Beranda

RESEARCH

Company Update

13 Februari 2019

Fixed Income Notes 13 Februari 2019

  • Harga Surat Utang Negara kembali bergerak dengan kecenderungan mengalami penurunan di tengah defisit neraca berjalan kuartal IV 2018 serta nilai tukar Rupiah yang mengalami pelemahan terhadap Dollar Amerika pada perdagangan hari Selasa, tanggal 12 Februari 2019.
  • Perubahan harga Surat Utang Negara mencapai 331 bps dengan rata-rata  penurunan sebesar 25 bps yang mendorong adanya perubahan tingkat imbal hasil hingga sebesar 40 bps. Adapun untuk Surat Utang Negara seri acuan, sebagian besar serinya mengalami perubahan harga yang berkisar antara 12 bps hingga 26 bps yang mengakibatkan adanya perubahan tingkat imbal hasil hingga 2,2 bps. Adapun untuk Surat Utang Negara jangka pendek, dengan tenor dibawah 5 tahun mengalami rata-rata penurunan harga sebesar 7,4 bps yang menyebabkan terjadinya perubahan tingkat imbal hasil yang berkisar antara 3,3 bps hingga 7 bps. Sementara itu, Surat Utang Negara dengan tenor 5-7 tahun mengalami perubahan harga hingga sebesar 14 bps yang mendorong kenaikan tingkat imbal hasil rata-rata sebesar 0,6 bps. Adapun untuk Surat Utang Negara dengan tenor panjang, diatas 7 tahun, koreksi harga terjadi hingga sebesar 331 bps yang menyebabkan terjadinya kenaikan tingkat imbal hasil hingga sebesar 40 bps.
  • Perubahan imbal hasil Surat Utang Negara yang terjadi pada perdagangan kemarin bergerak dengan mengalami kenaikan. Hal ini turut didukung oleh defisit neraca  berjalan kuartal IV 2018 ditengah pelemahan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika. Adapun pelemahan nilai tukar Rupiah ini disebabkan Dollar Amerika yang menguat terhadap hampir seluruh mata uang dunia yang didorong oleh kekhawatiran para investor akibat tidak tercapainya kesepakatan perjanjian perdagangan antara Amerika-China ditengah batas waktu yang akan segera berakhir pada awal maret 2019. Hanya saja, meskipun harga Surat Utang Negara yang terjadi menunjukan arah pergerakan yang negatif, namun investor cukup aktif melakukan transaksi di pasar sekunder yang tercermin pada volume perdagangan yang cukup besar dibandingkan dengan perdagangan sebelumnya. Sementara itu, dari hasil lelang Surat Utang Negara pemerintah berhasil meraup dana sebesar Rp25,00 triliun dari total penawaran yang masuk mencapai Rp66,35 triliun. Total penawaran yang tembus sebesar Rp66,35 triliun ini merupakan jumlah penawaran terbesar sejak lebih dari setahun terakhir. 
  • Kenaikan imbal hasil juga terlihat pada perdagangan Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang Dollar Amerika ditengah penguatan imbal hasil US Treasury. Kenaikan tingkat imbal hasil didapati pada semua seri Surat Utang Negara berdonominasi mata uang Dollar Amerika. Imbal hasil INDO24 dan INDO29 mengalami kenaikan masing-masing sebesar 4,4 bps di level 3,885% dan 1 bps di level 4,182% yang didorong terjadinya penurunan harga sebesar 21 bps dan 8,4 bps. Adapun imbal hasil dari INDO44 dan INDO49 mengalami kenaikan masing-masing sebesar 1,9 bps di level 4,995% dan 1 bps di level 4,928% setelah mengalami adanya koreksi harga sebesar 32,5 bps dan 17,6 bps.
  • Volume perdagangan Surat Utang Negara yang dilaporkan pada perdagangan kemarin mengalami peningkatan dibandingkan dengan volume perdagangan sebelumnya, yaitu senilai Rp28,98 triliun dari 39 seri Surat Utang Negara yang diperdagangkan. Hal tersebut mengindikasikan bahwa pelaku pasar cukup aktif melakukan transaksi perdagangan. Surat Utang Negara seri FR0078 menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp9,29 triliun dari 115 kali transaksi di harga rata - rata 101,63% yang diikuti oleh perdagangan Obligasi Negara seri FR0077 senilai Rp6,13 triliun dari 93 kali transaksi di harga rata - rata 102,13%. 
  • Sementara itu dari perdagangan obligasi korporasi, volume perdagangan yang dilaporkan lebih kecil daripada volume perdagangan sebelumnya, yaitu senilai Rp783,35 miliar dari 37 seri obligasi korporasi yang diperdagangkan. Obligasi Berkelanjutan Indonesia Eximbank IV Tahap III Tahun 2018 Seri A (BEXI04ACN3) menjadi obligasi korporasi dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp150,00 miliar dari 2 kali transaksi di harga rata - rata 100,33% dan diikuti oleh Obligasi Berkelanjutan I Bank Mandiri Tahap III Tahun 2018 (BMRI01CN3) senilai Rp143,70 miliar dari 6 kali transaksi di harga rata - rata 100,25%.  
  • Pada perdagangan kemarin, nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika kembali mengalami pelemahan sebesar 31 pts (0,22%) di level 14069,00 per Dollar Amerika. Pergerakan nilai tukar Rupiah mengalami pelemahan sepanjang sesi perdagangan pada kisaran 14039,00 hingga 14165,00 per Dollar Amerika. Nilai tukar mata uang Rupiah tersebut mengalami pelemahan seiring dengan pergerakan nilai tukar mata uang regional yang bergerak bervariatif terhadap mata uang Dollar Amerika. Adapun mata uang Rupee India (INR) mengalami penguatan tertinggi sebesar 0,59% diiringi dengan mata uang Renminbi China (CNY) yang juga mengalami penguatan sebesar 0,25%. Sedangkan untuk mata uang regional yang mengalami pelemahan tertinggi didapati pada mata uang Rupiah Indonesia (IDR) sebesar 0,22% kemudian diikuti dengan nilai tukar mata uang Yen Jepang (JPY) yang mengalami koreksi sebesar 0,15%. Selanjutnya, mata uang yang mengalami pelemahan yaitu mata uang Ringgit Malaysia (MYR) dan Dollar Taiwan (TWD) masing-masing mengalami pelemahan sebesar 0,12% dan 0,06% terhadap Dollar Amerika. 
  • Imbal hasil dari US Treasury dengan tenor 10 tahun mengalami penguatan sebesar 129 bps yang berada pada level 2,69%, hal yang sama juga terjadi pada US Treasury bertenor 30 tahun yang mengalami penguatan sebesar 109 bps yang berada pada level 3,02% ditengah kondisi pasar saham Amerika yang ditutup dengan mengalami penguatan dimana indeks DJIA ditutup menguat sebesar 149 bps sehingga berada pada level 25425,76 seiring untuk indeks NASDAQ yang ikut mengalami penguatan sebesar 146 bps sehingga berada pada level 7414,62. Sementara itu, untuk pasar obligasi Inggris (Gilt) dengan tenor 10 tahun mengalami pelemahan di level 1,184% sedangkan obligasi Jerman (Bund) bertenor 10 tahun mengalami kenaikan terbatas di level 0,132%. Adapun untuk obligasi Inggris (Gilt) dan obligasi Jerman (Bund) dengan tenor 30 tahun, keduanya mengalami kenaikan masing-masing pada level 1,689% dan 0,755%
  • Pada perdagangan hari ini kami perkirakan harga Surat Utang Negara masih akan bergerak bervariasi dengan masih berpeluang untuk mengalami kenaikan didorong oleh penguatan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika akibat optimisnya para pelaku pasar terhadap pertemuan delegasi antara Amerika dan China yang diselenggarakan di Beijing pada tanggal 14-15 Februari 2019 besok. Selain itu, suksesnya lelang penjualan Surat Utang Negara pada perdagangan kemarin menjadi indikasi bahwa pelaku pasar masih merespon positif pada kondisi pasar saat ini.
  • Rekomendasi Dengan kondisi tersebut, maka kami sarankan kepada investor untuk tetap mencermati arah pergerakan harga Surat Utang Negara. Kami merekomendasikan kepada investor untuk melakukan strategi trading di tengah pergerakan harga Surat Utang Negara yang cenderung bergerak berfluktuasi dengan fokus kepada pergerakan nilai tukar Rupiah. Adapun seri - seri yang menarik pada kondisi tersebut diantaranya adalah sebagai berikut: FR0070, FR0069, FR0076, FR0073, FR0074, FR0056 dan FR0067. 

Back Download PDF
Copyright © 2024 MNC Sekuritas. All Right Reserved. A Member of MNC Group