Beranda

RESEARCH

Company Update

13 April 2018

Fixed Income Notes 13 April 2018

  • Imbal hasil Surat Utang Negara pada perdagangan hari Kamis, 12 April 2018 bergerak dengan kecenderungan mengalami kenaikan di tengah kembali tertekannya nilai tukar rupiah jelang disampaikannya notulen Rapat Dewan Gubernur Bank Sentral Amerika. 
  • Perubahan imbal hasil yang terjadi pada perdagangan kemarin berkisar antara 1 - 4 bps dengan rata - rata mengalami penurunan sebesar 1,4 bps dimana perubahan imbal hasil yang cukup besar terjadi pada tenor 3 - 10 tahun. 
  • Imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor pendek (1-4 tahun) bergerak terbatas dengan mengalami perubahan hingga sebesar 3 bps di tengah perubahan harga yang hanya berkisar antara 1 - 15 bps. Sementara itu imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor menengah (5-7 tahun) terlihat mengalami kenaikan berkisar antara 1 - 4 bps dengan didorong oleh adanya koreksi harga hingga sebesar 20 bps dan imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor panjang (di atas 7 tahun) yang juga cenderung bergerak bervariasi dengan adanya perubahan hingga sebesar 4 bps didorong oleh adanya kenaikan harga hingga sebesar 60 bps. 
  • Setelah bergerak dengan kecenderungan mengalami penurunan imbal hasil sejak awal pekan, imal hasil Surat Utang Negara mulai menunjukkan adanya kenaikan meskipun kenaikan imbal hasil tersebut masih terbatas untuk sebagian besar seri Surat Utang Negara. Kenaikan imbal hasil pada perdagangan kemarin didukung oleh kembali tertekannya nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika di tengah mata uang regional juga mengalami pelemahan seluruhnya, adapun dollar Amerika menunjukkan penguatan terhadap mata uang utama dunia. 
  • Namun demikian, kenaikan imbal hasil yang terjadi pada perdagangan kemarin juga didukung oleh volume perdagangan yang cukup besar, mengindikasikan bahwa pelaku pasar masih cenderung melakukan aksi jual jelang disampaikannya notulen Rapat Dewan Gubernur Bank Sentral Amerika (FOMC Minutes) yang disampaikan pada hari Kamis waktu setempat. Dimana seluruh anggota FOMC Minute sepakat akan menaikkan suku bunga acuannya kembali di tengah kenaikan GDP dan kenaikan inflasi. Seiring dengan membaiknya sektor tenaga kerja serta Amerika serta data inflasi yang juga mulai menunjukkan peningkatan, pelaku pasar berspekulasi bahwa Bank Sentral Amerika akan kembali menaikkan suku bunga acuan di bulan Mei 2018. 
  • Sehingga secara keseluruhan, perubahan imbal hasil Surat Utang Negara pada perdagangan kemarin hanya mendorong terjadinya penurunan imbal hasil Surat Utang  Negara seri acuan dengan tenor 5 tahun mengalami kenaikan sebesar 2 bps di level 5,954%, sementara itu 10 tahun mengalami kenaikan sebesar 3,5 bps di level 6,559%. Adapun imbal hasil seri acuan dengan tenor 15 tahun dan 20 tahun sebesar 3 bps masing - masing di level 6,834% dan 7,241%. 
  • Dari perdagangan Surat Utang Negara dengan demominasi mata uang dollar Amerika, pergerakan harganya cenderung mengalami kenaikan yang terjadi pada sebagian besar seri Surat Utang Negara sehingga mendorong terjadinya penurunan imbal hasil di tengah kenaikan imbal hasil surat utang global. Namun penurunan imbal hasil masih terlihat terbatas untuk keseluruhan tenor. Imbal hasil dari INDO-23, INDO-38, dan INDO-48 cenderung mengalami penurunan namun relatif terbatas kurang dari 1 bps masing - masing di level 3,622%, 4,704%, dan 4,577% setelah mengalami kenaikan harga yang terbatas kurang dari 10 bps. Sedangkan INDO-28 imbal hasilnya justru mengalami kenaikan sebesar 1 bps di level 3,991% didorong oleh koreksi harga sebesar 10 bps. 
  • Volume perdagangan Surat Utang Negara yang dilaporkan pada perdagangan kemarin senilai Rp12,76 triliun dari 39 seri Surat Utang Negara yang diperdagangkan dengan volume perdagangan seri acuan yang dilaporkan senilai Rp5,02 triliun. Obligasi Negara seri FR0064 menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp2,55 triliun dari 91 kali transaksi di harga rata -rata 100,5% dan diikuti oleh perdagangan Obligasi Negara seri FR0065 senilai Rp2,09 triliun dari 68 kali transaksi di harga rata - rata 99,06%. 
  • Sedangkan dari perdagangan obligasi korporasi, volume perdagangan yang dilaporkan senilai Rp1,32 triliun dari 39 seri obligasi korporasi yang diperdagangkan. Obligasi Berkelanjutan II Sumber Alfaria Trijaya Tahap II Tahun 2018 (AMRT02CN2) menjadi obligasi korporasi dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp480 miliar dari 4 kali transaksi di harga rata - rata 100,0% dan diikuti oleh perdagangan Obligasi Berkelanjutan II Bank BRI  Tahap IV Tahun 2018 Seri B (BBRI02BCN4) senilai Rp140 miliar dari 4 kali transaksi di harga rata - rata 100,0%. 
  • Adapun nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika pada perdagangan kemarin ditutup melemah sebesar pts 20,00 pts (0,14%) pada level 13778,00 per dollar Amerika setelah mengalami penguatan berturut - turut dalam tiga hari terakhir. Bergerak dengan mengalami pelemahan terhadap dollar Amerika sepanjang sesi perdagangan pada kisaran 13755,00 hingga 13779,00 per dollar Amerika, pelemehana nilai tukar rupiah seiring dengan pergerakan mata uang regional yang juga mengalami pelemahan terhadap dollar Amerika. Pelemahan mata uang regional dipimpin oleh mata uang Won Korea Selatan (KRW)  dan diikuti oleh Yuan China (CNY) serta Dollar Taiwan (TWD). 
  • Pada perdagangan hari ini kami perkirakan harga Surat Utang Negara masih akan cenderung bergerak terbatas dengan arah pergerakan harga yang cenderung koreksi sebagai respon atas notulen Rapat Dewan Gubernur Bank Sentral Amerika (FOMC Minutes). FOMC Minutes yang disampaikan kemarin memberikan sinyal bahwa suku bunga Bank Sentral Amerika (Fed Fund Rate/FFR) akan mengalami kenaikan dalam waktu dekat (fairly soon) didukung oleh kondisi sektor tenaga kerja serta data inflasi terus mengalami kenaikan sesuai dengan ekspektasi dari Bank Sentral Amerika. 
  • Imbal hasil dari US Treasury dengan tenor 10 tahun pada perdagangan kemarin ditutup naik di level 2,843% sebagai respon atas FOMC Minutes dan rilisnya data pengangguran Amerika pada perdagangan kemarin. Adapun imbal hasil dari surat utang Jerman (Bund) dan Inggris (Gilt) masing - masing ditutup naik pada level 0,512% dan 1,453% yang ditengah kekhawatiran investor terhadap rudal yang akan diluncurkan Amerika ke Suriah, mendorong investor untuk melakukan pembelian aset yang lebih aman (safe haven asset). Dengan pergerakan imbal hasil surat utang global yang bergerak dengan mengalami kenaikan, maka akan berpeluang untuk mendorong terjadinya koreksi harga Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang dollar Amerika. 
  • Adapun harga Surat Utang Negara dengan denomiansi mata uang rupiah kami perkiarakan masih akan bergerak terbatas dalam jangka pendek, dimana secara teknikal sebagian besar seri Surat Utang Negara berada pada area konsolidasi dengan pergerakan yang sideways. Hal tersebut kami perkirakan akan berdampak terhadap terbatasnya pergerakan harga Surat Utang Negara di tengah pelaku pasar yang masih akan mencermati beberapa data dari dalam dan luar negeri sebelum kembali melakukan akumulasi pembelian Surat Utang Negara. 
  • Rekomendasi : Dengan kondisi tersebut kami sarankan kepada investor untuk tetap mencermati arah pergerakan harga Surat Utang Negara dengan melakukan strategi trading memanfaatkan momentum fluktuasi harga Surat Utang Negara di pasar sekunder. Kami masih merekomendasikan Surat Utang Negara sebagai portofolio trading seperti seri FR0069, FR0053, ORI013, FR0073, FR0058, FR0074, FR0068, FR0072, dan FR0075. 
  • Rencana Lelang Surat Berharga Syariah Negara atau Sukuk Negara seri SPN-S 04102018 (reopening), PBS002 (reopening), PBS004 (reopening), PBS012 (reopening), PBS015 (reopening), PBS016 (reopening), dan PBS017 (reopening) pada hari Selasa tanggal 17 April 2018. 
  • PT Pemeringkat Efek Indonesia menetapkan kembali peringkat “idA+” kepada PT Global Mediacom Tbk dan obligasi perusahaan.

Back Download PDF
Copyright © 2024 MNC Sekuritas. All Right Reserved. A Member of MNC Group