Beranda

RESEARCH

Company Update

15 Oktober 2018

Fixed Income Notes 15 Oktober 2018

  • Imbal hasil Surat Utang Negara pada perdagangan hari Jum'at, 12 Oktober 2018 masih mengalami kenaikan di tengah gejolak yang terjadi di pasar keuangan global. 
  • Pergerakan imbal hasil Surat Utang Negara rata - rata mengalami kenaikan sebesar 9 bps dimana kenaikan imbal hasil yang cukup besar terjadi pada Surat Utang Negara bertenor panjang. Imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor pendek bergerak dengan arah yang bervariasi, dengan mengalami perubahan yang berkisar antara 1 - 5 bps dengan didorong oleh adanya perubahan harga hingga sebesar 15 bps. Adapun imbal hasil dari Surat Utang Negara dengan tenor menengah terlihat mengalami kenaikan, berkisar antara 6 - 8 bps dengan didorong oleh adanya koreksi harga yang berkisar antara 25 - 35 bps. Sementara itu imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor panjang terlihat bergerak dengan kecenderungan mengalami kenaikan hingga mencapai 15 bps setelah adanya koreksi harga yang mencapai 115 bps. 
  • Kenaikan imbal hasil Surat Utang Negara yang terjadi pada perdagangan di akhir pekan kemarin dipengaruhi oleh gejolak yang terjadi di pasar keuangan global, terutama dari pasar saham, dimana indeks saham di Amerika Serikat mengalami penurunan yang cukup besar dalam dua hari berturut - turut yang di tengah kekhawatiran pelaku pasar terhadap kenaikan suku bunga yang terlalu cepat serta potensi perlambatan ekonomi global. Kondisi tersebut mendorong investor global melakukan penjualan instrumen investasi yang berisiko termasuk instrumen Surat Utang Negara. Dengan adanya kenaikan imbal hasil yang terjadi pada perdagangan di akhir pekan kemarin, maka dalam sepekan imbal hasil Surat Utang Negara rata - rata telah mengalami kenaikan sebesar 28 bps dan di sepanjang bulan Oktober 2018 rata - rata mengalami kenaikan sebesar 55 bps dengan rata - rata imbal hasil Surat Utang Negara berada pada level 8,64%. 
  • Imbal hasil Surat Utang Negara seri acuan pada perdagangan kemarin masing - masing mengalami kenaikan sebesar 8 bps untuk tenor 5 tahun di level 8,416 % dan kenaikan sebesar 7 bps untuk seri acuan dengan tenor 10 tahun di level 8,706%. Adapun untuk seri acuan dengan tenor 15 tahun imbal hasilnya mengalami kenaikan sebesar 10 bps di level 8,877% dan untuk tenor 20 tahun mengalami kenaikan imbal hasil sebesar 4 bps di level 9,087%. 
  • Adapun imbal hasil Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang Dollar Amerika pada perdagangan di akhir pekan ditutup dengan mengalami penurunan seiring dengan penurunan imbal hasil US Treasury. Penurunan imbal hasil yang didapati pada tenor panjang terlihat lebih besar dibandingkan dengan yang didapati pada tenor pendek dan menengah. Imbal hasil dari INDO23 mengalami kenaikan terbatas, kurang dari 1 bps di level 4,233%. Sementara itu imbal hasil dari INDO28 dan INDO43 mengalami penurunan masing - masing sebesar 4 bps dan 3 bps di level 4,659% dan 5,278% setelah mengalami kenaikan harga sebesar 30 bps dan 44 bps. Dalam sepekan terakhir, imbal hasil dari INDO28 mengalami kenaikan sebesar 6 bps. 
  • Volume perdagangan Surat Berharga Negara yang dilaporkan pada perdagangan di akhir pekan kemarin senilai Rp11,99 triliun dari 38 seri Surat Berharga Negara yang diperdagangkan dengan volume perdagangan seri acuan senilai Rp3,06 triliun. Obligasi Negara seri FR0077 menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar senilai Rp2,03 triliun dari 111 kali transaksi di harga rata - rata 97,99% yang diikuti oleh perdagangan Obligasi Negara seri FR0063 senilai Rp1,60 triliun dari 20 kali transaksi di harga rata - rata 86,11%. Sementara itu Sukuk Negara Ritel seri SR008 kembali menjadi Sukuk Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp189,25 miliar dari 17 kali transaksi di harga rata - rata 100,53% dan diikuti oleh perdagangan Project Based Sukuk seri PBS016 senilai Rp170,0 miliar dari 6 kali transaksi di harga rata - rata 97,62%.
  • Dari perdagangan surat utang korporasi, volume perdagangan yang dilaporkan senilai Rp711,50 miliar dari 40 seri surat utang korporasi yang diperdagangkan. Obligasi II Bussan Auto Finance Tahun 2018 Seri B (BAFI02B) menjadi surat utang korporasi dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp243,0 miliar dari 4 kali transaksi di harga rata - rata 100,33% dan diikuti oleh perdagangan Obligasi II Oto Multiartha Tahun 2018 Seri B (OTMA02B) senilai Rp80,0 miliar dari 6 kali transaksi di harga rata - rata 100,34%. 
  • Nilai tukar Rupiah pada perdagangan di akhir pekan ditutup menguat sebesar 38,00 pts (0,25%) di level 15197,00 per Dollar Amerika di tengah melemahnya mata uang Dollar Amerika terhadap mata uang utama dunia. Bergerak dengan mengalami penguatan sepanjang sesi perdagangan pada kisaran 15187,50 hingga 15218,00 per Dollar Amerika, penguatan mata uang Rupiah trejadi seiring dengan pergerakan mata uang regional yang juga cenderung mengalami penguatan terhadap Dollar Amerika. Mata uang Won Korea Selatan (KRW) memimpin penguatan mata uang regional, sebesar 1,16% yang diikuti oleh mata uang Dollar Taiwan (TWD) sebesar 0,70% dan mata uang Rupee India (INR) sebesar 0,61%. Adapun mata uang regional yang mengalami pelemahan terhadap Dollar Amerika adalah Yuan China (CNY) sebesar 0,42%. Dalam sepekan, mata uang regional bergerak bervariasi terhadap Dollar Amerika, dimana mata uang Yen Jepang (JPY) mengalami penguatan sebesar 1,30% sedangkan mata uang Yuan China mengalami pelemahan sebesar 0,72%. Adapaun nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika dalam sepekan mengalami pelemahan sebesar 0,14% dan di bulan Oktober mengalami pelemahan sebesar 1,99%. 
  • Imbal hasil surat utang gobal pada perdagangan di akhir pekan ditutup dengan arah perubahan yang bervariasi. Imbal hasil US Treasury pada perdagangan kemarin ditutup dengan mengalami kenaikan terbatas dimana untuk tenor 10 tahun ditutup pada level 3,158% dan untuk tenor 30 tahun di level 3,328% setelah adanya kenaikan di pasar saham Amerika Serikat pada akhir pekan kemarin mendorong investor untuk kembali masuk ke aset yang lebih berisiko. Selain itu, dengan prospek kenaikan suku bunga acuan Bank Sentral Amerika masih akan mendorong kenaikan imbal hasil US Treasury dalam jangka panjang. Selain kenaikan imbal hasil US Treasury, surat utang global yang terlihat mengalami kenaikan imbal hasil pada perdagangan di akhir pekan adalah surat utang Inggris (Gilt) dan Jepang, yang masing - masing ditutup naik pada level 1,636% dan 0,146%. Sementara itu imbal hasil surat utang Jerman (Bund) ditutup dengan mengalami penurunan di level 0,489% begitu pula dengan surat utang Thailand yang ditutup dengan penurunan di level 2,824%. Dalam sepekan terakhir, imbal hasil surat utang global rata - rata bergerak dengan mengalami penurunan kecuali pada Surat Utang Negara. 
  • Secara teknikal, dengan adanya koreksi harga yang terjadi pada perdagangan di akhir pekan kemarin mendorong pergerakan harga Surat Utang Negara menuju area jenuh jual (oversold) terutama pada Surat Utang Negara dengan tenor antara 10 - 20 tahun. Adapun untuk tenor pendek, meskipun masih bergerak dengan tren penurunan, namun penurunan harga yang trejadi relatif terbatas dibandingkan dengan yang didapati pada tenor panjang.
  • Pada perdagangan hari ini kami perkirakan harga Surat Utang Negara masih akan berpotensi mengalami penurunan, di tengah penguatan mata uang Dollar Amerika terhadap mata uang utama dunia akan berdampak terhadap pergerakan nilai tukar Rupiah. Terlebih pada hari ini, Badan Pusat Statistik (BPS) akan menyampaikan data neraca perdagangan. Analis memperkirakan akan kembali terjadi defisit neraca perdagangan senilai US$501 juta dimana pada bulan Agustus 2018 terjadi defisit neraca perdagangan sebesar US$1,02 miliar yang mendorong pemerintah mengeluarkan kebijakan penyesuasi tarif import. Defisit neraca perdagangan yang lebih besar dari perkiraan akan berdampak terhadap potensi penurunan angka cadangan devisa sehingga akan berpengaruh terhadap kemampuan Bank Indonesia untuk menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah di tegah prospek mata uang Dollar Amerika yang asih akan melanjutkan penguatan. Adapun faktor eksternal yang perlu dicermati oleh investor di pekan ini adalah FOMC Minutes, dimana pelaku pasar akan mencermati kebijakan moneter lanjutan yang akan diambil oleh Bank Sentral Amerika. 
  • Rekomendasi : Dengan masih berpotensinya penurunan harga Surat Utang Negara di pasar sekunder, maka kami masih merekomendasikan Surat Berharga Negara dengan tenor pendek dan menengah sebagai pilihan. Cermati pergerakan nilai tukar Rupiah dan data neraca perdagangan yang akan menentukan arah pergerakan harga Surat Utang Negara pada perdagangan hari ini. Beberapa seri yang dapat dipilih diantaranya adalah sebagai berikut :*ORI013, ORI014, SR008, SR009, FR0069, FR0053, FR0061, FR0043, FR0063, FR0046, FR0070, FR0077, FR0044, FR0040, FR0056, dan FR0059. *
  • Pada sepekan kedepan terdapat empat seri surat utang yang akan jatuh tempo senilai Rp32,45 triliun.
  • PT Pemeringkat Efek Indonesia mengafirmasi peringkat PT Wika Realty beserta Medium Term Notes yang diterbitkannya pada peringkat "idBBB+".

Back Download PDF
Copyright © 2024 MNC Sekuritas. All Right Reserved. A Member of MNC Group