Beranda

RESEARCH

Company Update

19 Februari 2018

Fixed Income Notes 19 Februari 2018

  • Imbal hasil Surat Utang Negara pada perdagangan hari Kamis, 15 Februari 2018 kembali mengalami kenaikan di tengah masih berlanjutnya aksi ambil utnung pada Surat Utang Negara di pasar sekunder. 
  • Perubahan tingkat imbal hasil yang terjadi pada akhir pekan kemarin berkisar antara 1 - 6 bps dengan rata - rata mengalami kenaikan imbal hasil sebesar 1,4 bps dimana kenaikan imbal hasil yang cukup besar terjadi pada tenor pendek maupun menengah. Imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor pendek (1-4 tahun) mengalami kenaikan sebesar berkisar antara 1 - 6 bps setelah mengalami koreksi harga hingga sebesar 20 bps. Sementara itu imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor menengah (5-7 tahun) mengalami kenaikan berkisar antara 1 - 2 bps setelah mengalami koreksi harga yang berkisar antara 3 - 12 bps. Adapun imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor panjang (di atas 7 tahun) bergerak dengan kecenderungan mengalami kenaikan berkisar antara 1 - 4 bps dengan adanya koreksi harga hingga sebesar 50 bps. 
  • Kenaikan imbal hasil Surat Utang Negara pada perdagangan di akhir pekan kemarin masih didorong oleh adanya koreksi harga Surat Utang Negara di tengah kenaikan imbal hasil surat utang regional seiring dengan semakin besarnya peluang kenaikan suku bunga Bank Sentral Amerika di bulan Maret 2018 ditengah tingkat inflasi Amerika yang sesuai ekspektasi pemerintah. Pelaku pasar merespon kondisi tersebut dengan melakukan penjualan Surat Utang Negara di pasar sekunder, sehingga mendorong terjadinya koreksi harga pada  sebagian besar tenor Surat Utang Negara. 
  • Adapun adanya aksi ambil untung oleh investor asing juga menjadi katalis negatif pada perdagangan di akhir pekan kemarin. Hingga 14 Februari 2018, investor asing masih melakukan net sell sebesar Rp18,69 triliun sepanjang bulan Februari. Sementara itu kenaikan imbal hasil Surat Utang Negara terjadi di tengah kenaikan imbal hasil surat utang regional. Meredanya tekanan terhadap nilai tukar rupiah tidak cukup kuat untuk menahan terjadinya koreksi harga Surat Utang Negara di pasar sekunder. 
  • Dengan adanya koreksi harga yang terjadi pada perdagangan di akhir pekan kemarin, imbal hasil Surat Utang Negara seri acuan dengan tenor 5 tahun mengalami kenaikan yang relatif terbatas kurang dari 1 bps di level 5,732%. Adapun imbal hasil dengan tenor 10 tahun dan 15 tahun mengalami kenaikan masing - masing sebesar 1,5 bps di level 6,393% dan 6,850%. Sementara itu  untuk tenor 20 tahun mengalami kenaikan sebesar 4,5 bps di level 7,180% 
  • Dari perdagangan Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang dollar Amerika, pergerakan imbal hasilnya masih mengalami kenaikan seiring dengan kenaikan imbal hasil surat utang global di hari Kamis. Kenaikan imbal hasil terjadi pada keseluruhan seri Surat Utang Negara dengan imbal hasil dari INDO-23 mengalami kenaikan sebesar 7 bps di level 3,650% setelah mengalami koreksi harga sebesar 30 bps. Sementara itu imbal hasil dari INDO-28 mengalami kenaikan sebesar 5,5 bps di level 4,064% setelah mengalami koreksi harga sebesar 45 bps. Sementar itu imbal hasil dari INDO-38 mengalami kenaikan sebesar 4 bps dilevel 4,785% setelah mengalami koreksi sebesar 55 bps. Adapun imbal hasil INDO-48 ditutup naik sebesar 3 bps di level 4,706% didorong oleh koreksi harga sebesar 45 bps.  
  • Volume perdagangan Surat Utang Negara yang dilaporkan pada perdagangan di akhir pekan senilai Rp13,12 triliun dari 33 seri Surat Utang Negara yang diperdagangkan dengan volume perdagangan seri acuan yang dilaporkan senilai Rp5,16 triliun. Obligasi Negara seri FR0075 menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp2,85 triliun dari 183 kali transaksi di harga rata - rata 104,41% dan diikuti oleh perdagangan Obligasi Negara seri FR0074 senilai Rp1,98 triliun dari 86 kali transaksi di harga rata - rata 104,27%. 
  • Dari perdagangan obligasi korporasi, volume perdagangan yang dilaporkan senilai Rp991,09 miliar dari 41 seri obligasi korporasi yang diperdagangkan. Obligasi Berkelanjutan II Toyota Asta Finansial Services Tahap II Tahun 2017 Seri A (TAFS02ACN2) menjadi obligasi korporasi dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp274 miliar dari 6 kali transaksi di harga rata - rata 100,02% dan diikuti oleh perdagangan Obligasi Berkelanjutan III Indomobil Finance Tahap II Tahun 2018 Seri A (IMFI03ACN2) senilai Rp100 miliar dari 3 kali transaksi di harga rata - rata 99,94%. 
  • Sementara itu nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika ditutup menguat sebesar 69,00 pts (0,50%) di level 13560,00 per dollar Amerika. Bergerak berfluktuasi pada kisaran 13545,00 hingga 13595,00 per dollar Amerika, penguatan nilai ukar rupiah terjadi seiring dengan penguatan mata uang regional terhadap dollar Amerika. Mata uang Baht Thailand (THB) memimpin penguatan mata uang regional yang diikuti oleh Ringgit Malaysia (MYR) dan Rupiah Indoensia (IDR). 
  • Pada perdagangan hari ini kami perkirakan harga Surat Utang Negara masih berpeluang untuk mengalami kenaikan didorong oleh berbagai katalis dari dalam maupun luar negeri. Penguatan nilai tukar rupiah yang kami perkiraklan akan mengalami penguatan pada hari ini serta angka persepsi resiko Indonesia hingga akhir pekan kemarin mengalami penurunan di kisaran level 90%. Sementara itu dari faktor eksternal, pergerakan imbal hasil surat utang global per hari Jum’at cenderung mengalami penurunan. 
  •  Imbal hasil dari US Treasury bergerak berfluktuasi sepanjang sesi perdagangan di akhir pekan meskipun akhirnya ditutup dengan penurunan, dimanan untuk tenor 10 tahun imbal hasilnya berada pada level 2,873% dan untuk tenor 30 tahun turun ke level 3,131. Sedangkan imbal hasil dari surat utang Jerman (Bund) dan Inggris (Gilt) dengan tenor 10 tahun ditutup juga mengalami penurunan masing - masing di level 0,707% dan 1,580%. 
  • Adapun secara teknikal, harga Surat Utang Negara masih berada di area konsolidasi dengan adanya sinyal perubahan tren dari tren turun menjadi sidewats, mengindikasikan bahwa harga Surat Utang Negara akan bergerak terbatas dengan masih adanya peluang penurunan  harga untuk Surat Utang Negara dengan tenor panjang  dalam jangka pendek. 
  • Rekomendasi : Dengan kombinasi dari beberapa faktor tersebut, maka kami menyarankan kepada investor untuk tetap mencermati arah pergerakan harga Surat Utang Negara di pasar sekunder, dan masih berfluktuasinya pergerakan Surat Utang Negara dapat dimanfaatkan oleh investor dengan horizon investasi jangka panjang untuk melakukan pembelian secara bertahap terhadap Surat Utang Negara dengan tenor panjang seperti seri FR0069, FR0053, FR0061, FR0056, FR0071, FR0073, FR0058, FR0074, FR0068, dan FR0072. 
  • Pada sepekan kedepan terdapat empat surat utang yang akan jatuh tempo senilai Rp1,347 triliun. 
  • Peringkat PT Oto Multiartha ditegaskan “idAA+”. 
  • Penerbitan Surat Berharga Syariah Negara seri PBS-014 dan PBS-011 pada tanggal 15 Februari 2018 dengan cara private placement.

bond

Back Download PDF
Copyright © 2024 MNC Sekuritas. All Right Reserved. A Member of MNC Group