Beranda

RESEARCH

Fixed Income Notes

27 Juni 2019

Fixed Income Notes 27 Juni 2019

Pada perdagangan kemarin, hari Rabu, tanggal 26 Juni 2019, harga Surat Utang Negara kembali bergerak bervariasi dengan kecenderungan mengalami kenaikan yang didorong oleh sentimen global.
 
Perubahan harga yang terjadi pada perdagangan kemarin hari Rabu, 26 Juni 2019 mengalami rata-rata kenaikan hingga sebesar 11 bps yang mendorong terjadinya rata-rata penurunan tingkat imbal hasil sebesar 1 bps. Adapun untuk Surat Utang Negara dengan tenor pendek (1-4 tahun) mengalami penurunan harga hingga sebesar 4 bps yang menyebabkan terjadinya kenaikan imbal hasil sebesar 2 bps. Sementara itu, Surat Utang Negara dengan tenor menengah (5-7 tahun) juga didapati penurunan harga yang berkisar antara 0,3 bps hingga 9,4 bps yang berdampak pada meningkatnya tingkat imbal hasil hingga sebesar 2 bps. Adapun untuk Surat Utang Negara dengan tenor panjang (diatas 7 tahun) mengalami kenaikan harga dengan rata-rata sebesar 17 bps yang mendorong terjadinya penurunan tingkat imbal hasil mencapai 9 bps.

Pada perdagangan kemarin, harga Surat Utang Negara kembali bergerak dengan arah yang bervariasi dengan kecenderungan mengalami kenaikan ditengah nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika yang mengalami pelemahan. Adapun perubahan harga Surat Utang Negara tersebut lebih banyak dipengaruhi oleh sentimen global, jelang diselenggarakannya pertemuan G20 pada tanggal 28-29 Juni 2019 di Osaka, Jepang. Para pelaku pasar cenderung menantikan perkembangan hubungan dagang antara Amerika dan China, dimana Amerika sempat mengancam untuk menaikan tarif sebesar 25% pada barang-barang China dan tetap membatasi gerak Huawei. Sementara itu, sentimen positif datang dari ekspektasi penurunan suku bunga global. Meskipun pada pertengahan bulan ini The Fed tetap mempertahankan suku bunga acuannya pada level 2,25% hingga 2,50%, namun para pelaku pasar semakin yakin bahwa The Fed akan melakukan penurunan suku bunga acuan pada pertengahan bulan depan. Hal ini membuat para pelaku pasar mengambil posisi dengan mencari aset yang memberikan tingkat imbal hasil yang lebih tinggi pada negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. 
 
Sementara itu, meningkatnya imbal hasil juga terlihat pada perdagangan Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang Dollar Amerika yang terjadi ditengah naiknya tingkat imbal hasil surat utang global. Kenaikan imbal hasil tersebut didapati pada sebagian besar seri Surat Utang Negara berdenominasi mata uang Dollar Amerika. Perubahan harga INDO24 dan INDO29 mengalami penurunan masing-masing sebesar 4,4 bps dan 15,5 bps yang berdampak pada kenaikan imbal hasil masing-masing sebesar 1 bps di level 2,975% dan 1,8 bps di level 3,370%. Adapun untuk seri INDO44 dan INDO49 didapati penurunan harga masing-masing sebesar 35 bps dan 6 bps sehingga mengakibatkan meningkatnya tingkat imbal hasil masing-masing sebesar 2 bps di level 4,285% dan 0,3 bps di level 4,184%. 
 
Volume perdagangan Surat Berharga Negara yang dilaporkan pada perdagangan kemarin mengalami penurunan dibandingkan dengan volume perdagangan sebelumnya, yaitu senilai Rp8,90 triliun dari 41 seri Surat Utang Negara yang diperdagangkan dengan Surat Utang Negara seri acuan sebesar Rp4,35 triliun. Adapun Surat Utang Negara seri FR0079 menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp1,69 triliun dari 134 kali transaksi di harga rata - rata 105,45% yang diikuti oleh perdagangan Obligasi Negara seri FR0078 dan FR0053 masing-masing senilai Rp1,15 triliun dari 53 kali transaksi di harga rata - rata 105,75% dan Rp973,88 miliar dari 13 kali transaksi di harga rata - rata 102,63%. Adapun untuk Surat Berharga Syariah terbesar didapati pada Project Based Sukuk seri PBS014 dengan volume sebesar Rp412,00 miliar dari 6 kali transaksi dan diikuti oleh seri PBS019 sebesar Rp326,00 miliar untuk 14 kali transaksi. 
 
Sementara itu dari perdagangan obligasi korporasi, volume perdagangan yang dilaporkan lebih kecil daripada volume perdagangan sebelumnya, yaitu senilai Rp1,55 triliun dari 48 seri obligasi korporasi yang diperdagangkan. Adapun untuk seri Obligasi Berkelanjutan II Chandra Asri Petrochemical Tahap II Tahun 2019 (TPIA02CN2) menjadi obligasi korporasi dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp431,00 miliar dari 9 kali transaksi di harga rata - rata 100,57% dan diikuti oleh Obligasi Berkelanjutan III PNM Tahap I Tahun 2019 Seri A (PNMP03ACN1) dan Obligasi Berkelanjutan I Global Mediacom Tahap I Tahun 2017 Seri A (BMTR01ACN1) masing-masing senilai Rp197,00 miliar dari 7 kali transaksi di harga rata - rata 100,45% dan Rp120,00 miliar dari 4 kali transaksi di harga rata-rata 100,30%.  
 
Pada perdagangan kemarin, nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika mengalami pelemahan sebesar 53 pts (0,37%) di level 14178,00 per Dollar Amerika. Pergerakan nilai tukar Rupiah dibuka dengan mengalami pelemahan sepanjang sesi perdagangan dan bergerak pada kisaran 14135 hingga 14182 per Dollar Amerika. Nilai tukar mata uang Rupiah tersebut mengalami pelemahan seiring dengan pergerakan nilai tukar mata uang regional yang bergerak bervariasi terhadap mata uang Dollar Amerika. Adapun mata uang Rupee India (INR) memimpin penguatan sebesar 0,27% diiringi dengan mata uang Renminbi China (CNY) dan mata uang Dollar Hongkong (HKD) yang juga mengalami penguatan masing-masing sebesar 0,05% dan 0,03%. Sedangkan untuk mata uang regional yang mengalami pelemahan terbesar didapati pada mata uang Yen Jepang (JPY) yang mengalami koreksi sebesar 0,47% terhadap Dollar Amerika dan diikuti oleh mata uang Rupiah Indonesia (IDR) sebesar 0,37% terhadap Dollar Amerika.
 
Sementara itu, imbal hasil dari US Treasury dengan tenor 10 tahun mengalami pelemahan yang terbatas sehingga berada di level 2,043%, namun untuk tenor 30 tahun mengalami penguatan imbal hasil di level 2,565%. Pergerakan US Treasury ini terjadi ditengah kondisi pasar saham Amerika yang bergerak bervariasi dimana indeks DJIA ditutup melemah terbatas sebesar 4 bps sehingga berada pada level 26536,82 dan indeks NASDAQ ditutup menguat sebesar 32 bps sehingga berada pada level 7909,97. Sementara itu, untuk pasar obligasi Inggris (Gilt) dengan tenor 10 tahun mengalami penguatan di level 0,834%. Adapun untuk obligasi Jerman (Bund) dengan tenor 10 tahun dan 30 tahun, keduanya mengalami penguatan masing-masing pada level –0,298% dan 0,278%. 
 
Pada perdagangan hari ini kami perkirakan harga Surat Utang Negara masih akan bergerak bervariasi dengan masih berpeluang untuk mengalami kenaikan yang didorong penguatan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika akibat optimisnya para pelaku pasar terhadap beberapa sentimen global. Selain itu, para pelaku pasar juga menantikan pembahasan terkait hubungan dagang antara Amerika dan China pada pertemuan G20 di Osaka, Jepang.

Rekomendasi
Dengan kondisi tersebut, maka kami sarankan kepada investor untuk tetap mencermati arah pergerakan harga Surat Utang Negara. Kami merekomendasikan kepada investor untuk melakukan strategi trading di tengah pergerakan harga Surat Utang Negara yang cenderung bergerak berfluktuasi dengan fokus kepada pergerakan nilai tukar Rupiah. Adapun seri - seri yang menarik pada kondisi tersebut diantaranya adalah sebagai berikut: FR0053, FR0061, FR0043, FR0063, FR0070, FR0056, FR0059, dan FR0071. 
 
PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) menetapkan peringkat “idA+” untuk Obligasi Berkelanjutan II Tahun 2019 yang diterbitkan oleh PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk (PJAA).

 

Back Download PDF
Copyright © 2024 MNC Sekuritas. All Right Reserved. A Member of MNC Group