Beranda

RESEARCH

Daily Highlight

02 Agustus 2019

Early Bird 02 Agustus 2019

Mayoritas bursa saham di developed economies ditutup melemah. Bursa saham benua kuning bergerak menurun pada perdagangan akhir kemarin. Indeks Nikkei ditutup melemah sebesar -2.12% , indeks Shangai melemah -1.51% , indeks Kospi menguat -1.04% , dan indeks Hang Seng melemah -2.15% . Sementara itu, Wall Street ditutup melemah pada perdagangan Jumat malam dimana Indeks Dow Jones melemah sebesar –1.05% di level 26,583 diikuti oleh indeks S&P 500 yang ditutup melemah –0.90% . Wall Street ditutup melemah dikarenakan pernyataan Trump tentang kemungkinan AS untuk menerapkan tambahan 10% bea masuk untuk impor produk China senilai US$ 300 miliar mulai 1 September. Ini tidak termasuk importasi senilai US$ 250 miliar yang sudah dikenakan bea masuk 25%. Jika China tidak terima (kemungkinan besar Beijing tidak akan terima), maka aksi balas dendam balik menerapkan bea masuk terhadap produk AS pasti dilakukan. Bukan damai dagang, tetapi perang dagang AS-China akan meletus kembali.

 

Di samping itu, di pasar komoditi, harga minyak mentah WTI  menguat -2,90 % ke USD 54.92 per barel.

Pada perdagangan 2 Agustus, IHSG ditutup  melemah sebesar –0.84% kelevel 6,329. Sejalan dengan hal tersebut investor portofolio membukukan net buy sebesar IDR 43,5 Miliar.

 

Bursa saham utama Singapura membuka perdagangan akhir pekan di zona merah seiring dengan kekhawatiran pelaku pasar akan potensi ekskalasi perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China. Indeks Straits Times (STI) dibuka anjlok 0,62% menjadi 3.271,4 poin, dimana dari 30 saham yang menghuni indeks acuan bursa saham Singapura tersebut, sebanyak 5 mencatatkan kenaikan harga, 20 saham melemah, dan 5 saham tidak mencatatkan perubahan harga. Cuitan Presiden AS Donald Trump kembali memantik aksi jual investor. Dalam kicauan di akun Twitter pribadinya, Trump menegaskan per 1 September mendatang dirinya akan mengenakan tarif impor sebesar 10% untuk produk asal China senilai US$ 300 miliar.  Bahkan dia mengancam dapat memberikan tarif yang lebih tinggi, jika Presiden China Xi Jinping tidak mau bergerak cepat untuk mencapai kesepakatan dagang. (CNBC)

 

Kenaikan harga cabai menjadi penggerak utama inflasi di bulan Juli tahun ini. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, inflasi bulanan untuk Juli 2019 sebesar 0,31%. Jika dihitung dalam basis year on year (yoy), inflasi di Juli sebesar 3,23% . Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, kenaikan harga cabai merah dan cabai rawit memberi andil inflasi masing-masing sebesar 0,2% dan 0,06%. Ini lantaran gagal panen yang melanda petani di sejumlah daerah akibat musim kemarau pajang. Tak hanya pedasnya harga cabai, kenaikan harga emas dan kenaikan biaya pendidikan awal tahun ajaran baru juga turut memicu inflasi bulan lalu. Adapun kelompok sandang dan pendidikan masing-masing mencatat inflasi 0,7% dan 0,92%.  

Back Download PDF
Copyright © 2024 MNC Sekuritas. All Right Reserved. A Member of MNC Group