Beranda

RESEARCH

Company Update

03 Mei 2019

Fixed Income Notes 03 Mei 2019

Imbal hasil Surat Utang Negara pada perdagangan hari Kamis, 2 Mei 2019 kembali ditutup mengalami kenaikan di tengah pelemahan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika akibat rilisnya data perekonomian global dan domestik.

Pada perdagangan di awal bulan pada hari Kamis, tanggal 2 Mei 2019, perubahan tingkat imbal hasil berkisar antara 75 - 190 bps dimana rata-rata perubahan imbal hasil yang cukup besar didapati pada Surat Utang Negara dengan tenor pendek (5-7 tahun) sebesar 6 bps yang berdampak setelah adanya perubahan harga berkisar 13 bps hingga 40 bps. Selanjutnya, imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor pendek (1-4 tahun) mengalami rata-rata perubahan sebesar 1 bps didorong oleh adanya rata-rata koreksi harga sebesar 5 bps. Sementara itu imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor panjang (diatas 7 tahun) mengalami kenaikan berkisar antara 7,5 hingga 24 bps dengan didorong olah adanya koreksi harga mencapai 190 bps.

Perubahan harga Surat Utang Negara pada perdagangan kemarin yang cenderung mengalami penurunan dipicu oleh pelemahan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika, dimana kondisi pelemahan nilai tukar Rupiah tersebut diikuti oleh kondisi global yang bereaksi atas pernyataan The Fed yang menunjukan optimisme terhadap pertumbuhan ekonomi Amerika dan terjaganya inflasi di negara tersebut. Hasil FOMC Meeting merilis suku bunga acuan Bank Sentral Amerika bertahan di level 2,25% hingga 2,50%. Pernyataan The Fed yang bernada hawkish membuat para pelaku pasar lebih memilih untuk memarkirkan asetnya pada instrument investasi yang lebih aman ditengah risiko ketidakpastian pertumbuhan ekonomi global. Sementara itu, dari sisi domestik, Badan Pusat Statistik melaporkan bahwa inflasi pada periode April 2019 terjadi sebesar 0,44% (MoM) sehingga inflasi tahunan berada pada level 2,83% (YoY). Dengan laju inflasi yang terkendali tersebut, kami melihat bahwa instrumen Surat Berharga Negara akan memberikan pengembalian investasi yang menarik bagi investor di dalam negeri, terlebih adanya koreksi harga saat ini mendorong semakin lebarnya selisih antara laju inflasi dengan tingkat imbal hasil yang diberikan oleh instrumen Surat Berharga Negara. Namun demikian, dengan masih berfluktuasinya nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika, akan turut mempengaruhi pergerakan harga Surat Utang Negara di pasar sekunder, sehingga akan berpengaruh terhadap portofolio investor terutama investor dengan horizon investasi jangka pendek. 

Sehingga secara keseluruhan, kenaikan imbal hasil Surat Utang Negara pada perdagangan kemarin dari seri acuan ditutup mengalami kenaikan dengan rata-rata perubahan imbal hasil sebesar 5 bps masing - masing di level 7,363% untuk tenor 5 tahun, di level 7,839% untuk tenor 10 tahun, dilevel 8,292% untuk tenor 15 tahun, serta untuk tenor 20 tahun di level 8,372%.

Sementara itu dari perdagangan Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang dollar Amerika, tingkat imbal hasilnya ditutup dengan mengalami pergerakan yang bervariasi pada keseluruhan seri yang terjadi ditengah kenaikan tingkat imbal hasil dari US Treasury. Imbal hasil dari INDO29 dan INDO44 mengalami penurunan hingga 0,5 bps masing - masing di level 3,844% dan 4,702% setelah mengalami kenaikan harga yang berkisar antara 4,0 - 4,5 bps. Sedangkan INDO24 dan INDO49 mengalami kenaikan imbal hasil sekitar 0,5 bps dimana masing-masing berada di level 3,362% dan 4,615% setelah berdampak terhadap koreksi harga sebesar 1,1 bps dan 1,6 bps.

Volume perdagangan Surat Utang Negara yang dilaporkan pada perdagangan kemarin menurun dibandingkan dengan perdagangan sebelumnya, senilai Rp11,37 triliun dari 42 seri Surat Utang Negara yang diperdagangkan dimana untuk seri acuan volume perdagangan yang dilaporkan senilai Rp5,19 triliun. Obligasi Negara seri FR0079 menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp1,85 triliun dari 142 kali transaksi di harga rata - rata 101,75% dan diikuti oleh Obligasi Negara seri FR0078 senilai Rp1,42 triliun dari 97 kali transaksi di harga rata - rata 103,25%. Adapun untuk Surat Berharga Syariah Negara dengan volume tertinggi didapati pada Project Based Sukuk seri PBS013 sebesar Rp592,74 miliar untuk 5 kali transaksi dan diikuti oleh seri PBS014 sebesar Rp430,00 dari 5 kali perdagangan.

Adapun dari perdagangan obligasi korporasi, volume perdagangan yang dilaporkan senilai Rp876,00 miliar dari 35 seri obligasi korporasi yang diperdagangkan. Obligasi Berkelanjutan IV Adira Finance Tahap V Tahun 2019 Seri A (ADMF04ACN5) menjadi obligasi korporasi dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp240,00 miliar dari 3 kali transaksi di harga rata - rata 100,03% dan diikuti oleh perdagangan Obligasi Berkelanjutan Indonesia Eximbank IV Tahap III Tahun 2018 Seri D (BEXI04DCN3) senilai Rp101,80 miliar dari 2 kali transaksi di harga rata - rata 104,52%. Adapun untuk perdagangan   Obligasi Berkelanjutan Indonesia Eximbank IV Tahap IV Tahun 2019 Seri A (BEXI04ACN4) tercatat volume perdagangan sebesar Rp101,80 dari 1 kali transaksi di harga 100,03% dan untuk volume perdagangan Obligasi Berkelanjutan II WOM Finance Tahap IV Tahun 2018 Seri C (WOMF02CCN4) sebesar Rp60,00 miliar dari 4 kali transaksi di harga 97,99%.

Sementara itu nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika pada perdagangan kemarin ditutup menguat sebesar 8,00 pts (0,05%) pada level 14252,00 per dollar Amerika. Bergerak pada kisaran 14205,00 hingga 14273,00 per dollar Amerika dengan kecenderungan mengalami penguatan pada awal sesi perdagangan dan kemudian mengalami pelemahan sebentar di pertengahan sesi hingga  ditutup menguat di akhir sesi perdagangan. Penguatan mata uang Rupiah tersebut terjadi di tengah beragamnya arah pergerakan mata uang regional. Adapun yang memimpin penguatan mata uang regional yaitu mata uang Rupee India (INR) sebesar 0,23% dan diikuti oleh mata uang Won Korea Selatan (KRW) sebesar 0,21% dan mata uang Peso Filipina (PHP) sebesar 0,09%. Sedangkan untuk mata uang yang mengalami pelemahan tertinggi didapati pada mata uang Baht Thailand (THB) sebesar 0,26% yang diiringi dengan mata uang Yen Jepang (JPY) sebesar 0,13% dan mata uang Ringgit Malaysia (MYR) sebesar 0,08% terhadap mata uang Dollar Amerika.

Perubahan harga surat utang global pada perdagangan hari Kamis, mendorong terjadinya kenaikan imbal hasil US Treasury dengan tenor 10 tahun di level 2,54% dan untuk tenor 30 tahun di level 2,93%. Sementara itu, imbal hasil dari surat utang Jerman (Bund) dengan tenor 10 tahun mengalami kenaikan di level 0,031% dan tenor 30 tahun di level 0,674%. Sedangkan untuk imbal hasil surat utang Inggris (Gilt) bertenor 10 tahun mengalami penurunan di level 1,185% dan untuk tenor 30 tahun mengalami kenaikan di level 1,702%.

Pada perdagangan hari ini kami perkirakan tekanan koreksi harga Surat Utang Negara yang terjadi akan mereda seiring dengan adanya beberapa sentimen yang berasal dari domestik maupun dari eksternal. Dirilisnya data inflasi untuk periode April 2019 yang masih terjaga akan memberikan keuntungan bagi investor domestik karena semakin lebarnya antara laju inflasi dengan tingkat imbal hasil dari Surat Berharga Negara. Hanya saja, para pelaku pasar juga perlu  mencermati perubahan nilai tukar Rupiah yang terjadi di tengah kondisi ketidakpastian perekonomian global.

Rekomendasi

Dengan kondisi tersebut, maka kami sarankan kepada investor untuk tetap mencermati arah pergerakan harga Surat Utang Negara. Kami merekomendasikan kepada investor untuk melakukan strategi trading di tengah pergerakan harga Surat Utang Negara berfluktuasi. Adapun yang cenderung bergerak seri - seri yang menarik pada kondisi tersebut diantaranya adalah sebagai berikut: FR0053, FR0061, FR0063, FR0070, FR0056, dan FR0059. 

Pekan depan pemerintah akan melakukan lelang Surat Utang Negara (SBN) pada hari Selasa, tanggal 7 Mei 2019 dengan seri SPN03190808 (New Issuance), SPN12200508 (Reopening), FR0077 (Reopening), FR0078 (Reopening), FR0068 (Reopening), FR0079 (Reopening), FR0076 (Reopening). 

Back Download PDF
Copyright © 2024 MNC Sekuritas. All Right Reserved. A Member of MNC Group