Beranda

RESEARCH

Company Update

04 Oktober 2018

Fixed Income Notes 04 Oktober 2018

Berlanjutnya pelemahan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerkia mendorong terjadinya kenaikan imbal hasil Surat Utang Negara pada perdagangan di hari Rabu, 3 Oktober 2018.

Perubahan tingkat imbal hasil berkisar antara 1 bps hingga 16 bps dengan rata - rata mengalami kenaikan sebesar 4,3 bps dimana Surat Utang Negara dengan tenor pendek terlihat mengalami penurunan imbal hasil sementara itu pada tenor menengah dan penjang terlihat mengalami kenaikan imbal hasil. Imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor pendek mengalami penurunan imbal hasil hingga sebesar 5 bps yang didorong oleh adanya kenaikan harga hingga sebesar 10 bps. Adapun imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor menengah mengalami kenaikan hingga sebesar 6 bps yang disebabkan adanya koreksi harga yang sebesar 30 bps. Sementara itu imbal hasil dari Surat Utang Negara bertenor panjang mengalami kenaikan yang cukup besar hingga sebesar 16 bps yang didorong oleh adanya penurunan harga yang berkisar antara 10 hingga 135 bps. 

Pergerakan imbal hasil Surat Utang Negara yang cenderung mengalami kenaikan pada perdagangan kemarin dipengaruhi oleh faktor kembali berlanjutnya pelemahan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika seiring dengan kenaikan harga minyak dunia yang dikhawatirkan akan berdampak terhadap defisit neraca perdagangan (Trade Balance) dan neraca berjalan (Current Account). Kondisi tersebut mendorong investor untuk melakukan aksi ambil untung (profit taking) dengan melakukan penjualan di pasar sekunder. Hanya saja, aksi jual oleh investor pada perdagangan kemarin tidak didukung oleh volume perdagangan yang besar. hal tersebut mengindikasikan bahwa investor masih berusaha mencermati kondisi pasar surat utang jelang disampaikannya beberapa data ekonomi di pekan ini. 

Secara keseluruhan, kenaikan imbal hasil Surat Utang Negara yang terjadi pada perdagangan kemarin juga berdampak terhadap kenaikan imbal hasil Surat Utang Negara seri acuan, dimana untuk tenor 5 tahun tercatat mengalami kenaikan sebesar 6 bps di level 7,973%. Sementara itu imbal hasil dari seri acuan dengan tenor 10 tahun dan 15 tahun masing - masing mengalami kenaikan sebesar 11 bps dan 10 bps di level 8,214% dan 8,378%. Adapun untuk tenor 20 tahun mengalami kenaikan sebesar 8 bps di level 8,699%.

Sementara itu dari perdagangan Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang Dollar Amerika, pergerakan tingkat imbal hasilnya cukup bervariasi dengan perubahan yang relatif terbatas. Imbal hasil dari INDO23, INDO28 dan INDO43 maisng - masing mengalami penurunan imbal hasil sebesar 1 bps di level 4,065%, 4,446% dan 5,061%. Adapun imbal hasil dari INDO19 terlihat mengalami kenaikan imbal hasil sebesar 4 bps di level 2,502%.

Volume perdagangan Surat Berharga Negara yang dilaporkan pada perdagangan kemarin mengalami penurunan dibandingkan dengan volume perdagangan di hari Selasa, yaitu senilai Rp7,16 triliun dari 37 seri Surat Berharga Negara yang dilaporkan dengan volume perdagangan seri acuan senilai Rp1,20 triliun. Obligasi Negara seri FR0070 menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp1,80 triliun dari 40 kali transaksi di harga rata - rata 100,61% dan diikuti oleh perdagangan Obligasi Negara seri FR0071 senilai Rp723,41 miliar dari 13 kali transaksi di harga rata - rata 104,79%. Adapun Sukuk Ritel seri SR008 menjadi Sukuk Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp44,29 miliar dari 24 kali transaksi di harga rata - rata 100,34% dan diikuti oleh perdagangan Sukuk Ritel seri SR010 senilai Rp19,13 miliar dari 15 kali transaksi di harga rata - rata 95,80%. 

Dari perdagangan surat utang korporasi, volume perdagangan yang dilaporkan senilai Rp974,72 miliar dari 45 seri surat utang yang diperdagangkan. Obligasi II Intiland Development Tahun 2016 Seri A (DILD02A) menjadi surat utang korporasi dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp138,0 miliar dari 2 kali transaksi di harga rata - rata 100,00% dan diikuti oleh perdagangan Obligasi Berkelanjutan III Federal International Finance Tahap IV Tahun 2018 Seri A (FIFA03ACN4) senilai Rp100 miliar dari 2 kali transaksi di harga rata - rata 100,00%. 

Nilai tukar Rupiah pada perdagangan kemarin kembali ditutup melemah sebesar 32,50 pts (0,22%) di level 15075,00 per Dollar Amerika. Bergerak melemah sepanjang sesi perdagangan di kisaran 15065,30 hingga 15087,50 per Dollar Amerika di tengah pergerakan nilai tukar mata uang regional yang cenderung bergerak terbatas. Mata unag Rupee India (INR) dan Rupiah mengalami pelemahan yang cukup besar di tengah kenaikan harga minyak dunia yang dikhawatirkan berdampak terhadap kondisi ekonomi kedua negara tersebut yang tercatat sebagai negara - negara pengimpor minyak. Pelemahan nilai tukar Rupiah kemarin merupakan yang terendah dalam satu tahun terakhir dan juga yang terendah sejak krisis keuangan di tahun 1998. Sejak awal tahun 2018, nilai tukar Rupiah telah mengalami pelemahan sebesar 11,21% terhadap Dollar Amerika. 

Dari perdagangan surat utang global, pergerakan imbal hasilnya cukup bervariasi dengan kecenderungan mengalami kenaikan yang dipimpion oleh kenaikan imbal hasil dari US Treasury. Imbal hasil US Treasury pada perdagangan kemarin ditutup dengan mengalami kenaikan, dimana untuk tenor 10 tahun ditutup naik pada level 3,187% dan tenor 30 tahun di level 3,341%. Kenaikan imbal hasil US Treasury tersebut sebagai respon atas kondisi ekonomi Amerika yang cukup kuat yang tercermin pada beberapa indikator ekonomi yang disampaikan, diantaranya adalah kenaikan jumlah tenaga kerja sektor swasta, perbaikan di sektor jasa dan di sektor non manufaktur. Kenaikan imbal hasil juga didapati pada surat utang Jerman (Bund) , Inggris (Gilt) dan Jepang yang masing - masing ditutup di level 0,482%, 1,586% dan 0,152%. Adapun surat utang yang terlihat mengalami penurunan imbal hasil adalah surat utang Singapura di level 2,496% dan China di level 3,610%.

Secara teknikal, koreksi harga Surat Utang Negara yang terjadi dalam beberapa hari mulai berdampak terhadap beberapa indikator teknikal yang mengindikasikan adanya potensi perubahan tren pergerakan harga Surat Utang Negara dari tren kenaikan harga menjadi tren penurunan harga. 

Pada perdagangan hari ini kami perkirakan harga Surat Utang Negara berpeluang untuk kembali mengalami koreksi di tengah kenaikan imbal hasil US Treasury dan kenaikan imbal hasil surat utang regional. Faktor pergerakan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika akan turut mempengaruhi pergerakan harga Surat Utang Negara pada perdagangan hari ini. Sementara itu pelaku pasar akan menantikan disampaikannya data cadangan devisa bulan September 2018 yang akan disampaikan oleh Bank Indonesia pada hari Jum'at, 5 Oktober 2018 dimana angka cadangan devisa diperkirakan masih akan mengalami penurunan di tengah keluarnya aliran modal dari investor asing. 

Rekomendasi : Dengan kondisi pasar surat utang yang masih cenderung mengalami penurunan harga, maka kami masih merekomendasikan Surat Berharga Negara dengan tenor pendek dan menengah guna meminimalkan risiko fluktuasi harga di pasar sekunder. Beberapa seri pilihan yang kami sarankan diantaranya adalah sebagai berikut : *FR0031, FR0053, FR0061, FR0043, FR0063, FR0046, FR0070, FR0077, FR0059 dan FR0042.*

Kepemilikan investor asing di Surat Berharga Negara pada bulan September 2018 mengalami penurunan.

Pencatatan Obligasi Berkelanjutan I Bank BJB Tahap II Tahun 2018.

Back Download PDF
Copyright © 2024 MNC Sekuritas. All Right Reserved. A Member of MNC Group