Beranda

RESEARCH

Fixed Income Notes

21 Mei 2019

Fixed Income Notes 21 Mei 2019

Bertambahnya tekanan terhadap nilai tukar rupiah akibat adanya sentimen perang dagang antara Amerika dan China dukung kenaikan imbal hasil Surat Utang Negara pada perdagangan hari Senin, 20 Mei 2019.

Perubahan tingkat imbal hasil Surat Utang Negara mengalami kenaikan yang berkisar antara 1 - 8 bps dengan rata - rata kenaikan sebesar 2,4 bps dimana kenaikan imbal hasil cukup besar terjadi pada tenor menengah (5—7 tahun) sebesar 3,2 bps setelah mengalami penurunan harga yang bergerak dikisaran 1,6 bps hingga 29 bps. Selanjutnya didapati pada tenor pendek (1—4 tahun) yang mengalami rata-rata kenaikan imbal hasil sebesar 2,4 bps dengan didorong terjadinya koreksi harga sebesar 4,6 bps. Adapun untuk tenor panjang (diatas 7 tahun) mengalami kenaikan imbal hasil sebesar 2,2 bps setelah mengalami penurunan harga mencapai 41,2 bps.

Pergerakan imbal hasil Surat Utang Negara terpantau menguat terbatas sepanjang sesi perdagangan kemarin. Hal ini dipicu dari nilai tukar Rupiah yang melemah akibat masih adanya sentimen perang dagang antara Amerika dan China. Perang dagang tersebut berpeluang membuat arus perdagangan dan rantai pasokan global akan terhambat sehingga memperlambat aktivitas ekonomi secara keseluruhan. Sementara itu, para pelaku pasar juga menantikan diselenggarakannya lelang pada hari ini sehingga lebih memilih untuk wait and see terlebih dahulu selama perdagangan kemarin. Hanya saja, beberapa investor juga melakukan aksi jual sehingga harga dari beberapa Surat Utang Negara mengalami koreksi terbatas yang mendorong kenaikan tingkat imbal hasil Surat Utang Negara, dimana kondisi tersebut tercermin pada volume perdagangan yang tidak begitu besar.

Secara keseluruhan, pergerakan harga Surat Utang Negara yang cenderung mengalami penurunan pada perdagangan kemarin telah mendorong terjadinya kenaikan imbal hasil Surat Utang Negara seri acuan dengan tenor 5 tahun sebesar 4 bps, tenor 10 tahun sebesar 3 bps, tenor 15 tahun sebesar 4,3 bps. Adapun imbal hasil seri acuan dengan tenor 20 tahun imbal hasilnya mengalami perubahan sebesar 4,4 bps di level 8,618%.

Kenaikan imbal hasil juga terlihat pada perdagangan Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang dollar Amerika, dimana pada perdagangan kemarin sebagian besar seri mengalami kenaikan imbal hasil seiring dengan kenaikan imbal hasil yang terjadi pada surat utang regional. Imbal hasil dari INDO24 ditutup dengan mengalami kenaikan sebesar 0,13 bps di level 3,317% setelah mengalami penurunan harga sebesar 0,6 bps. Adapun imbal hasil dari INDO29 mengalami kenaikan sebesar 0,3 bps di level 3,878% setelah mengalami koreksi harga sebesar 3 bps dan imbal hasil dari INDO44 yang mengalami kenaikan sebesar 0,7 bps di level 4,682% setelah mengalami penurunan harga sebesar 12 bps.

Volume perdagangan Surat Utang Negara yang dilaporkan pada perdagangan kemarin senilai Rp12,86 triliun dari 35 seri Surat Utang Negara yang diperdagangkan dengan volume perdagangan seri acuan yang dilaporkan senilai Rp5,08 triliun. Obligasi Negara seri FR0031 menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp1,89 triliun dari 12 kali transaksi di harga rata - rata 105,78% yang diikuti oleh perdagangan Obligasi Negara seri FR0077 senilai Rp1,73 triliun dari 18 kali transaksi di harga rata - rata 102,48%. Sementara itu, Project Based Sukuk seri PBS014 menjadi Surat Berharga Syariah Negara terbesar yaitu sebesar Rp500 miliar dari 1 kali transaksi dan diikuti seri PBS004 dengan volume sebesar Rp194,00 miliar untuk 5 kali perdagangan.

Sementara itu dari perdagangan surat utang korporasi, volume perdagangan yang dilaporkan senilai Rp631,00 miliar dari 41 seri obligasi korporasi yang diperdagangkan. Obligasi Berkelanjutan III PLN Tahap III Tahun 2019 Seri A (PPLN03ACN3) menjadi obligasi korporasi dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp75,00 miliar dari 1 kali transaksi di harga 100,65% yang diikuti oleh perdagangan Obligasi Berkelanjutan II Waskita Karya Tahap III Tahun 2017 Seri A (WSKT02ACN3) senilai Rp53,00 miliar dari 2 kali transaksi di harga rata - rata 98,00% yang kemudian diiringi dengan Obligasi Berkelanjutan I Aneka Gas Industri Tahap I Tahun 2017 Seri A (AGII01ACN1) sebesar Rp40,00 miliar untuk 4 kali transaksi di harga 101,13%.  

Sedangkan nilai tukar Rupiah terhadap dollar Amerika ditutup melemah terbatas sebesar 5,00 pts (0,03%) di posisi 14458,00 per dollar Amerika setelah bergerak dengan mengalami penguatan diawal sesi perdagangan namun berbalik arah menguat hingga akhir sesi perdagangan pada kisaran 14450,00 hingga 14463,00 per dollar Amerika. Pelemahan nilai tukar rupiah tersebut terjadi ditengah pemguatan mata uang regional dimana yang memimpin penguatan mata uang regional didapati pada mata uang Rupee India (INR) sebesar 0,74% yang kemudian diikuti oleh mata uang Yen Jepang (JPY) sebesar 0,14%. Mata uang Won Korea Selatan (KRW) ditutup menguat sebesar 0,13% dan mata uang Peso Filipina (PHP) menguat sebesar 0,10% terhadap Dollar Amerika. Sedangkan untuk mata uang regional yang mengalami pelemahan tertinggi didapati pada mata uang Dollar Taiwan (TWD) sebesar 0,34% dan mata uang Rupiah Indonesia (IDR) sebesar 0,03% terhadap Dollar Amerika.

Pada perdagangan hari ini kami perkirakan harga Surat Utang Negara akan cenderung bergerak terbatas di awal perdagangan jelang pelaksanaan lelang penjualan Surat Utang Negara. Menjelang lelang, harga Surat Utang Negara relatif bergerak terbatas dikarenakan pelaku pasar akan fokus pada pelaksanaan lelang, dimana pemerintah berencana untuk menerbitkan Surat Utang Negara senilai Rp15 triliun dari tujuh seri Surat Utang Negara yang ditawarkan kepada investor. Pada lelang sebelumnya, pemerintah meraup dana senilai Rp21,57 triliun dari total penawaran yang masuk senilai Rp32,96 triliun. Sementara itu, Komisi Pemilihan Umum (KPU) menetapkan Joko Widodo dan Ma’ruf Amin sebagai pemenang Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019 dengan komposisi suara 55,50% dan pasangan Prabowo-Sandi sebesar 44,50%. Hal ini akan membuat reaksi pasar semakin optimis akibat adanya momentum hasil keputusan KPU tersebut selama stabilitas politik di domestik terjaga.

Sementara itu dari faktor eksternal, imbal hasil dari US Treasury ditutup dengan kenaikan terbatas jelang pelaksanaan Rapat Dewan Gubernur Bank Sentral Amerika. Imbal hasil dari US Treasury dengan tenor 10 tahun ditutup naik di level 2,42% sedangkan untuk tenor 30 tahun ditutup dengan mengalami penurunan pada level 2,83%. Imbal hasil dari surat utang Inggris (Gilt) dengan tenor 10 tahun ditutup naik pada level 1,064%. Adapun imbal hasil dari surat utang Jerman (Bund) juga ditutup naik di level –0,081%. Kenaikan imbal hasil dari US Treasury tersebut kami perkirakan akan berdampak terhadap potensi penurunan harga Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang dollar Amerika melanjutkan tren penurunan harga yang terjadi pada perdagangan kemarin.

Rekomendasi

Dengan kombinasi dari beberapa faktor tersebut maka kami sarankan kepada investor untuk tetap mencermati arah pergerakan harga Surat Utang Negara dengan melakukan strategi trading di tengah potensi naiknya pergerakan harga Surat Utang Negara. Beberapa seri yang cukup menarik untuk diperdagangkan diantaranya adalah FR0053, FR0061, FR0063, FR0070, FR0056, FR0059, FR0064, FR0073, FR0058 dan FR0074.

Rencana Lelang Surat Utang Negara seri SPN03190822 (New Issuance), SPN12200213 (Reopening), FR0077 (Reopening), FR0078 (Reopening), FR0068 (Reopening), FR0079 (Reopening) dan FR0076 (Reopening) pada hari Selasa, tanggal 21 Mei 2019.

 

Back Download PDF
Copyright © 2024 MNC Sekuritas. All Right Reserved. A Member of MNC Group