Beranda

RESEARCH

Company Update

11 April 2019

Fixed Income Notes 11 April 2019

Pada perdagangan hari Rabu, tanggal 10 April 2019, harga Surat Utang Negara bergerak dengan kecenderungan mengalami penurunan di tengah melemahnya nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika serta adanya sentimen perang dagang antara Amerika dan Eropa

Kenaikan tingkat imbal hasil hingga sebesar 6 bps yang didorong oleh adanya penurunan harga Surat Utang Negara yang mencapai 38 bps. Imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor pendek mengalami perubahan hingga sebesar 3 bps di tengah adanya perubahan harga yang mencapai 7 bps. Sementara itu imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor menengah mengalami kenaikan hingga sebesar 6 bps didorong oleh adanya penurunan harga yang berkisar antara 7 bps hingga 34 bps. Adapun imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor panjang bergerak dengan kecenderungan mengalami kenaikan hinngga sebesar 5 bps didorong oleh adanya penurunan harga yang mencapai 37 bps. Sementara itu, dari Surat Utang Negara seri acuan, kenaikan imbal hasil terjadi pada keseluruhan seri dengan kenaikan yang mendekati 4 bps setelah mengalami penurunan harga yang mencapai 35 bps. Seri acuan dengan tenor 5 tahun dan 10 tahun mengalami kenaikan imbal hasil hingga mendekati 2,6 bps masing - masing di level 7,134% dan 7,651%. Sementara itu untuk seri acuan dengan tenor 15 tahun mengalami kenaikan imbal hasil hingga 4 bps di level 8,071%.

Perubahan harga yang cenderung mengalami penurunan pada perdagangan kemarin didorong oleh  melemahnya nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika serta meningkatnya persepsi risiko yang tercermin pada kenaikan angka Credit Deafult Swap (CDS) di tengah kekhawatiran investor global terhadap potensi perlambatan pertumbuhan ekonomi global yang akan juga berdampak terhadap ekonomi negara - negara berkembang. Kekhawatiran ini muncul setelah Amerika akan memberlakukan tarif impor baru terhadap produk-produk yang di kirim Eropa karena mendapati adanya perlakuan khusus terhadap produsen pesawat Airbus yang menjadi pesaing utama pesawat Boeing milik Amerika. Sementara itu, dari sisi domestik, menjelang Pemilihan Umum yang dilaksanakan pada pekan depan, para pelaku pasar tampak menahan diri untuk melakukan transaksi di pasar sekunder. Hal ini terlihat dari volume penjualan di pasar sekunder yang turun selama 2 hari terakhir ini. 

Seiring dengan pergerakan imbal hasil US Treasury yang menunjukkan penurunan, imbal hasil Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang Dollar Amerika juga menunjukkan penurunan yang terjadi pada keseluruhan seri Surat Utang Negara. Imbal hasil dari INDO24 mengalami penurunan sebesar 0,4 bps di level 3,503% didorong oleh adanya kenaikan harga hingga 2 bps. Adapun imbal hasil dari INDO29 dan INDO44 pada perdagangan kemarin ditutup dengan mengalami penurunan masing - masing sebesar 2 bps di level 3,899% dan 1 bps di level 4,813% setelah keduanya mengalami kenaikan harga sebesar 17 bps. 

Volume perdagangan Surat Berharga Negara yang dilaporkan pada perdagangan kemarin menunjukkan penurunan dibandingkan dengan volume perdagangan sebelumnya, yaitu senilai Rp18,03 triliun dari 39 seri Surat Berharga Negara dengan volume perdagangan seri acuan senilai Rp10,84 triliun. Obligasi Negara seri FR0077 menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp5,78 triliun dari 109 transaksi yang diikuti oleh perdagangan Obligasi Negara seri FR0078 senilai Rp2,91 triliun dari 127 kali transaksi. Adapun Project Based Sukuk seri PBS013 menjadi Sukuk Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp277,00 miliar dari 2 kali transaksi yang diikuti oleh perdagangan Sukuk Negara Ritel seri SR010 senilai Rp156,74 miliar dari 16 kali transaksi.

Adapun volume perdagangan surat utang korporasi yang dilaporkan senilai Rp825,66 miliar dari 48 seri surat utang korporasi yang diperdagangkan. Obligasi Berkelanjutan II Bank Sulselbar Tahap I Tahun 2018 Seri A (BSSB02ACN1) menjadi surat utang korporasi dengan volume perdagangan terbesar senilai Rp105,00 miliar dari 7 kali transaksi yang diikuti oleh perdagangan Obligasi Berkelanjutan III Federal International Finance Tahap V Tahun 2019 Seri B (FIFA03BCN5) senilai Rp 100,00 miliar dari 1 kali transaksi. Adapun volume perdagangan Obligasi Berkelanjutan III Mandala Multifinance Tahap I Tahun 2018 Seri B (MFIN03BCN1)  sebesar Rp 82,00 miliar dari  4 kali transaksi dan diikuti oleh perdagangan Obligasi Berkelanjutan I Sinar Mas Multifinance Tahap II Tahun 2019 Seri B (SMMF01BCN2) senilai Rp57,00  miliar dari 3 kali transaksi. 

Sementara itu nilai tukar Rupiah ditutup melemah sebesar 20,00 pts (0,14%) di level 14153,00 per Dollar Amerika. Pergerakan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika pada perdagangan kemarin bergerak mengalami pelemahan sepanjang sesi perdagangan dan bergerak pada kisaran 14140,00 hingga 14168,00 per Dollar Amerika. Pelemahan nilai tukar Rupiah pada perdagangan kemarin terjadi di tengah bervariasinya arah perubahan nilai tukar mata uang regional. Mata uang Peso Filipina (PHP) memimpin penguatan mata uang regional sebesar 0,45% diikuti oleh penguatan mata uang Won Korea Selatan (KRW) sebesar 0,29%. Adapun mata uang Ringgit Malaysia (MYR) mengalami pelemahan terbesar mata uang regional, sebesar 0,35% yang diikuti oleh Rupiah Indonesia (IDR) dan Renminbi China (CNY) masing—masing sebesar 0,14% dan 0,09% terhadap Dollar Amerika.

Imbal hasil US Treasury dengan tenor 10 tahun dan 30 tahun ditutup dengan penurunan masing-masing di level 2,47% dan 2,896% seiring dengan koreksi di pasar saham Amerika yang cukup besar, dimana indeks saham utamanya mengalami perubahan yang beragam. Adapun untuk indeks NASDAQ mengalami penguatan sebesar 69 bps di level 7964,24 sedangkan untuk indeks DJIA mengalami kenaikan sebesar 3 bps di level 26157,16. Sementara itu, imbal hasil surat utang Inggris  (Gilt) untuk tenor 10 tahun dan 30 tahun mengalami penurunan masing-masing di level 1,086% dan 1,62%. Adapun untuk surat utang Jerman (Bund) bertenor 10 tahun dan 30 tahun mengalami kenaikan imbal hasil masing-masing sebesar –0,028% dan 0,615%.

Pada perdagangan hari ini kami perkirakan harga Surat Utang Negara masih berpotensi mengalami penurunan ditengah meningkatnya persepsi risiko terhadap instrumen surat utang negara - negara berkembang. Namun demikian kami melihat bahwa penurunan harga tersebut akan mulai terbatas, seiring dengan mulai terjaganya nilai tukar Rupiah, di tengah pelemahan mata uang Dollar Amerika terhadap mata uang utama dunia, serta imbal hasil US Treasury yang mengalami penurunan, menjadikan instrumen Surat Utang Negara akan kembali menarik bagi investor asing.

Rekomendasi

Dengan masih terbukanya peluang terjadinya koreksi harga, maka kami sarankan kepada investor untuk tetap mencermati pergerakan harga Surat Utang Negara dengan fokus pada seri Surat Utang Negara dengan tenor pendek dan menengah. Beberapa seri yang cukup menarik untuk dicermati diantaranya adalah sebagai berikut ini : FR0069, FR0053, FR0061, FR0070, FR0058 dan FR0068. 

PT Pemeringkat Efek Indonesia memberikan peringkat “idAAA” untuk Obligasi PT Kereta Api Indonesia (Persero).

 

Back Download PDF
Copyright © 2024 MNC Sekuritas. All Right Reserved. A Member of MNC Group