Beranda

RESEARCH

Company Update

22 Maret 2019

Fixed Income Notes 22 Maret 2019

Pada perdagangan hari Kamis, 21 Maret 2019 harga Surat Utang Negara kembali bergerak mengalami kenaikan di tengah perubahan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika yang cenderung menguat selama sesi perdagangan kemarin akibat adanya sentimen global.

Perubahan harga Surat Utang Negara yang terjadi hingga sebesar 123 bps yang berdampak terhadap adanya perubahan tingkat imbal hasil rata - rata mengalami penurunan sebesar 8 bps. Adapun Surat Utang Negara dengan seri acuan bertenor 15 tahun mengalami kenaikan harga tertinggi diantara seri acuannya lainnya yaitu sebesar 1,23 bps yang berdampak pada penurunan imbal hasil sebesar 0,14 bps di level 7,884%, selanjutnya diikuti oleh seri acuan bertenor 20 dan 10 tahun yang mengalami kenaikan harga masing-masing sebesar 1,2 bps dan 0,9 bps yang mendorong penurunan imbal hasil masing-masing sebesar 0,12 bps di level 7,979% dan 0,13 bps di level 7,559%. Adapun untuk Surat Utang Negara seri acuan bertenor 5 tahun mengalami kenaikan harga sebesar 0,65 bps yang mengakibatkan turunya tingkat imbal hasil sebesar 0,15 bps di level 7,074%  

Pada perdagangan hari Kamis, tanggal 21 Maret 2019 pergerakan harga Surat Utang Negara bergerak dengan mengalami kenaikan ditengah faktor perubahan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika yang menguat selama sesi perdagangan. Faktor penguatan rupiah ini dipicu dari hasil FOMC Meeting yang merilis suku bunga acuan Bank Sentral Amerika bertahan di level 2,25% hingga 2,50%. Namun kondisi perlambatan ekonomi yang terjadi di Amerika masih akan berlanjut sehingga The Fed perlu memangkas proyeksi suku bunga acuannya hingga akhir tahun 2019, dimana proyeksi suku bunga pada akhir tahun 2019 turun di level 2,375% (vs 2,875% pada proyeksi sebelumnya). Hal ini mengindikasikan bahwa suku bunga acuan Bank Sentral Amerika akan terus bertahan di level 2,25%-2,50% hingga akhir tahun 2019. Kami menilai kondisi ini akan menguntungkan bagi negara-negara berkembang, termasuk Indonesia, yang memberikan tingkat imbal hasil yang lebih baik. Hal ini tercermin dari volume perdagangan yang terjadi pada perdagangan kemarin yang meningkat dibandingkan dengan volume perdagangan sebelumnya. 

Harga Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang Dollar Amerika pada perdagangan kemarin ditutup dengan mengalami kenaikan di tengah menurunnya persepsi risiko yang tercermin pada penurunan angka Credit Default Swap (CDS). Harga dari INDO24 meningkat sebesar 34,6 bps yang mendorong terjadinya penurunan tingkat imbal hasil sebesar 7,43 bps di level 3,512%. Adapun harga dari INDO29 mengalami kenaikan sebesar 105,4 bps yang menyebabkan turunnya tingkat imbal hasil sebesar 12,55 bps di level 3,931%. Adapun untuk INDO44 dan INDO49 juga mengalami kenaikan harga masing-masing sebesar 121,7 bps dan  125,2 bps yang mendorong penurunan tingkat imbal hasil sebesar 7,17 bps di level 4,846% dan 7,40 bps di level 4,733%. 

Volume perdagangan Surat Utang Negara yang dilaporkan pada perdagangan hari Kamis, tanggal 21 Maret 2019 mengalami kenaikan dibandingkan dengan volume perdagangan sebelumnya, yaitu senilai Rp28,64 triliun dari 44 seri Surat Utang Negara yang diperdagangkan. Adapun Surat Utang Negara pada seri FR0078 menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp7,35 triliun dari 218 kali transaksi dan diikuti oleh perdagangan Surat Utang Negara seri FR0071 senilai Rp4,45 triliun dari 45 kali transaksi. Sementara itu, untuk perdagangan Sukuk Negara, Project Based Sukuk seri PBS014 dan PBS013  menjadi Sukuk Negara dengan volume terbesar, yaitu masing-masing sebesar Rp1,73 triliun dari 39 kali transaksi dan Rp946,00 miliar untuk 12 kali perdagangan, kemudian diiringi oleh Project Based Sukuk seri PBS015 dengan volume sebesar Rp370 miliar untuk 4 kali transaksi.

Volume perdagangan surat utang korporasi yang dilaporkan pada perdagangan kemarin mengalami penurunan dibandingkan dengan volume perdagangan sebelumnya, yaitu senilai Rp1,13 triliun dari 48 seri surat utang korporasi yang diperdagangkan. Adapun untuk perdagangan Obligasi Berkelanjutan Indonesia Eximbank IV Tahap I Tahun 2018 Seri A (BEXI04ACN1) didapati surat utang korporasi dengan volume perdagangan terbesar yaitu sebesar Rp160,00 miliar dari 4 kali transaksi. Selanjutnya volume perdagangan Obligasi Berkelanjutan I Bank NTT Tahap I Tahun 2018 Seri B (BNTT01BCN1) sebesar Rp150,00 miliar dari 3 kali perdagangan dan diikuti oleh volume perdagangan Obligasi Berkelanjutan IV BFI Finance Indonesia Tahap I Tahun 2018 Seri B (BFIN04BCN1) sebesar Rp120 miliar untuk 4 kali transaksi. Berikutnya, untuk surat utang korporasi dengan volume Rp90,00 miliar dari 3 kali transaksi didapati pada perdagangan Obligasi I Indonesia Infrastructure Finance Tahun 2016 Seri A (IIFF01A).

Pada perdagangan hari Kamis, tanggal 21 Maret 2019, nilai tukar Rupiah menguat sebesar 48 pts (0,34%) di level 14140. Adapun pergerakan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika terjadi pada kisaran 14093 hingga 14140. Adapun penguatan tersebut terjadi sepanjang sesi perdagangan. Rupiah menguat terhadap Dollar Amerika ditengah penguatan sebagian besar nilai tukar mata uang regional, dimana nilai tukar mata uang yang  memimpin penguatan didapati pada mata uang Rupiah Indonesia (IDR) sebesar 0,34% yang diikuti oleh menguatnya mata uang Won Korea Selatan (KRW) sebesar 0,25% dan mata uang Baht Thailand (THB) sebesar 0,24%. Selanjutnya didapati penguatan mata uang Ringgit Malaysia (MYR) dan mata uang Peso Filipina (PHP) masing-masing sebesar 0,11% dan 0,09%. Adapun mata uang regional yang mengalami pelemahan tertinggi didapati pada mata uang Dollar Singapura (SGD) sebesar 0,10%.

Adapun Imbal hasil US Treasury dengan tenor 10 tahun dan 30 tahun ditutup dengan mengalami kenaikan sehingga masing - masing berada pada level 2,54% dan 2,97%. Kenaikan US Treasury ini seiring dengan kenaikan kondisi pasar saham Amerika dimana untuk indeks DJIA mengalami kenaikan sebesar 84 bps di level 25962,51 dan indeks NASDAQ ditutup dengan kenaikan sebesar 142 bps di level 7838,96. Sementara itu, Imbal hasil dari surat utang Inggris (Gilt) untuk tenor 10 tahun dan 30 tahun juga mengalami kenaikan masing-masing di level 1,067% dan 1,555%. Begitu juga yang terjadi pada surat utang Jerman (Bund) didapati mengalami kenaikan untuk tenor 10 tahun dan 30 tahun masing-masing di level 0,047% dan 0,683%. 

Pada perdagangan hari ini kami perkirakan harga Surat Utang Negara di pasar sekunder masih akan bergerak dengan arah perubahan yang beragam di tengah arah pergerakan nilai tukar rupiah dan respon positif terhadap rilisnya suku bunga acuan Bank Sentral Amerika di level 2,25%-2,50%. Di sisi lain, penguatan harga Surat Utang Negara yang terjadi sejak pekan kemarin memungkinkan para pelaku pasar untuk merealisasikan keuntungannya melalui aksi ambil untung (taking profit) pada perdagangan di akhir pekan ini. 

Rekomendasi

Dengan pertimbangan beberapa faktor di atas kami masih menyarankan kepada investor untuk mencermati pergerakan harga Surat Utang Negara dengan tenor pendek dan menengah yang memberikan tingkat imbal hasil yang menarik dengan tingkat risiko yang moderat. Beberapa seri pilihan yang dapat dicermati oleh investor adalah seri - seri FR0053, FR0061, FR0070, FR0056, FR0059, FR0071, dan FR0058.

Pekan depan pemerintah akan melakukan lelang Surat Utang Negara (SBN) pada hari Selasa, tanggal 26 Maret 2019 dengan seri SPN03190627 (New Issuance), SPN12200313 (Reopening), FR0077 (Reopening), FR0078 (Reopening), FR0068 (Reopening), FR0079 (Reopening), FR0076 (Reopening).

Back Download PDF
Copyright © 2024 MNC Sekuritas. All Right Reserved. A Member of MNC Group