Beranda

RESEARCH

Company Update

15 Maret 2019

Fixed Income Notes 15 Maret 2019

Perubahan harga Surat Utang Negara pada perdagangan hari Kamis, tanggal 14 Maret 2019 bergerak dengan mengalami kenaikan terbatas di tengah fluktuatifnya nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika serta adanya sentimen faktor domestik dan eksternal.

Pada perdagangan kemarin hari Kamis, tanggal 14 Maret 2019, perubahan harga Surat Utang Negara mencapai 88 bps dengan rata-rata  kenaikan sebesar 18 bps yang mendorong adanya perubahan tingkat imbal hasil hingga sebesar 8,5 bps. Adapun untuk Surat Utang Negara seri acuan semua serinya mengalami kenaikan harga yang berkisar antara 13 bps hingga 42 bps mengakibatkan adanya penurunan tingkat imbal hasil hingga 4,4 bps. Adapun perubahan kenaikan harga terbesar didapati pada Surat Utang Negara seri acuan bertenor 20 tahun sebesar 42 bps yang mendorong turunnya imbal hasil sebesar 4,4 bps di level 8,271% dan dilanjutkan pada Surat Utang Negara bertenor 15 tahun yang ditutup dengan mengalami kenaikan harga sebesar 23 bps yang mengakibatkan turunya imbal hasil sebesar 27 bps dilevel 8,215%. Sementara itu, untuk Surat Utang Negara seri acuan dengan tenor 10 tahun ditutup dengan mengalami kenaikan harga sebesar 19 bps yang menyebabkan terjadinya penurunan tingkat imbal hasil sebesar 2,7 bps dilevel 7,805%. Adapun Surat Utang Negara seri acuan bertenor 5 tahun mengalami kenaikan harga terkecil sebesar 13 bps yang berdampak terhadap penurunan tingkat imbal hasil sebesar 3,1 bps di level 7,389%.

Perubahan harga Surat Utang Negara yang terjadi pada perdagangan hari Kamis tanggal 14 Maret 2019 bergerak dengan mengalami kenaikan ditengah fluktuatifnya nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika. Adapun pergerakan nilai tukar Rupiah tersebut dipengaruhi oleh faktor eksternal dimana kondisi Dollar Amerika menguat terhadap sebagian besar mata uang regional. Hal ini membuat para investor lebih tertarik kepada Dollar Amerika, hanya saja faktor domestik masih menjadi pilihan pertimbangan para investor karena kondisi fundamental Indonesia yang tetap terjaga. Kenaikan harga Surat Utang Negara juga mulai terbatas yang terindikasi dari volume perdagangan kemarin yang menurun dibandingkan dengan perdagangan sebelumnya.  Disamping itu, jelang dirilisnya Neraca Perdagangan Indonesia pada hari ini mengakibatkan para investor untuk mengambil aksi wait and see.

Perubahan harga pada perdagangan Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang Dollar Amerika bergerak dengan arah yang bervariasi ditengah tingkat imbal hasil US Treasury yang mengalami pelemahan. Adapun untuk seri INDO24 mengalami kenaikan harga sebesar 9,3 bps yang berdampak kepada penurunan imbal hasil sebesar 2 bps di level 3,645%. Selanjutnya untuk seri INDO29 dan INDO49 mengalami penurunan harga masing-masing sebesar 9,7 bps dan 11,5 bps yang mengakibatkan terjadinya kenaikan imbal hasil sebesar 1,2 bps di level 4,142% dan 0,7 bps di level 4,885%. Adapun untuk seri INDO44 bergerak mengalami kenaikan harga sebesar 0,5 bps sehingga berdampak kepada penurunan imbal hasil yang terbatas di level 4,976%.

Volume perdagangan Surat Utang Negara yang dilaporkan pada perdagangan   hari Kamis, tanggal 14 Maret 2019 mengalami penurunan dibandingkan dengan volume perdagangan sebelumnya, yaitu senilai Rp14,38 triliun dari 42 seri Surat Utang Negara yang diperdagangkan. Adapun Surat Utang Negara seri FR0078 menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp3,71 triliun dari 113 kali transaksi yang diikuti oleh perdagangan Obligasi Negara seri FR0068 senilai Rp1,99 triliun dari 89 kali transaksi. Sementara itu, untuk perdagangan Sukuk Negara, Project Based Sukuk seri PBS014 menjadi Sukuk Negara dengan volume terbesar, yaitu sebesar Rp385,84 miliar dari 28 kali transaksi dan diiringi dengan volume Project Based Sukuk seri PBS013 dan PBS016 masing-masing sebesar Rp204,75 miliar untuk 9 kali transaksi dan Rp100 miliar dari 1 kali transaksi.

Volume perdagangan obligasi korporasi yang dilaporkan lebih kecil daripada volume perdagangan sebelumnya, yaitu senilai Rp661,37 miliar dari 31 seri obligasi korporasi yang ditransaksikan. Obligasi Berkelanjutan III Indosat Tahap I Tahun 2019 Seri A (ISAT03ACN1) menjadi obligasi korporasi dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp206,00 miliar dari 4 kali transaksi dan diikuti oleh Obligasi Berkelanjutan Indonesia Eximbank II Tahap V Tahun 2015 Seri (BEXI02CCN5) senilai Rp130,00 miliar dari 4 kali transaksi. Selanjutnya, untuk obligasi dengan volume Rp80,00 dari 5 kali transaksi didapati pada perdagangan Obligasi Berkelanjutan IV Astra Sedaya Finance Tahap II Tahun 2019 Seri A (ASDF04ACN2). 

Pada perdagangan kemarin hari Kamis tanggal 14 Maret 2019, nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika mengalami koreksi sebesar 13 pts (0,09%) di level 14278,00 per Dollar Amerika. Pergerakan nilai tukar Rupiah mengalami penguatan di awal sesi perdagangan namun di pertengahan hingga berakhirnya sesi perdagangan rupiah melemah dan bergerak pada kisaran 14235,00 hingga 14282,00 per Dollar Amerika. Adapun Nilai tukar mata uang Rupiah tersebut mengalami pelemahan seiring dengan nilai tukar mata uang regional yang melemah terhadap mata uang Dollar Amerika. Mata uang regional yang mengalami pelemahan tertinggi didapati pada mata uang Yen Jepang (JPY) sebesar 0,38% kemudian diikuti dengan nilai tukar mata uang Baht Thailand (THB) yang mengalami koreksi sebesar 0,37%. Selanjutnya, mata uang yang mengalami pelemahan yaitu mata uang Dollar Singapura (SGD) sebesar 0,30% terhadap Dollar Amerika. Namun, terdapat dua mata uang regional yang menguat terhadap Dollar Amerika, yaitu mata uang Rupee India (INR) dan mata uang Dollar Taiwan (TWD) yang mengalami penguatan masing-masing sebesar 0,27% dan 0,04%. 

Imbal hasil dari US Treasury dengan tenor 10 tahun mengalami pelemahan sehingga berada pada level 2,62%. Hal ini seiring dengan yang terjadi pada US Treasury bertenor 30 tahun yang juga mengalami pelemahan dan berada pada level 3,04%. Pelemahan imbal hasil US Treasury ini terjadi ditengah kondisi pasar saham Amerika yang ditutup dengan mengalami perubahan arah yang bervariasi, dimana indeks NASDAQ ditutup melemah terbatas sebesar 16 bps di level 7630,91 sedangkan untuk indeks DJIA mengalami penguatan sebesar 3 bps sehingga berada pada level 25709,94. Sementara itu, untuk pasar obligasi Inggris (Gilt) dengan tenor 10 tahun ditutup dengan mengalami kenaikan di level 1,22%, sedangkan untuk obligasi inggris dengan tenor 30 tahun mengalami penurunan di level 1,73%. Adapun untuk obligasi Jerman (Bund) bertenor 10 tahun dan 30 tahun, keduanya mengalami penurunan terbatas masing-masing di level 0,082% dan 0,742%.

Pada perdagangan hari ini kami perkirakan harga Surat Utang Negara masih akan bergerak bervariasi dengan masih berpeluang untuk mengalami penurunan yang didorong oleh perubahan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika. Para pelaku pasar memandang pesimis jelang dirilisnya Neraca Perdagangan Indonesia bulan Februari 2019 yang masih berpotensi mengalami defisit sehingga berdampak kepada pelemahan nilai tukar mata uang Rupiah terhadap Dollar Amerika.

Rekomendasi 

Dengan harga Surat Utang Negara yang masih berpeluang untuk mengalami penurunan, terutama pada Surat Utang Negara dengan jangka menengah dan panjang maka kami menyarankan kepada investor untuk mencermati pergerakan harga Surat Utang Negara dengan fokus kepada pergerakan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika. Beberapa seri Surat Utang Negara yang perlu dicermati adalah berikut ini: FR0059, FR0071, FR0058, FR0073, FR0068, FR0072, FR0075.

Pekan depan pemerintah akan melakukan lelang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) atau Sukuk Negara pada hari Selasa, tanggal 19 Maret 2019 dengan seri SPN-S20092019 (new issuance), PBS014 (reopening), PBS019 (reopening), PBS021 (reopening), PBS015 (reopening).

Back Download PDF
Copyright © 2024 MNC Sekuritas. All Right Reserved. A Member of MNC Group