Beranda

RESEARCH

Company Update

20 Juni 2018

Fixed Income Notes 20 Juni 2018

  • Tertekannya nilai tukar rupiah dorong kenaikan imbal hasil Surat Utang Negara seiring tren kenaikan imbal hasil surat utang global pada perdagangan di hari Jum’at, 8 Juni 2018. 
  • Perubahan tingkat imbal hasil berkisar antara 1 - 12 bps dengan rata - rata mengalami kenaikan sebesar 3,7 bps dimana perubahan imbal hasil yang cukup besar terjadi pada tenor panjang. Imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor pendek (1-4 tahun) mengalami kenaikan berkisar antara 1 - 5 bps dengan adanya koreksi harga hingga sebesar 15 bps. Sementara itu imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor menengah (5-7 tahun) yang mengalami kenaikan berkisar antara 3 - 5 bps dengan adanya penurunan harga hingga sebesar 25 bps dan imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor panjang (di atas 7 tahun) yang cenderung bergerak dengan mengalami kenaikan berkisar antara 1 - 12 bps setelah didorong oleh adanya koreksi harga hingga sebesar 135 bps. 
  • Pergerakan imbal hasil Surat Utang Negara yang mengalami kenaikan pada perdagangan masih cenderung terbatas terlihat dari volume perdagangan yang cukup minim jelang libur nasional. Adapun investor cenderung melakukan aksi ambil untung di tengah surat utang global yang masih mengalami tren kenaikan imbal hasilnya serta didorong oleh nilai tukar rupiah yang mengalami pelemahan seiring dengan pelemahan mata uang regional lainnya. 
  • Sehingga kombinasi dari keda faktor tersebut mendorong terjadinya kenaikan imbal hasil Surat Utang Negara seri acuan dengan tenor 5 tahun sebesar 4,5 bps di level 6,918% dan 10 tahun sebesar 3 bps di level 7,250% serta kenaikan imbal hasil seri acuan dengan tenor 15 tahun sebesar 2 bps di level 7,630% dan 20 tahun sebesar 1 bps di level 7,658%. 
  • Dari perdagangan Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang dollar Amerika, tingkat imbal hasilnya sudah terlihat mengalami penurunan seiring dengan tren penurunan imbal hasil surat utang Amerika. Imbal hasil dari INDO-23  relatif tidakl bergerak dibandingkan perdagangan sebelumnya di level 4,076% dan INDO-28 mengalami penurunan sebesar 1 bps di level 4,441% setelah mengalami koreksi harga sebesar 8 bps. Adapun imbal hasil dari INDO-38 dan INDO-48 masing - masing relatif tidak mengalami perubahan imbal hasil di level 5,146% dan 4,992% setelah mengalami kenaikan harga yang cukup terbatas masing - masing sebesar 2 dan 4 bps. 
  • Volume perdagangan Surat Utang Negara yang dilaporkan pada perdagangan kemarin masih cukup besar, senilai Rp8,41 triliun dari 40 seri Surat Utang Negara yang diperdagangkan dengan volume perdagangan seri acuan yang dilaporkan senilai Rp2,02 triliun. Obligasi Negara seri FR0064 menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp1,33 triliun dari 50 kali transaksi di harga rata - rata 93,06% yang diikuti oleh perdagangan Obligasi Negara seri FR0074 senilai Rp758 miliar dari 41 kali transaksi di harga rata - rata 98,73%. 
  • Sementara itu dari perdagangan obligasi korporasi, volume perdagangan yang dilaporkan senilai Rp818 miliar dari 33 seri obligasi korporasi yang diperdagangkan. Obligasi Berkelanjutan II PNM Tahap II Tahun 2018 Seri A (PNMP02ACN2) menjadi obligasi korporasi dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp173 miliar dari 4 kali transaksi di harga rata - rata 100,11% dan diikuti oleh perdagangan Obligasi Berkelanjutan II Sumber Alfaria Trijaya Tahap II Tahun 2018 (AMRT02CN2) senilai Rp151 miliar dari 2 kali transaksi di harga 100,13%. 
  • Sedangkan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika mampu ditutup dengan mengalami melemah sebesar 57,00 pts (0,40%) pada level 13932,00 per dollar Amerika setelah bergerak dengan pengalami pelemahan pada kisaran 13887,00 hingga 13943,00 per dollar Amerika. Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika yang juga didapati pada mata uang regional yang mengalami pelemahan terhadap dollar Amerika. Mata uang Rupee India (INR) memimpin pelemahan mata uang regional yang diikuti oleh Won Korea Selatan (KRW) dan Rupiah Indonesia (IDR). 
  • Pada perdagangan hari ini kami perkirakan harga Surat Utang Negara masih akan bergerak berfluktuasi dengan masih berpeluang untuk mengalami kenaikan di tengah penurunan imbal hasil surat utang global seiring dengan peluang menguatnya nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika. 
  • Imbal hasil dari US Treasury dengan tenor 10 tahun ditutup pada level 2,891% mengalami penurunan dari posisi penutupan dua minggu lalu di level 2,928%. Imbal hasil surat utang Jerman (Bund) dan Inggris (Gilt) dengan tenor yang sama juga ditutup dengan mengalami penurunan masing - masing di level 0,375% dan 1,279%. Kondisi tersebut kami perkirakan akan kembali membuka peluang terjadinya kenaikan harga terhadap Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang dollar Amerika. 
  • Adapun dari dalam Negeri, pelaku pasar masih menantikan disampaikannya data keputusan Rapat Dewan Gubernur Bank Indoneisa yang akan disampaikan oleh Bank Indonesia pada pekan depan. 
  • Sementara itu secara teknikal, harga Surat Utang Negara masih berada pada area konsolidasi sehingga dalam jangka pendek harga Surat Utang Negara masih akan cenderung bergerak mendatar (sideways). 
  • Rekomendasi : Dengan demikian, kami masih menyarankan kepada investor untuk melakukan strategi trading memanfaatkan momentum kenaikan harga Surat Utang Negara dengan pilihan masih pada Surat Utang Negara dengan tenor pendek hingga menengah seperti seri FR0069, FR0073, FR0058, FR0074, ORI013, FR0065, FR0068, FR0072, FR0075 dan FR0067. 
  • PT Pemeringkat Efek Indonesia Tbk menurunkan peringkat PT Tiphone Mobile Indonesia Tbk dan obligasinya menjadi idBB 
  • PT Pemeringkat Efek Indonesia Tbk menegaskan obligasi jatuh tempo PT Garuda Indonesia (Persero) di “idBBB+”

Back Download PDF
Copyright © 2024 MNC Sekuritas. All Right Reserved. A Member of MNC Group