Beranda

RESEARCH

Fixed Income Notes

20 Mei 2019

Fixed Income Notes 20 Mei 2019

Harga Surat Utang Negara pada perdagangan hari Jumat, 17 Mei 2019 kembali ditutup mengalami penurunan di tengah melemahnya nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika akibat sentimen perang dagang antara Amerika dan China.

Pada perdagangan di akhir pekan kemarin pada hari Jumat, tanggal 17 Mei 2019, perubahan harga terjadi hingga sebesar 112 bps yang mendorong terjadinya kenaikan imbal hasil sebesar 11,4 bps. Adapun penurunan harga terbesar didapati pada Surat Utang Negara dengan tenor panjang (diatas 7 tahun) yaitu mencapai diatas 100 bps yang berdampak perubahan tingkat imbal hasil hingga mencapai 1,4 bps. Selanjutnya didapati pada tenor jangka menengah (5-7 tahun) yang mengalami rata-rata perubahan harga sebesar 11 bps yang bergerak di kisaran  8,3— 14 bps sehingga mendorong terjadinya rata-rata kenaikan imbal hasil sebesar 2,1 bps. Sementara itu harga Surat Utang Negara dengan tenor pendek (1-4 tahun) mengalami koreksi harga hingga sebesar 11 bps yang mengakibatkan terjadinya kenaikan imbal hasil mencapai 5,4 bps.

Harga Surat Utang Negara pada perdagangan akhir pekan kemarin terlihat mengalami penurunan yang didorong oleh melemahnya nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika akibat sentimen global perang dagang antara Amerika dan China. Kedua negara tersebut saling membalas untuk menaikan tarif dagangnya sehingga memberatkan iklim investasi keuangan baik didomestik maupun global. Adapun penurunan harga Surat Utang Negara pada perdagangan kemarin tidak diikuti oleh negara berkembang lainnya yang mengalami kenaikan harga. Para investor lebih menahan diri untuk melakukan transaksi di pasar sekunder dan cenderung untuk mengikuti proses rutin lelang Surat Utang Negara (SUN) yang diselenggarakan pada hari Selasa pekan ini, tanggal 21 Mei 2019. Hal tersebut terindikasi dari volume penjualan Surat Utang Negara yang mengalami penurunan dari perdagangan sebelumnya. 

Sehingga secara keseluruhan, penurunan harga Surat Utang Negara pada perdagangan kemarin dari seri acuan ditutup mengalami penurunan dengan rata-rata sebesar 22 bps yang mendorong terjadinya rata-rata kenaikan tingkat imbal hasil sebesar 3 bps dimana masing - masing berada di level 7,493% untuk tenor 5 tahun, di level 8,020% untuk tenor 10 tahun, dilevel 8,519% untuk tenor 15 tahun, serta untuk tenor 20 tahun di level 8,565%.

Sementara itu dari perdagangan Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang dollar Amerika mengalami penurunan tingkat imbal hasil pada sebagian besar seri dimana penurunan tersebut terjadi ditengah turunnya tingkat imbal hasil dari US Treasury. Imbal hasil dari INDO24 dan INDO29 mengalami penurunan hingga 0,5 bps masing - masing di level 3,374% dan 3,878% setelah mengalami kenaikan harga yang berkisar antara 1,5—2,0 bps. Sementara itu, INDO44 dan INDO49 mengalami penurunan imbal hasil sekitar 0,5 bps dimana masing-masing berada di level 4,676% dan 4,610% setelah berdampak terhadap kenaikan harga sebesar 6 bps dan 9 bps.

Volume perdagangan Surat Utang Negara yang dilaporkan pada perdagangan kemarin menurun dibandingkan dengan perdagangan sebelumnya, senilai Rp17,86 triliun dari 34 seri Surat Utang Negara yang diperdagangkan dimana untuk seri acuan volume perdagangan yang dilaporkan senilai Rp9,63 triliun. Obligasi Negara seri FR0078 menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp3,47 triliun dari 104 kali transaksi di harga rata - rata 101,35% dan diikuti oleh Obligasi Negara seri FR0068 senilai Rp3,24 triliun dari 80 kali transaksi di harga rata - rata 99,88%. Adapun untuk Surat Berharga Syariah Negara dengan volume tertinggi didapati pada Project Based Sukuk seri PBS014 sebesar Rp105 miliar untuk 3 kali transaksi dan diikuti oleh seri PBS022 sebesar Rp88,00 miliar dari 8 kali perdagangan.

Adapun dari perdagangan obligasi korporasi, volume perdagangan yang dilaporkan senilai Rp828,86 miliar dari 44 seri obligasi korporasi yang diperdagangkan. Obligasi Berkelanjutan Indonesia Eximbank IV Tahap III Tahun 2018 Seri A (BEXI04ACN3) menjadi obligasi korporasi dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp150,00 miliar dari 4 kali transaksi di harga rata - rata 100,34% dan diikuti oleh perdagangan Sukuk Ijarah Berkelanjutan I XL Axiata Tahap I Tahun 2015 Seri C (SIEXCL01CCN1) senilai Rp80,00 miliar dari 4 kali transaksi di harga rata - rata 103,74%. Adapun untuk perdagangan Obligasi Berkelanjutan III Federal International Finance Tahap V Tahun 2019 Seri A (FIFA03ACN5) tercatat volume perdagangan sebesar Rp60,00 dari 5 kali transaksi di harga 99,97% dan untuk volume perdagangan Obligasi Berkelanjutan II Waskita Karya Tahap III Tahun 2017 Seri A (WSKT02ACN3) sebesar Rp53,00 miliar dari 2 kali transaksi di harga 99,18%.

Sementara itu nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika pada perdagangan kemarin ditutup melemah sebesar 1,00 pts (0,10%) pada level 14453,00 per dollar Amerika. Bergerak pada kisaran 14445,00 hingga 14471,00 per dollar Amerika dengan arah yang berfluktuasi. Nilai tukar Rupiah dibuka melemah pada awal sesi perdagangan kemudian menguat pada pertengahan sesi perdagangan yang dilanjutkan melemah kembali hingga penutupan perdagangan. Pelemahan mata uang Rupiah tersebut terjadi ditengah melemahnya mata uang regional dimana pelemahan terbesar didapati pada mata uang Baht Thailand (THB) sebesar 0,47% dan diikuti oleh mata uang Renminbi China (CNY) yang melemah sebeasar 0,43% dan Dollar Taiwan (TWD) sebesar 0,38%. Sedangkan mata uang yang mengalami penguatan didapati pada mata uang Yen Jepang (JPY) sebesar 0,15% dan Dollar Hongkong (HKD) yang menguat sebesar 0,01% terhadap mata uang Dollar Amerika.

Perubahan harga surat utang global pada perdagangan akhir pekan kemarin, mendorong terjadinya penurunan imbal hasil US Treasury dengan tenor 10 tahun di level 2,393% dan untuk tenor 30 tahun di level 2,825%. Sementara itu, imbal hasil dari surat utang Jerman (Bund) dengan tenor 10 tahun juga ikut mengalami penurunan di level –0,106% dan untuk tenor 30 tahunnya turun di level 0,536%. Sedangkan, untuk imbal hasil surat utang Inggris (Gilt) bertenor 10 tahun dan 30 tahun, keduanya mengalami kenaikan imbal hasil yang masing—masing berada di level 1,036% dan 1,587%.

Pada perdagangan hari ini kami perkirakan harga Surat Utang Negara masih akan bergerak dengan rentang perubahan yang terbatas dengan masih terbukanya peluang untuk mengalami penurunan harga. Para pelaku pasar akan mengamati perubahan nilai tukar mata uang Rupiah ditengah sentimen perang dagang yang terjadi antara Amerika dan China akibat pemberlakuan tarif baru kedua negara. Amerika resmi menaikkan tarif impor dari 10% menjadi 25% pada hari Jumat kemarin tanggal 10 Mei 2019 yang kemudian dibalas oleh China dengan memberlakukan tarif impor yang lebih tinggi atas barang yang berasal dari Amerika per 1 Juni 2019 mendatang. Adanya aksi saling membalas kenaikan tarif impor tersebut akan membuat pesimis para pelaku pasar yang mengakibatkan perlambatan ekonomi terutama bagi negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Sementara itu, rencana lelang penjualan Surat Utang Negara oleh pemerintah yang akan diadakan Kementrian Keuangan pada hari Selasa, 21 Mei 2019 dimana pemerintah mentargetkan penerbitan Surat Utang Negara senilai Rp15 triliun dari tujuh seri Surat Utang Negara yang ditawarkan kepada investor. Menjelang lelang, harga Surat Utang Negara di pasar sekunder akan cenderung bergerak terbatas dengan kecenderungan mengalami penurunan. 

Rekomendasi

Dengan kondisi tersebut, maka kami sarankan kepada investor untuk tetap mencermati arah pergerakan harga Surat Utang Negara. Kami merekomendasikan kepada investor untuk melakukan strategi trading di tengah terbatasnya pergerakan harga Surat Utang Negara. Adapun yang menarik pada kondisi tersebut diantaranya adalah sebagai berikut: FR0053, FR0061, FR0035, FR0063, FR0070, FR0056, FR0059, FR0064 dan FR0073.

Pemerintah Menerbitkan Surat Utang Negara Dalam Denominasi Yen Jepang (Samurai Bonds) Sebesar JPY177 miliar.

Back Download PDF
Copyright © 2024 MNC Sekuritas. All Right Reserved. A Member of MNC Group