Beranda

RESEARCH

Fixed Income Notes

22 Agustus 2019

Fixed Income Notes 22 Agustus 2019

Nilai tukar rupiah yang cenderung menguat serta aksi beli  pelaku pasar ditengah penentuan suku bunga acuan Bank Indonesia dukung penurunan imbal hasil Surat Utang Negara pada perdagangan di hari Rabu, tanggal 21 Agustus 2019.
 
Perubahan tingkat imbal hasil cenderung mengalami penurunan dimana perubahan imbal hasil yang cukup besar terjadi pada tenor menengah dan tenor panjang. Imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor pendek (1-4 tahun) mengalami rata-rata penurunan sebesar 2 bps dengan adanya kenaikan harga hingga sebesar 9 bps. Sementara itu imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor menengah (5-7 tahun) yang mengalami penurunan berkisar antara 1 - 4,6 bps dengan adanya kenaikan harga hingga 18,6 bps dan imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor panjang (di atas 7 tahun) yang sebagian besar bergerak dengan mengalami penurunan hingga 10 bps setelah didorong oleh adanya kenaikan harga hingga sebesar 106 bps. 

Pergerakan imbal hasil Surat Utang Negara yang mengalami penurunan pada perdagangan kemarin didukung oleh stabilnya nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika di tengah mata uang regional yang cenderung mengalami penguatan terhadap dollar Amerika seiring adanya penentuan suku bunga acuan Bank Indonesia. Kami masih meyakini bahwa Bank Indonesia akan mempertahankan suku bunga acuannya di level 5,75%. Para pelaku pasar terlihat aktif melakukan pembelian Surat Utang Negara di pasar sekunder sehingga mendorong terjadinya penurunan imbal hasilnya yang terindikasi dari meningkatnya volume perdagangan dibandingkan dengan volume perdagangan sebelumnya.

Selain itu, penurunan imbal hasil juga didorong oleh masih berlanjutnya akumulasi pembelian oleh investor asing dimana pada  pertengahan bulan Agustus 2019, investor asing mencatatkan pembelian bersih Surat Utang Negara senilai Rp1,08 triliun. Sehingga hal tersebut mendorong terjadinya penurunan imbal hasil Surat Utang Negara seri acuan dengan tenor 5 tahun sebesar 5 bps di level 6,703%. Adapun untuk tenor 10 tahun mengalami penurunan sebesar 6 bps di level 7,262%, sementara itu untuk tenor 15 tahun mengalami penurunan sebesar 1 bps di level 7,703%. Sedangkan untuk tenor 20 tahun mengalami penurunan imbal hasil sebesar 7 bps di level 7,758%. 

Dari perdagangan Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang dollar Amerika, tingkat imbal hasilnya terlihat mengalami kenaikan ditengah penurunan imbal hasil surat utang global. Imbal hasil dari INDO24 terlihat mengalami kenaikan terbatas dibawah 1 bps di level 2,712% dengan penurunan harga sebesar 1 bps. Adapun imbal  hasil dari INDO29 mengalami kenaikan sebesar 2 bps di level 3,012% setelah mengalami penurunan harga sebesar 18,2 bps. Sementara itu imbal hasil INDO44 mengalami kenaikan sebesar 0,4 bps di level 3,927% didorong turunnya harga sebesar 7,6 bps. Adapun untuk INDO49 mengalami kenaikan imbal hasil sebesar 1,5 bps di level 3,780% yang didorong oleh turunnya harga sebesar 32 bps.

Volume perdagangan Surat Utang Negara yang dilaporkan pada perdagangan kemarin masih cukup besar, senilai Rp13,51 triliun dari 42 seri Surat Utang Negara yang diperdagangkan dengan volume perdagangan seri acuan yang dilaporkan senilai Rp6,97 triliun. Obligasi Negara seri FR0077 menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp3,45 triliun dari 50 kali transaksi di harga rata - rata 105,38% yang diikuti oleh perdagangan Obligasi Negara seri FR0078 senilai Rp1,79 triliun dari 70 kali transaksi di harga rata - rata 106,63%. 
 
Sementara itu dari perdagangan obligasi korporasi, volume perdagangan yang dilaporkan meningkat senilai Rp900 miliar dari 41 seri obligasi korporasi yang diperdagangkan. Obligasi Berkelanjutan III Sarana Multigriya Finansial Tahap VII Tahun 2017 Seri B (SMFP03BCN7) menjadi obligasi korporasi dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp220,00 miliar dari 13 kali transaksi di harga rata - rata 100,61% dan diikuti oleh perdagangan Sukuk Mudharabah Berkelanjutan I Bank CIMB Niaga Tahap II Tahun 2019 Seri A (SMBNGA01ACN2) senilai Rp89,00 miliar dari 3 kali transaksi di harga 100,00%. Adapun untuk volume perdagangan Surat Berharga Syariah Negara terbesar didapati pada Project Based Sukuk seri PBS014 sebesar Rp788,56 miliar dari 22 kali transaksi yang diikuti oleh volume Project Based Sukuk dengan seri PBS019 sebesar Rp195,50 miliar untuk 18 kali perdagangan.

Sedangkan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika mampu ditutup dengan mengalami penguatan sebesar 24,00 pts (0,17%) pada level 14244,00 per dollar Amerika setelah bergerak fluktuatif dengan kecenderungan mengalami penguatan dan bergerak pada kisaran 14230,00 hingga 14275,00 per dollar Amerika. Penguatan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika seiring dengan flutuatifnya arah pergerakan mata uang regional. Adapun yang memimpin penguatan mata uang regional didapati pada mata uang Won Korea Selatan (KRW) sebesar 0,49% dan diikuti oleh penguatan mata uang Rupee India (INR) sebesar 0,32%. Adapun untuk mata uang Rupiah Indonesia (IDR) dan Dollar Singapura (SGD) menguat masing-masing sebesar 0,17% dan 0,16%. Sedangkan mata uang regional yang mengalami pelemahan terbesar didapati pada mata uang Yen Jepang (JPY) dan Renminbi China (CNY) masing-masing sebesar 0,21% dan 0,07% terhadap Dollar Amerika. 

Pada perdagangan hari ini kami perkirakan harga Surat Utang Negara akan bergerak menguat melanjutkan tren kenaikan dari perdagangan kemarin. Hanya saja, para pelaku pasar perlu mencermati pergerakan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika seiring dengan sentimen perang dagang antara Amerika dan China. Hari ini, para pelaku pasar cenderung menantikan rilis kebijakan moneter Bank Indonesia terkait suku bunga acuan untuk periode Agustus 2019. Kami masih meyakini bahwa Bank Indonesia akan mempertahankan suku bunga acuannya di level 5,75%.

Sebagian besar imbal hasil surat utang global pada perdagangan kemarin kembali mengalami kenaikan. Imbal hasil dari US Treasury dengan tenor 10 tahun ditutup naik pada level 1,586% seiring dengan US Treasury dengan tenor 30 tahun yang ikut mengalami kenaikan imbal hasil di level 2,066%. Imbal hasil surat utang Jerman (Bund) dengan tenor 10 tahun terlihat mengalami kenaikan terbatas di level -0,671%, sementara itu surat utang Inggris (Gilt) dengan tenor yang sama ditutup dengan mengalami penurunan di level 0,471%. Kondisi tersebut kami perkirakan akan masih menjadi peluang untuk menekan harga Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang dollar Amerika. 

Rekomendasi
Dengan demikian, kami masih menyarankan kepada investor untuk melakukan strategi trading memanfaatkan momentum kenaikan harga Surat Utang Negara dengan pilihan masih pada Surat Utang Negara dengan tenor pendek hingga menengah seperti seri FR0031, FR0053, FR0061, FR0056, FR0059, dan FR0064. 
 
Peringkat Bank Rakyat Indonesia ditegaskan di “idAAA” oleh PT Pemeringkat Efek Indonesia

Back Download PDF
Copyright © 2024 MNC Sekuritas. All Right Reserved. A Member of MNC Group