Beranda

RESEARCH

Company Update

12 April 2019

Fixed Income Notes 12 April 2019

Harga Surat Utang Negara pada perdagangan kemarin, tanggal 11 April 2019 bergerak dengan arah perubahan yang bervariasi dengan kecenderungan mengalami kenaikan yang terbatas di tengah menurunnya persepsi risiko terhadap instrumen surat utang negara - negara berkembang seiring dengan berkurangnya kekhawatiran investor terhadap kondisi pertumbuhan ekonomi global.

Penurunan tingkat imbal hasil hingga sebesar 3 bps yang didorong oleh adanya kenaikan harga Surat Utang Negara yang mencapai 8 bps. Imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor pendek mengalami perubahan hingga sebesar 3 bps di tengah adanya perubahan harga yang mencapai 4 bps. Sementara itu imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor menengah mengalami rata-rata penurunan sebesar 0,3 bps didorong oleh adanya kenaikan harga yang berkisar antara 8 bps hingga 12 bps. Adapun imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor panjang bergerak dengan kecenderungan mengalami penurunan hingga sebesar 1 bps didorong oleh adanya kenaikan harga yang mencapai 5 bps. Adapun dari Surat Utang Negara seri acuan, penurunan imbal hasil terjadi pada sebagian seri dengan penurunan hingga 1 bps setelah mengalami kenaikan harga yang mencapai 4 bps.

Perubahan harga yang bergerak dengan arah yang bervariasi dengan kecenderungan mengalami kenaikan yang terbatas diakibatkan oleh sentimen global yang mulai membaik. Hal ini tercermin dari menurunnya persepsi risiko dimana angka CDS (Credit Default Swap) mulai menunjukan tren penurunan di tengah berkurangnya kekhawatiran investor terhadap kondisi perkembangan ekonomi global. Perubahan harga Surat Utang Negara ini seiring dengan kenaikan harga surat utang di sebagian besar negara-negara berkembang lainnya. Adapun sentimen positif dari perekonomian global yaitu perkembangan hubungan antara Amerika dan China, dimana kedua negara sepakat membentuk kantor bersama untuk mengawasi kesepakatan yang telah dibuat. Hal ini direspon oleh para pelaku pasar sebagai bentuk keseriusan Amerika dan China untuk menyelesaikan perselisihan dagang yang terjadi. Selain itu, data inflasi China yang dirilis juga mengindikasikan bahwa dunia usaha China mulai pulih, dimana data inflasi di tingkat produsen tercatat meningkat sebesar 0,4% dari tahun sebelumnya, yang didukung oleh stimulus dana fiskal dan moneter yang dikeluarkan oleh pemerintah China. Sementara itu, volume perdagangan Surat Utang Negara dilaporkan menurun dari perdagangan sebelumnya, tampaknya para pelaku pasar masih mencermati kondisi ekonomi global ditengah menjelang diadakannya Pemilihan Umum pada pekan depan.

Imbal hasil Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang Dollar Amerika  menunjukkan penurunan yang terjadi pada keseluruhan seri Surat Utang Negara. Imbal hasil dari INDO24 mengalami penurunan sebesar 2 bps di level 3,483% didorong oleh adanya kenaikan harga hingga 10 bps. Adapun imbal hasil dari INDO29 dan INDO44 pada perdagangan kemarin ditutup dengan mengalami penurunan di kisaran 1,3 bps hingga 1,8 bps yang masing-masing berada di level 4,887% dan 4,796%.

Volume perdagangan Surat Berharga Negara pada perdagangan kemarin dilaporkan mengalami penurunan dibandingkan dengan volume perdagangan sebelumnya, yaitu senilai Rp13,81 triliun dari 33 seri Surat Berharga Negara dengan volume perdagangan seri acuan senilai Rp6,46 triliun. Surat Utang Negara seri FR0078 menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp2,22 triliun dari 52 transaksi yang diikuti oleh perdagangan Obligasi Negara seri FR0077 senilai Rp1,87 triliun dari 42 kali transaksi. Adapun Surat Perbendaharaan Negara-Syariah seri SPNS01082019 menjadi Sukuk Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp150,00 miliar dari 1 kali transaksi diikuti perdagangan Project Based Sukuk seri PBS014 senilai Rp60,00 miliar dari 6 kali transaksi.

Adapun volume perdagangan surat utang korporasi yang dilaporkan lebih besar dibandingkan dengan perdagangan sebelumnya, yaitu senilai Rp1,19 triliun dari 55 seri surat utang korporasi yang diperdagangkan. Sukuk Mudharabah Lontar Papyrus Pulp & Paper Industry I Tahun 2018 Seri B (SMLPPI01B) menjadi surat utang korporasi dengan volume perdagangan terbesar senilai Rp450,00 miliar dari 6 kali transaksi yang diikuti oleh perdagangan Obligasi Berkelanjutan III Federal International Finance Tahap V Tahun 2019 Seri B (FIFA03BCN5) senilai Rp109,00 miliar dari 7 kali transaksi. Adapun volume dari Obligasi Berkelanjutan III Pegadaian Tahap II Tahun 2018 Seri B (PPGD03BCN2) sebesar Rp78,00 miliar dari 2 kali transaksi yang diikuti oleh perdagangan Obligasi Berkelanjutan II Maybank Finance Tahap II Tahun 2019 Seri A (BIIF02ACN2) senilai Rp76,55 miliar dari 7 kali transaksi.

Sementara itu nilai tukar Rupiah ditutup menguat sebesar 13,00 pts (0,71%) di level 14140,00 per Dollar Amerika. Sempat dibuka menguat terbatas di awal perdagangan, pergerakan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika pada perdagangan kemarin bergerak berfluktuasi dan mengalami pelemahan  di tengah sesi perdagangan yang kemudian ditutup dengan mengalami penguatan menjelang berakhirnya sesi perdagangan pada kisaran 14139,00 hingga 14161,00 per Dollar Amerika. Penguatan nilai tukar Rupiah pada perdagangan kemarin terjadi di tengah bervariasinya arah perubahan nilai tukar mata uang regional. Mata uang Peso Filipina (PHP) memimpin penguatan mata uang regional sebesar 1,31% diikuti oleh penguatan mata uang Rupiah Indonesia (IDR) dan Rupee India (INR) masing-masing sebesar 0,71% dan 0,39%. Sedangkan mata uang Ringgit Malaysia (MYR) mengalami pelemahan mata uang regional tertinggi, sebesar 0,76% yang diikuti oleh mata uang Won Korea Selatan (KRW) dan Yen Jepang (JPY) masing-masing sebesar 0,35% dan 0,23% terhadap Dollar Amerika.

Imbal hasil US Treasury dengan tenor 10 tahun ditutup dengan penurunan di level 2,49%, dimana indeks saham utamanya mengalami penurunan sebesar 21 bps di level 7947,36 (NASDAQ) dan indeks DJIA mengalami penurunan sebesar 5 bps di level 26143,05. Adapun imbal hasil surat utang Inggris (Gilt) dengan tenor 10 dan 30 tahun mengalami kenaikan masing-masing di level 1,151% dan 1,675%. Sementara itu, untuk imbal hasil surat utang Jerman (Bund) dengan tenor 10 dan 30 tahun terlihat mengalami penurunan, masing - masing berada di level -0,007% dan 0,636%. 

Pada perdagangan hari ini kami perkirakan harga Surat Utang Negara masih berpotensi mengalami kenaikan ditengah menurunnya persepsi risiko terhadap instrumen surat utang negara - negara berkembang. Namun demikian kami melihat para investor cenderung melakukan aksi wait and see ditengah sentimen damai dagang antara Amerika dan China, serta menjelang diadakannya Pemilihan Umum pekan depan. Sementara itu, kondisi perubahan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika juga akan lebih dominan mempengaruhi arah perdagangan hari ini. 

Rekomendasi

Dari beberapa faktor tersebut maka kami perkirakan harga Surat Utang Negara pada perdagangan hari ini akan cenderung mengalami kenaikan yang terbatas. Kami masih menyarankan kepada investor untuk tetap mencermati arah pergerakan harga Surat Utang Negara dengan melakukan strategi trading di tengah harga Surat Utang Negara yang masih bergerak berfluktuasi. Kami juga masih merekomendasikan seri - seri Surat Utang Negara dengan tenor pendek dan menengah sebagai pilihan di tengah kondisi pasar saat ini, yaitu seri: FR0061, FR0035, FR0056, FR0071 dan FR0073.

Rencana Lelang Surat Berharga Syariah Negara seri SPN-S03102019 (reopening), PBS014 (reopening), PBS019 (reopening), PBS021 (reopening), PBS022 (reopening), PBS015 (reopening) pada hari Selasa, tanggal 16 April 2019.

Back Download PDF
Copyright © 2024 MNC Sekuritas. All Right Reserved. A Member of MNC Group