Setelah selama seminggu lalu IHSG turun -0.92% disertai Net Sell Investor Asing cukup besar yakni Rp -3.18 triliun, diawal pekan ini ada peluang IHSG berat melangkah seiring turunnya DJIA sebesar -0.34%, Nikel -1.11%, Timah -0.15% serta EIDO -0.48%. Dilain pihak menguatnya harga WTI Crude Oil +3.20% & CPO +1.92% membuka peluang naiknya saham-saham berbasis komoditas tersebut. Mengetahui sentimen tersebut, Senin ini kami merekomendasikan untuk trading atas saham-saham di Sektor Logam, Konstruksi, Properti, Bank, Infrastruktur, Retail dan Pakan Ternak Ayam. IHSG kami perkirakan bergerak pada 6,238 - 6,330. Adapun saham – saham yang kami rekomendasikan hari ini adalah ANTM WEGE WIKA CTRA BBRI INCO AKRA JPFA ESSA RALS.
Mayoritas bursa saham di developed economies bergerak melemah. Bursa saham benua kuning bergerak bervariatif pada perdagangan akhir kemarin. Indeks Nikkei ditutup menguat sebesar +0.44% diikuti oleh Indeks Kospi menguat sebesar +0.89% , namun Indeks Hang Seng melemah sebesar –0.69% diikuti oleh Indeks Shanghai melemah sebesar –0.71%. Sementara itu, Dow Jones ditutup melemah sebesar –0.34% ke level 26,287, pelemahan tersebut seiring dengan pelemahan pada S&P 500 (-0.66%). Wall Street ditutup melemah dikarenakan pelaku pasar underconfidence kesepakatan dagang AS-China dapat terjadi dalam waktu dekat sejalan dengan pernyataan Trump kepada wartawan bahwa AS tidak akan berbisnis dengan Huawei dan belum siap untuk melakukan kesepakatan perdagangan dengan China (9/8/2019). Di samping itu, di pasar komoditi, harga minyak mentah WTI menguat +1.96% ke USD 54.5 per barel dikarenakan meningkatnya tensi di Timur Tengah seiring dengan penyerangan daerah Aden di Yaman oleh koalisi yang dipimpin oleh Arab Saudi untuk menghantam pasukan separatis.
Pada perdagangan 09 Agustus, IHSG ditutup menguat sebesar +0.12% kelevel 6,282. Sejalan dengan hal tersebut investor portofolio membukukan net buy sebesar IDR 63 Miliar. Pelaku pasar perlu memantau reaksi dari rilis data Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) kuartal II-2019 yang membukukan defisit sebesar US$ 1,98 miliar dimana kuartal sebelumnya terjadi surplus US$ 2,42 miliar dimana pada pos utama transaksi berjalan (current account), terjadi defisit US$ 8,44 miliar atau 3,04% dari Produk Domestik Bruto (PDB), lebih dalam dibandinkan kuartal sebelumnya yaitu minus US$ 6,97 miliar (2,6% PDB).