Beranda

RESEARCH

Company Update

18 Januari 2019

Fixed Income Notes 18 Januari 2019

  • Perdagangan hari Kamis, 17 Januari 2019 masih bergerak dengan mengalami kenaikan imbal hasil seiring dengan pelemahan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika ditengah keputusan Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia yang mempertahankan BI 7-Day Reverse Repo Rate tetap sebesar 6,00%
  • Perdagangan yang terjadi pada hari Kamis, tanggal 17 Januari 2019 mengalami perubahan tingkat imbal hasil hingga sebesar 5 bps dengan didorong oleh adanya perubahan harga hingga 35 bps. Kenaikan imbal hasil tersebut hampir terjadi pada keseluruhan seri Surat Utang Negara. Surat Utang Negara dengan tenor pendek mengalami perubahan tingkat imbal hasil rata-rata sebesar 2 bps yang didorong oleh kenaikan harga hingga 8 bps. Sedangkan Surat Utang Negara bertenor menengah dan panjang mengalami kenaikan imbal hasil masing-masing hingga sebesar 4 bps dan 5 bps dengan didorong penurunan harga rata-rata sebesar 12 bps dan 14 bps.  Adapun Surat Utang Negara dengan seri acuan mengalami kenaikan imbal hasil yang terjadi berkisar antara 1 bps hingga 3,6 bps yang didorong penurunan harga hingga 34 bps.
  • Kenaikan imbal hasil Surat Utang Negara pada perdagangan kemarin terjadi seiring dengan pelemahan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika. Adapun keputusan Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia untuk mempertahankan BI-7 Day Reverse Repo Rate tetap sebesar 6,00% tidak banyak berpengaruh terhadap pergerakan harga Surat Utang Negara. Hal ini disebabkan karena pelaku pasar merespon bahwa BI-7 Day Reverse Repo Rate yang tetap diputuskan sebesar 6,00% sudah sejalan dengan estimasi pelaku pasar. Meski kembali mempertahankan suku bunga acuannya, Bank Indonesia masih mempertahankan posisi kebijakan yang antisipatif terutama terkait dinamika perekonomian global.
  • Seiring dengan pergerakan imbal hasil US Treasury yang menunjukkan kenaikan, imbal hasil Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang Dollar Amerika menunjukkan perubahan yang bervariasi pada hampir keseluruhan seri Surat Utang Negara. Imbal hasil dari INDO24 dan INDO29 mengalami penurunan masing-masing sebesar 1,7 bps di level 4,047% didorong oleh adanya kenaikan harga hingga 7,9 bps dan  0,05 bps di level 4,360% yang didorong oleh adanya kenaikan harga sebesar 0,4 bps. Adapun imbal hasil dari INDO44 dan INDO49 pada perdagangan kemarin ditutup dengan mengalami penurunan masing - masing sebesar 1 bps di level 5,085% dan sebesar 1,31 bps di level 4,928%.
  • Volume perdagangan Surat Utang Negara yang dilaporkan pada perdagangan hari Kamis, 17 Januari 2019 mengalami penurunan dibandingkan dengan volume perdagangan sebelumnya, senilai Rp 10,04 triliun dari 45 seri Surat Utang Negara yang diperdagangkan dengan volume perdagangan terbesar tercatat pada seri FR0073 yaitu sebesar Rp1,278 triliun dari 21 kali transaksi dan diikuti oleh Surat Utang Negara seri FR0065 dengan volume perdagangan sebesar Rp1,254 triliun dari 41 kali transaksi. Adapun untuk perdagangan Sukuk Negara, Project Based Sukuk dengan seri PBS016 menduduki volume perdagangan tertinggi dengan volume Rp320,00 miliar dari 4 kali transaksi dan diikuti oleh Sukuk Negara Ritel dengan seri SR008 yang mencapai volume sebesar Rp194,12 miliar dari 19 kali transaksi.
  • Adapun volume perdagangan surat utang korporasi yang dilaporkan pada perdagangan kemarin senilai Rp376,30 miliar dari 38 seri surat utang korporasi yang diperdagangkan. Obligasi Berkelanjutan I Bank BRI Tahap III Tahun 2016 Seri B (BBRI01BCN3) menjadi surat utang korporasi dengan volume perdagangan terbesar senilai Rp51,10 miliar dari 7 kali transaksi yang diikuti oleh perdagangan Obligasi Berkelanjutan II Bumi Serpong Damai Tahap I Tahun 2016 Seri A (BSDE02ACN1) senilai Rp45,00 miliar dari 9 kali transaksi. Adapun untuk volume perdagangan terbesar urutan ketiga dan keempat berada pada Obligasi Berkelanjutan II Toyota Astra Financial Services Tahap I Tahun 2016 Seri B (TAFS02BCN1) dan Obligasi Berkelanjutan III Medco Energi Internasional Tahap I Tahun 2018 Seri B (MEDC03BCN1) yang mempunyai volume perdagangan masing-masing sebesar Rp43,00 miliar dengan 5 kali transaksi dan Rp30,00 dengan 6 kali transaksi.
  • Pada perdagangan kemarin hari Kamis, tanggal 17 Januari 2019 nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika masih melanjutkan pelemahan dengan ditutup di level 14191,50 per Dollar Amerika, mengalami pelemahan sebesar 64,00 pts (0,45%) setelah bergerak dengan mengalami pelemahan sepanjang sesi perdangan di kisaran 14132,50 hingga 14201,00 per Dollar Amerika. Pelemahan nilai tukar Rupiah pada perdagangan kemarin terjadi di tengah bervariasinya arah perubahan nilai tukar mata uang regional. Mata uang Yen Jepang (JPY) memimpin penguatan mata uang regional sebesar 0,28% terhadap Dollar Amerika dan diikuti oleh mata uang Rupee India (INR) yang menguat sebesar 0,16%. Adapun mata uang Peso Filipina (PHP) memimpin pelemahan mata uang regional sebesar 0,53% dan diiringi dengan mata uang Rupiah Indonesia (IDR) yang melemah sebesar 0,45% terhadap mata uang Dollar Amerika.
  • Imbal hasil US Treasury bertenor 10 tahun ditutup dengan kondisi menguat sebesar 105 bps berada pada level 2,751% serta Imbal hasil US Treasury dengan tenor 30 tahun mengalami kenaikan sebesar 10 bps di level 3,075%. Hal ini seiring dengan kondisi pasar saham Amerika Serikat dimana indeks saham utamanya mengalami penguatan sebesar 71 bps di level 7084,46 (NASDAQ) dan indeks DJIA menguat sebesar 67 bps sehingga berada pada level 24370,10. Adapun imbal hasil surat utang Inggris bertenor 10 tahun hanya menguat sebesar 2 bps di level 1,228% sedangkan surat utang jerman dengan tenor 10 tahun mengalami penurunan sehingga berada pada level 0,236%.
  • Pada perdagangan hari ini kami perkirakan harga Surat Utang Negara akan kembali bergerak dengan arah perubahan yang beragam yang lebih dipengaruhi oleh katalis eksternal. Faktor eksternal akan lebih banyak berdampak terhadap perdagangan Surat Utang Negara. Beberapa faktor tersebut diantaranya adalah penguatan imbal hasil US Treasury yang akan berpotensi untuk menjadi katalis negatif bagi Surat Utang Negara, baik itu denominasi Rupiah maupun Dollar Amerika. Selain itu, pelaku pasar juga merespon terhadap data domestik yang dirilis seperti data neraca perdagangan yang mengalami defisit pada Desember 2018 dan Bank Indonesia yang masih mempertahankan suku bunga acuan di 6,00%.
  • Rekomendasi Dengan kondisi tersebut, kami sarankan kepada investor untuk tetap mencermati arah pergerakan harga Surat Utang Negara di pasar sekunder dimana pergerakan nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika masih menjadi salah satu faktor yang perlu dicermati. Adapun beberapa seri yang cukup menarik untuk dicermati diantaranya adalah sebagai berikut ini : FR0053, FR0061, FR0043, FR0034 dan FR0056. Adapun Surat Utang Negara dengan tenor panjang yang cukup menarik adalah FR0058, FR0068, FR0072 FR0075 dan FR0067.

Back Download PDF
Copyright © 2024 MNC Sekuritas. All Right Reserved. A Member of MNC Group