Beranda

RESEARCH

Fixed Income Notes

27 Mei 2019

Fixed Income Notes 27 Mei 2019

Pada perdagangan akhir pekan kemarin, hari Jumat, tanggal 24 Mei 2019, harga Surat Utang Negara mengalami kenaikan yang didukung oleh tren positif penguatan nilai tukar mata uang Rupiah serta meredanya ketegangan politik yang terjadi di dalam negeri.
 
Pada perdagangan akhir pekan kemarin, hari Jumat, tanggal 24 Mei 2019, harga Surat Utang Negara mengalami kenaikan pada sebagian besar serinya hingga sebesar 30 bps yang mendorong terjadinya penurunan tingkat imbal hasil hingga sebesar 4 bps. Adapun untuk Surat Utang Negara yang bertenor pendek (1-4 tahun) mengalami rata—rata kenaikan harga sebesar 4,3 bps yang mengakibatkan terjadinya penurunan tingkat imbal hasil sebesar 1,6 bps. Sementara itu, untuk harga Surat Utang Negara bertenor menengah (5-7 tahun) mengalami kenaikan mencapai 21,5 bps yang berdampak pada penurunan tingkat imbal hasil hingga 5,3 bps. Selanjutnya, untuk Surat Utang Negara dengan tenor panjang (diatas 7 tahun) didapati penurunan tingkat imbal hasil hingga sebesar 14,1 bps setelah adanya peningkatan harga yang mencapai 117 bps.

Harga Surat Utang Negara pada perdagangan akhir pekan kemarin ditutup dengan mengalami kenaikan sehingga mengakibatkan terjadinya penurunan tingkat imbal hasil. Kenaikan harga tersebut didukung oleh tren positif penguatan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika serta meredanya ketegangan politik di dalam negeri yang mengalami puncaknya pada tanggal 21-22 Mei 2019 kemarin. Selain itu, adanya upaya para pelaku pasar untuk memperbaiki kinerja portofolio di bulan Mei 2019 akan turut mendorong kenaikan harga Surat Utang Negara di pasar sekunder. Hal ini terindikasi dari volume perdagangan pada perdagangan kemarin yang meningkat dari volume perdagangan sebelumnya.

Secara keseluruhan, pergerakan harga Surat Utang Negara pada perdagangan akhir pekan kemarin telah mendorong terjadinya penurunan imbal hasil Surat Utang Negara seri acuan. Adapun untuk tenor 5 tahun mengalami penurunan imbal hasil sebesar 5 bps dilevel 7,452% dan untuk tenor 10 tahun mengalami penurunan mencapai 6 bps di level 7,899%. Sementara itu, untuk Surat Utang Negara seri acuan dengan tenor 15 tahun dan 20 tahun, juga terjadi penurunan imbal hasil masing-masing turun sebesar 14,1 bps di level 8,361% dan 8,7 bps di level 8,421%.

Perubahan imbal hasil juga terlihat pada perdagangan Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang dollar Amerika, dimana pada perdagangan akhir pekan kemarin sebagian besar imbal hasilnya bergerak menguat ditengah penurunan imbal hasil yang terjadi pada surat utang regional. Imbal hasil dari INDO24 ditutup dengan mengalami kenaikan sebesar 0,9 bps di level 3,405% setelah mengalami penurunan harga sebesar 4 bps. Adapun imbal hasil dari INDO29 mengalami penurunan sebesar 1,1 bps di level 3,872% setelah mengalami kenaikan harga sebesar 9,3 bps dan imbal hasil dari INDO44 yang mengalami kenaikan terbatas dibawah 1 bps di level 4,688% setelah mengalami penurunan harga sebesar 0,6 bps. Sementara itu, untuk seri INDO49 didapati kenaikan harga sebesar 9,3 bps yang mendorong terjadinya penurunan tingkat imbal hasil sebesar 0,5 bps di level 4,613%.

Volume perdagangan Surat Utang Negara yang dilaporkan pada perdagangan kemarin meningkat dibandingkan perdagangan sebelumnya yaitu senilai Rp18,71 triliun dari 44 seri Surat Utang Negara yang diperdagangkan dengan volume perdagangan seri acuan yang dilaporkan senilai Rp8,42 triliun. Surat Utang Negara seri FR0078 menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp5,80 triliun dari 114 kali transaksi di harga rata - rata 102,26% yang diikuti oleh perdagangan Obligasi Negara seri FR0053 senilai Rp1,46 triliun dari 5 kali transaksi di harga rata - rata 102,33%. 
 
Sementara itu dari perdagangan surat utang korporasi, volume perdagangan yang dilaporkan meningkat dibandingkan dengan perdagangan sebelumnya senilai Rp1,75 triliun dari 60 seri obligasi korporasi yang diperdagangkan. Obligasi Berkelanjutan I Bank Danamon Tahap I Tahun 2019 Seri A (BDMN01ACN1) menjadi obligasi korporasi dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp184,00 miliar dari 3 kali transaksi di harga rata—rata 100,00% dan diikuti oleh perdagangan Obligasi Berkelanjutan III Federal International Finance Tahap V Tahun 2019 Seri B (FIFA03BCN5) senilai Rp133,00 miliar dari 4 kali transaksi di harga rata - rata 100,48% yang kemudian diiringi dengan Obligasi Berkelanjutan III Tower Bersama Infrastructure Tahap III Tahun 2019 (TBIG03CN3) sebesar Rp110,00 miliar untuk 2 kali transaksi di harga 100,00%. 

Pada perdagangan akhir pekan kemarin, nilai tukar Rupiah mengalami apresiasi sebesar 73,00 pts (0,51%) di posisi 14390,00 per dollar Amerika setelah bergerak dengan mengalami penguatan sepanjang sesi perdagangan yang bergerak pada kisaran pada kisaran 14390,00 hingga 14470,00 per dollar Amerika. Penguatan nilai tukar rupiah tersebut terjadi ditengah penguatan nilai mata uang regional. Adapun yang memimpin penguatan mata uang regional didapati pada mata uang Rupee India (INR) sebesar 0,68% yang kemudian diikuti oleh mata uang Peso Filipina (PHP) sebesar 0,62% dan Rupiah Indonesia (IDR) sebesar 0,51%. Sedangkan mata uang regional yang mengalami pelemahan terbesar didapati pada mata uang Yen Jepang (JPY) sebesar 0,06% dan diikuti oleh Dollar Hongkong (HKD) yang melemah terbatas dibawah 1 bps terhadap Dollar Amerika.

Pada perdagangan hari ini kami perkirakan harga Surat Utang Negara masih akan cenderung bergerak dengan mengalami penguatan. Kami menilai penguatan harga tersebut didorong oleh tren positif penguatan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika akibat meredanya ketegangan politik yang terjadi di dalam negeri serta tingginya permintaan domestik ditengah lemahnya ekspor dan impor global akibat sentimen perang dagang antara Amerika dan China. Sementara itu, para pelaku pasar juga masih akan menantikan rilis data ekonomi global dimana pada akhir bulan ini, Kamis, 30 Mei 2019 akan disampaikan data pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat kuartal I 2019. Sedangkan dari Kawasan regional, para pelaku pasar akan menantikan data indeks manufaktur China di bulan Mei 2019 yang  kami perkirakan akan mengalami kontraksi. 

Dari faktor eksternal, imbal hasil dari US Treasury ditutup dengan mengalami kenaikan. Imbal hasil dari US Treasury dengan tenor 10 tahun ditutup meningkat di level 2,324% seiring dengan tenor 30 tahun yang ikut ditutup naik pada level 2,752%. Kenaikan imbal hasil US Treasury pada perdagangan akhir pekan kemarin seiring dengan menguat saham utamanya yaitu untuk indeks NASDAQ yang menguat sebesar 11 bps di level 7637,01 dan untuk indeks DJIA juga menguat sebesar 37 bps sehingga berada di level 25585,69. Sementara itu, imbal hasil dari surat utang Inggris (Gilt) dengan tenor 10 tahun juga mengalami kenaikan pada level 0,958%. Adapun imbal hasil dari surat utang Jerman (Bund) juga ditutup turun di level –0,116%. 

Rekomendasi
Dengan kondisi tersebut kami sarankan kepada investor untuk tetap mencermati arah pergerakan harga Surat Utang Negara dengan melakukan strategi trading memanfaatkan momentum kenaikan harga Surat Utang Negara di pasar sekunder. Kami masih merekomendasikan Surat Utang Negara sebagai portofolio trading seperti seri FR0053, FR0061, FR0035, FR0063, FR0070, FR0056, dan FR0059. 
 
Pada sepekan kedepan terdapat tiga surat utang yang akan jatuh tempo senilai Rp3,27 triliun.  

Back Download PDF
Copyright © 2024 MNC Sekuritas. All Right Reserved. A Member of MNC Group