juni 2019.

Back Download PDF
Copyright © 2024 MNC Sekuritas. All Right Reserved. A Member of MNC Group