Beranda

RESEARCH

Company Update

08 April 2019

Fixed Income Notes 08 April 2019

Imbal hasil Surat Utang Negara pada perdagangan hari Jumat, 5 April 2019 bergerak dengan kecenderungan mengalami penurunan di tengah sentimen damai dagang Amerika dan China sehingga berdampak pada pergerakan penguatan nilai tukar rupiah di sepanjang sesi perdagangan kemarin.

Perubahan imbal hasil yang terjadi pada perdagangan di akhir pekan lalu hingga mencapai 3 bps yang didorong oleh rata—rata kenaikan harga sebesar 5,5 bps. Adapun Harga Surat Utang Negara dengan seri acuan bertenor 5 tahun mengalami kenaikan harga sebesar 10 bps yang mengakibatkan terjadinya penurunan tingkat imbal hasil sebesar 2,4 bps di level 7,051%. Sementara itu, untuk seri acuan dengan tenor 10 tahun dan 15 tahun mengalami kenaikan harga masing-masing sebesar 16 bps dan 22 bps yang berdampak pada penurunan imbal hasil masing—masing sebesar  2,3 bps di level 7,543% dan 2,5 bps di level 7,977%. Adapun untuk seri acuan bertenor 20 tahun terjadi kenaikan harga sebesar 3 bps sehingga mendorong penurunan imbal hasil pada level 8,120%. 

Pergerakan harga Surat Utang Negara cenderung mengalami kenaikan pada perdagangan di akhir pekan kemarin didorong oleh menguatnya nilai tukar rupiah terhadap Dollar Amerika. Selain itu, penguatan tersebut dipengaruhi oleh perkembangan sentimen damai dagang yang terjadi antara Amerika dan China. Sebelumnya hak kekayaan intelektual merupakan salah satu poin yang diajukan oleh Amerika, namun saat ini China merespon hal tersebut dengan positif. Kedua negara telah menunjukan itikad baik dari perjanjian dagang mereka. Perubahan harga yang cenderung mengalami kenaikan pada perdagangan kemarin juga didorong oleh menurunnya persepsi risiko yang tercermin pada penurunan angka Credit Deafult Swap (CDS) di tengah optimisnya para pelaku pasar terhadap potensi perkembangan ekonomi global yang akan juga berdampak terhadap ekonomi negara - negara berkembang. Hanya saja, dari sisi domestik penguatan rupiah yang terjadi pada beberapa hari yang lalu mengakibatkan sebagian para pelaku pasar merealisasikan keuntungan portofolio mereka dengan melakukan aksi ambil untung (profit taking).

Pergerakan imbal hasil US Treasury menunjukkan penurunan, namun imbal hasil Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang Dollar Amerika menunjukkan kenaikan yang terjadi pada sebagian besar seri Surat Utang Negara. Imbal hasil dari INDO24 mengalami penurunan sebesar 0,2 bps di level 3,515% didorong oleh adanya kenaikan harga hingga 1,1 bps. Adapun imbal hasil dari INDO29 dan INDO44 pada perdagangan kemarin ditutup dengan mengalami kenaikan masing - masing berada pada level 3,919% dan 4,829% yang berdampak setelah terjadinya penurunan harga masing-masing sebesar 0,2 bps dan 0,7 bps.

Volume perdagangan Surat Berharga Negara yang dilaporkan pada perdagangan kemarin senilai Rp11,769 triliun dari 41 seri Surat Berharga Negara. Obligasi Negara seri FR0068 menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp1,79 triliun dari 44 transaksi yang diikuti oleh perdagangan Obligasi Negara seri FR0078 senilai Rp1,54 triliun dari 51 kali transaksi. Adapun Project Based Sukuk seri PBS014 menjadi Sukuk Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp710,88 miliar dari 16 kali transaksi yang diikuti oleh perdagangan Project Based Sukuk seri PBS012 senilai Rp199,00 miliar dari 17 kali transaksi.

Adapun volume perdagangan surat utang korporasi yang dilaporkan senilai Rp1,26 triliun dari 50 seri surat utang korporasi yang diperdagangkan. Obligasi Berkelanjutan IV Mandiri Tunas Finance Tahap I Tahun 2019 Seri A (TUFI04ACN1) menjadi surat utang korporasi dengan volume perdagangan terbesar senilai Rp256,00 miliar dari 10 kali transaksi yang diikuti oleh perdagangan Obligasi Subordinasi Berkelanjutan I Bank Victoria Tahap II Tahun 2018 (BVIC01SBCN2) senilai Rp120,00 miliar dari 3 kali transaksi. Obligasi Berkelanjutan II Maybank Finance Tahap II Tahun 2019 Seri A (BIIF02ACN2) menjadi obligasi korporasi dengan volume perdagangan ketiga terbesar senilai Rp101,95 miliar dari 15 kali transaksi yang diikuti oleh perdagangan Obligasi Berkelanjutan III Bank OCBC NISP Tahap I Tahun 2018 Seri A (NISP03ACN1) senilai Rp100,00 miliar dari 2 kali transaksi. 

Sementara itu nilai tukar Rupiah ditutup menguat sebesar 50,00 pts (0,35%) di level 14133,00 per Dollar Amerika. Pergerakan nilai tukar Rupiah tersebut mengalami penguatan di sepanjang sesi perdagangan dan bergerak pada kisaran 14130,00 hingga 14180,00 per Dollar Amerika. Penguatan nilai tukar Rupiah ini pada perdagangan kemarin terjadi di tengah beragamnya arah perubahan nilai tukar mata uang regional. Adapun yang memimpin penguatan mata uang regional didapati pada mata uang Rupiah Indonesia (IDR) sebesar 0,35% dan diikuti oleh penguatan mata uang Peso Filipina (PHP) dan Dollar Singapura (SGD) masing—masing sebesar 0,18% dan 0,07%. Sedangkan untuk mata uang yang mengalami pelemahan terbesar didapati pada mata uang Baht Thailand (THB) sebesar 0,29%, diikuti oleh mata uang Rupee India (INR) dan mata uang Ringgit Malaysia (MYR) masing-masing sebesar 0,19% dan 0,15% terhadap mata uang Dollar Amerika.

Imbal hasil surat utang global pada perdagangan kemarin menunjukkan penurunan. Hal ini terlihat dari Imbal hasil US Treasury dengan tenor 10 tahun dan 30 tahun ditutup dengan penurunan masing—masing di level 2,49% dan 2,90%. Namun, penurunan US Treasury tersebut terjadi ditengah menguatnya pasar saham Amerika, dimana indeks saham utamanya mengalami penguatan hingga sebesar 59 bps di level 7938,69 (NASDAQ) dan penguatan sebesar 15 bps di level 26424,99 (DJIA). Sementara itu, imbal hasil surat utang Inggris (Gilt) dan surat utang Jerman (Bund) dengan tenor 30 tahun, keduanya terlihat mengalami kenaikan, masing - masing di level 1,66% dan 0,64% setelah pasar saham di kawasan Eropa juga mengalami penguatan. Bahkan imbal hasil dari surat utang Jepang juga menunjukkan kenaikan hingga ke level -0,032%.

Pada perdagangan hari ini kami perkirakan harga Surat Utang Negara masih akan bergerak dengan arah perubahan yang positif. Pergerakan nilai tukar rupiah masih akan mempengaruhi arah pergerakan harga Surat utang Negara di pasar sekunder. Hal ini dikarenakan kondisi ekonomi global yang terus membaik, terutama pada perekonomian negara-negara berkembang akibat sentimen damai dagang yang terjadi antara Amerika dan China. Hanya saja, para pelaku pasar masih menunggu hasil notulensi rapat (FOMC Minutes) dari pertemuan di bulan Maret kemarin yang akan dirilis pada hari Kamis tanggal 11 April 2019 mendatang. Pertemuan bulan lalu, The Fed memutuskan untuk menahan tingkat suku bunga acuan di level 2,25% hingga 2,50% dan memangkas proyeksi suku bunganya dimana pada tahun 2019 tidak akan terjadi kenaikan suku bunga acuan. 

Rekomendasi

Dengan masih terbukanya peluang terjadinya kenaikan harga, maka kami sarankan kepada investor untuk tetap mencermati pergerakan harga Surat Utang Negara dengan fokus pada seri Surat Utang Negara dengan tenor pendek dan menengah. Beberapa seri yang cukup menarik untuk dicermati diantaranya adalah sebagai berikut ini : FR0069, FR0053, FR0061, FR0070, FR0056 dan FR0059. 

Pada sepekan kedepan terdapat empat surat utang yang akan jatuh tempo senilai Rp10,6 triliun.     

 

Back Download PDF
Copyright © 2024 MNC Sekuritas. All Right Reserved. A Member of MNC Group