Beranda

RESEARCH

Company Update

18 Desember 2018

Fixed Income Notes 18 Desember 2018

  • Harga Surat Utang Negara pada perdagangan hari Senin, 17 Desember 2018 bergerak terbatas dengan arah perubahan yang bervariasi di tengah tukar Rupiah yang sempat mengalami pelemahan serta defisit neraca perdagangan di bulan November yang lebih besar dari perkiraan. 
  • Perubahan harga yang terjadi hingga mencapai 40 bps yang menyebabkan terjadinya perubahan tingkat imbal hasil hingga sebesar 8,5 bps. Harga Surat Utang Negara dengan tenor pendek cenderung mengalami kenaikan terbatas, hingga sebesar 7 bps yang menyebabkan terjadinya penurunan tingkat imbal hasilnya hingga sebesar 8 bps. Sedangkan harga Surat Utang Negara dengan tenor menengah justru terlihat mengalami penurunan hingga sebesar 30 bps yang mendorong terjadinya kenaikan tingkat imbal hasilnya hingga sebesar 5,5 bps. Adapun harga Surat Utang Negara dengan tenor panjang, bergerak dengan arah perubahan yang bervariasi hingga sebesar 40 bps yang mendorong terjadinya perubahan tingkat imbal hasil hingga sebesar 5 bps. Sementara itu harga Surat Utang Negara seri acuan bergerak dengan mengalami pelemahan hingga sebesar 20 bps yang menyebabkan terjadinya kenaikan imbal hasil hingga sebesar 3,6 bps. Harga Surat Utang Negara seri acuan dengan tenor 15 tahun dan 20 tahun masing - masing mengalami penurunan sebesar 10 bps sehingga mengalami kenaikan imbal hasil sebesar 1,5 bps masing - masing di level 8,261% dan 8,461%. Sedangkan harga Surat Utang Negara seri acuan dengan tenor 10 tahun mengalami penurunan harga sebesar 20 bps yang menyebabkan kenaikan tingkat imbal hasilnya sebesar 3,6 bps di level 8,107% dan untuk tenor 5 tahun mengalami penurunan harga kurang dari 5 bps sehingga tingkat imbal hasilnya mengalami kenaikan mendekati 1 bps di level 8,040%. 
  • Pergerakan harga Surat Utang Negara yang cenderung mengalami penurunan pada perdagangan kemarin didorong oleh faktor pelemahan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika yang terjadi di awal sesi perdagangan. Selain itu, pergerakan harga Surat Utang Negara juga didorong oleh faktor defsit neraca perdagangan di bulan November 2018 yang lebih besar dari perkiraan. Badan Pusat Statistik menyampaikan bahwa pada bulan November 2018 terjadi defisit neraca perdagangan senilai US$2,04 miliar yang didapatkan dari nilai ekspor yang senilai US$14,83 miliar dan nilai impor senilai US$16,87 miliar dimana konsensus analis memperkirakan adanya defisit neraca perdagangan senilai US$735 juta. Dengan adanya defisit neraca perdagangan di bulan November tersebut, maka di tahun 2018, neraca perdagangan tercatat mengalami defisit senilai US$7,52 miliar. Defisit neraca perdagangan tersebut akan berdampak terhadap potensi penurunan angka cadangan devisa yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan impor, sehingga akan berpotensi untuk menekan pergerakan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika. Hanya saja, pergerakan harga Surat Utang Negara pada perdagangan kemarin tidak didukung oleh volume perdagangan yang besar, mengindikasikan bahwa pelaku pasar masih menahan diri melakukan transaksi jelang pelaksanaan Rapat Dewan Gubernur Bank Sentral Amerika (FOMC Meeting) yang akan diikuti oleh pelaksanaan Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia. 
  • Dari perdagangan Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang Dollar Amerika, pergerakan harganya justru cenderung mengalami penurunan seiring dengan membaiknya persepsi risiko. Hal tersebut tercermin pada penurunan angka Credit Default Swap (CDS) 5 tahun yang turun di posisi 135,10 bps. Selain itu, kenaikan harga juga didukung oleh penurunan imbal hasil US Treasury di tengah meningkatnya permintaan aset yang lebih aman (safe haven asset) seiring dengan koreksi yang terjadi di pasar saham global. Harga dari INDO23 mengalami kenaikan sebesar 15 bps yang mendorong terjadinya penurunan tingkat imbal hasilnya sebesar 4 bps di level 4,161%. Sementara itu kenaikan harga sebesar 30 bps didapati pada INDO28 dan INDO43 sehingga mendorong terjadinya penurunan imbal hasilnya sebesar 4 bps dan 2,5 bps masing - masing di level 4,535% dan 5,178%. 
  • Volume perdagangan Surat Berharga Negara yang dilaporkan pada perdagangan kemarin senilai Rp7,43 triliun dari 36 seri Surat Berharga Negara yang diperdagangkan dengan volume perdagangan seri acuan senilai Rp1,70 triliun. Obligasi Negara Ritel seri ORI015 masih menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp1,435 triliun dari 1241 kali transaksi yang diikuti oleh perdagangan Obligasi Negara seri FR0070    senilai Rp886,90 miliar dari 10 kali transaksi. Sementara itu Project Based Sukuk seri PBS006 menjadi Sukuk Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp125,00 miliar dari 6 kali transaksi yang diikuti oleh perdagangan PBS016 senilai Rp111,00 miliar dari 4 kali transaksi. 
  • Dari perdagangan surat utang korporasi, volume perdagangan yang dilaporkan senilai Rp1,92 triliun dari 48 seri surat utang korporasi yang diperdagangkan. Obligasi Berkelanjutan I Sarana Multi Infrastruktur Tahap III Tahun 2018 Seri A (SMII01ACN3) menjadi surat utang korporasi dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp217,00 miliar dari 16 kali transaksi yang diikuti oleh perdagangan Obligasi II Bussan Auto Finance Tahun 2018 Seri A (BAFI02A) senilai Rp200,60 miliar dari 4 kali transaksi. Adapun Sukuk Ijarah Berkelanjutan I Global Mediacom Tahap I Tahun 2017 Seri A (SIBMTR01ACN1) menjadi sukuk korporasi dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp412,00 miliar dari14 kali transaksi yang diikuti oleh perdagangan Sukuk Mudharabah Berkelanjutan I Bank Maybank Indonesia Tahap II Tahun 2016 (SMBNII01CN2) senilai Rp31,4 miliar dari 7 kali transaksi. 
  • Nilai tukar Rupiah pada perdagangan kemarin ditutup menguat terbatas sebesar -1,30 pts (-0,01%) di level 14580,00 per Dollar Amerika setelah bergerak dengan kecenderungan mengalami pelemahan pada kisaran 14580,00 hingga 14625,50 per Dollar Amerika. Bergerak dengan mengalami kecenderungan mengalami pelemahan sejak awal sesi perdagangan, ditutupnya nilai tukar Rupiah dengan mengalami penguatan terbatas didorong oleh intervensi yang dilakukan oleh Bank Indonesia. Mata uang regional pada perdagangan kemarin ditutup dengan arah perubahan yang bervariasi dimana mata uang Rupee India (INR) memimpin penguatan mata uang regional, sebesar 0,38% yang diikuti oleh mata uang Ringgit Malaysia (MYR) sebesar 0,17% dan Yuan China (CNY) sebesar 0,14%. Sedangkan mata uang Peso Philippina memimpin pelemahan mata uang regional, sebesar 0,17% yang diikuti oleh Won Korea Selatan (KRW) sebesar 0,06%.
  • Imbal hasil surat utang global pada perdagangan kemarin ditutup dengan arah perubahan yang bervariasi dengan penurunan imbal hasil masih didapati pada US Treasury. Jelang pelaksanaan FOMC Meeting, imbal hasil US Treasury dengan tenor 10 tahun dan 30 tahun ditutup dengan mengalami penurunan masing - masing di level 2,857% dan 3,124% di tengah fokus investor terhadap potensi perlambatan pertumbuhan ekonomi global serta koreksi yang kembali terjadi di pasar sahamnya. Sedangkan imbal hasil surat utang Inggris dan Jerman ditutup dengan kecenderungan mengalami kenaikan, masing - masing di level 1,271% dan 0,255%. Semenatra itu imbal hasil surat utang Jepang ditutup dengan mengalami kenaikan di level 0,029% dari posisi penutupan sebelumnya di level 0,027%.
  • Pada perdagangan hari ini kami perkirakan harga Surat Utang Negara masih akan bergerak dengan arah perubahan yang bervariasi dimana pelaku pasar masih akan fokus pada pelaksanaan FOMC Meeting yang akan dimulai pada hari ini waktu setempat yang akan diikuti oleh pelaksanaan RDG Bank Indonesia pada hari Rabu dan Kamis pekan ini. Nilai tukar Rupiah berpeluang mengalami penguatan pada perdagangan hari ini seiring dengan pelemahan mata uang Dollar Amerika terhadap mata uang utama dunia akan menjadi katalis positif bagi pasar Surat Utang Negara. Hanya saja defisit neraca perdagangan di bulan November 2018 yang lebih besar dari estimasi akan membatasi potensi penguatan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika. Volume perdagangan kami perkirkana masih belum begitu besar ditengah pelaku pasar yang akan menahan diri melakukan transaksi jelang pelaksanan FOMC Meeting dan RDG bank Indonesia.
  • Rekomendasi : Seiring dengan masih berpotensinya penurunan harga Surat Utang Negara, maka kami sarankan kepada investor untuk tetap mencermati arah pergerakan harga Surat Utang Negara di pasar sekunder. Beberapa seri yang dapat dicermati di tengah potensi penurunan harga adalah sebagai berikut ini : *FR0061, FR0043, FR0063, FR0070, FR0056, FR0042, FR0071, FR0073, FR0058, FR0074, FR0068 dan FR0072. *
  • PT Pemeringkat Efek Indonesia menaikkan peringkat PT Hutama Karya (Persero) dari peringkat "idA-" menjadi "idA". 

Back Download PDF
Copyright © 2024 MNC Sekuritas. All Right Reserved. A Member of MNC Group