Beranda

RESEARCH

Company Update

23 Mei 2019

Fixed Income Notes 23 Mei 2019

Harga Surat Utang Negara pada perdagangan hari Rabu, 22 Mei 2019 bergerak dengan arah yang beragam dengan kecenderungan mengalami penurunan akibat melemahnya nilai tukar Rupiah ditengah gejolak politik domestik dan beberapa sentimen global.

 

Pada perdagangan hari Rabu, tanggal 22 Mei 2019, harga Surat Utang Negara mengalami penurunan pada sebagian besar serinya hingga sebesar 60 bps yang mengakibatkan kenaikan imbal hasil hingga sebesar 6 bps. Adapun yang mengalami pelemahan harga tertinggi didapati pada Surat Utang Negara dengan tenor panjang (diatas 7 tahun) sebesar 16,2 bps yang berdampak pada peningkatan tingkat imbal hasil sebesar 2 bps. Sementara itu, untuk Surat Utang Negara bertenor menengah (5-7 tahun) mengalami penurunan harga sebesar 4,5 bps yang mendorong terjadinya kenaikan imbal hasil sebesar 1 bps dan untuk Surat Utang Negara dengan tenor pendek (1-4 tahun) mengalami koreksi harga sebesar 4 bps yang berakibat terjadi naiknya imbal hasil sebesar 1,3 bps. 

Pergerakan harga Surat Utang Negara pada perdagangan kemarin bergerak dengan arah yang bervariasi dengan kecenderungan mengalami penurunan. Hal tersebut didorong oleh melemahnya nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika akibat adanya beberapa tekanan yang berasal dari domestik maupun global. Perhelatan politik yang terjadi di domestik akan mempengaruhi keputusan para pelaku pasar, walaupun pada awal pekan ini Komisi Pemilihan Umum (KPU) telah mengumumkan pemenang pasangan presiden dan wakil presiden untuk periode 2019-2024. Namun, terjadinya kericuhan aksi demonstrasi dari oposisi memungkinkan adanya peningkatan net capital outflow sehingga mengakibatkan kenaikan imbal hasil pada Surat Utang Negara. Kami menilai tekanan tersebut bersifat sementara hingga keputusan dari Mahkamah Konstitusi (MK). Sementara itu dari faktor eksternal, hasil FOMC Minutes yang disampaikan, The Fed sepakat untuk lebih bersabar dalam menetukan kebijakan moneter mengenai suku bunga acuannya. Tingkat inflasi yang lemah dipandang oleh anggota FOMC Minutes sebagai alasan untuk menahan suku bunga acuan beberapa waktu kedepan. Selain itu, anggapan risiko terhadap pasar keuangan dan ekonomi global terlihat sudah mereda. 

Sehingga secara keseluruhan, pergerakan harga Surat Utang Negara pada perdagangan kemarin telah mendorong terjadinya kenaikan imbal hasil Surat Utang Negara seri acuan secara keseluruhan. Adapun untuk tenor 5 tahun mengalami kenaikan imbal hasil sebesar 2 bps dilevel 7,578% dan untuk tenor 10 tahun mengalami kenaikan mencapai 1,5 bps di level 8,062%. Sementara itu, untuk Surat Utang Negara seri acuan dengan tenor 15 tahun dan 20 tahun, juga terjadi penguatan imbal hasil masing-masing naik sebesar 2,6 bps di level 8,563% dan 1 bps di level 8,627%.

Kenaikan imbal hasil juga terlihat pada perdagangan Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang dollar Amerika, dimana pada perdagangan kemarin keseluruhan seri mengalami kenaikan imbal hasil seiring dengan kenaikan imbal hasil yang terjadi pada surat utang regional. Imbal hasil dari INDO24 ditutup dengan mengalami kenaikan sebesar 0,5 bps di level 3,389% setelah mengalami penurunan harga sebesar 2,2 bps. Adapun imbal hasil dari INDO29 mengalami kenaikan sebesar 0,2 bps di level 3,889% setelah mengalami koreksi harga sebesar 1,2 bps dan imbal hasil dari INDO44 yang mengalami kenaikan sebesar 0,7 bps di level 4,690% setelah mengalami penurunan harga sebesar 11,7 bps.

Volume perdagangan Surat Utang Negara yang dilaporkan pada perdagangan kemarin menurun dibandingkan perdagangan sebelumnya yaitu senilai Rp4,60 triliun dari 36 seri Surat Utang Negara yang diperdagangkan dengan volume perdagangan seri acuan yang dilaporkan senilai Rp2,52 triliun. Surat Utang Negara seri FR0078 menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp999,15 miliar dari 27 kali transaksi di harga rata - rata 101,25% yang diikuti oleh perdagangan Obligasi Negara seri FR0077 senilai Rp600,65 miliar dari 11 kali transaksi di harga rata - rata 102,03%. Sementara itu, Project Based Sukuk seri PBS011 dan seri PBS019 menjadi Surat Berharga Syariah Negara terbesar yaitu sebesar Rp50,00 miliar masing-masing dari 1 kali ndan 5 kali transaksi. Selanjutnya, untuk Project Based Sukuk seri PBS016 didapati volume sebesar Rp7,00 miliar dari 2 kali transaksi.

Sementara itu dari perdagangan surat utang korporasi, volume perdagangan yang dilaporkan menurun dibandingkan dengan perdagangan sebelumnya senilai Rp788,9 miliar dari 32 seri obligasi korporasi yang diperdagangkan. Obligasi Berkelanjutan IV Adira Finance Tahap V Tahun 2019 Seri B (ADMF04BCN5) menjadi obligasi korporasi dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp210,00 miliar dari 6 kali transaksi di harga 99,88% yang diikuti oleh perdagangan Obligasi Berkelanjutan I Bank NTT Tahap I Tahun 2018 Seri A (BNTT01ACN1) senilai Rp200,00 miliar dari 2 kali transaksi di harga rata - rata 100,01% yang kemudian diiringi dengan Obligasi Berkelanjutan I Sinar Mas Multifinance Tahap II Tahun 2019 Seri A (SMMF01ACN2) sebesar Rp60,00 miliar untuk 1 kali transaksi di harga 100,02%. 

Pada perdagangan hari Rabu tanggal 22 Mei 2019, nilai tukar Rupiah mengalami pelemahan sebesar 45,00 pts (0,31%) di posisi 14525,00 per dollar Amerika setelah bergerak dengan mengalami penguatan diawal sesi perdagangan namun berbalik arah melemah hingga akhir sesi perdagangan pada kisaran 14470,00 hingga 14528,00 per dollar Amerika. Pelemahan nilai tukar rupiah tersebut terjadi ditengah perubahan nilai mata uang regional yang bergerak bervariasi. Adapun yang memimpin penguatan mata uang regional didapati pada mata uang Won Korea Selatan (KRW) sebesar 0,10% yang kemudian diikuti oleh mata uang Yen Jepang (JPY) sebesar 0,05% dan Rupee India (INR) sebesar 0,04%. Sedangkan mata uang regional yang mengalami pelemahan terbesar didapati pada mata uang Rupiah Indonesia (IDR) sebesar 0,31% dan diikuti oleh Dollar Taiwan (TWD) yang melemah sebesar 0,23%. Selanjutnya, mata uang Dollar Singapura (SGD) dan mata uang Peso Filipina (PHP) yang keduanya melemah sebesar 0,09% terhadap Dollar Amerika.

Pada perdagangan hari ini kami perkirakan harga Surat Utang Negara masih akan cenderung bergerak terbatas dengan arah pergerakan harga yang cenderung terkoreksi. Para pelaku pasar masih akan mencermati beberapa sentimen baik dari dalam maupun luar negeri sebelum kembali melakukan akumulasi pembelian Surat utang Negara. 

Dari faktor eksternal, imbal hasil dari US Treasury ditutup dengan penurunan terbatas. Imbal hasil dari US Treasury dengan tenor 10 tahun ditutup menurun di level 2,384% seiring dengan tenor 30 tahun yang ikut ditutup turun pada level 2,809%. Penurunan imbal hasil US Treasury pada perdagangan kemarin terjadi ditengah melemahnya saham utamanya yaitu untuk indeks NASDAQ melemah sebesar 45 bps di level 7750,84 dan untuk indeks DJIA melemah sebesar 39 bps sehingga berada di level 25776,61. Sementara itu, imbal hasil dari surat utang Inggris (Gilt) dengan tenor 10 tahun juga mengalami penurunan pada level 1,008%. Adapun imbal hasil dari surat utang Jerman (Bund) juga ditutup turun di level –0,089%. 

Rekomendasi
Dengan kondisi tersebut kami sarankan kepada investor untuk tetap mencermati arah pergerakan harga Surat Utang Negara dengan melakukan strategi trading memanfaatkan momentum fluktuasi harga Surat Utang Negara di pasar sekunder. Kami masih merekomendasikan Surat Utang Negara sebagai portofolio trading seperti seri FR0053, FR0061, FR0063, FR0070, FR0056, FR0059, dan FR0064. 

 

PT Pemeringkat Efek Indonesia menetapkan peringkat "idBBB+" terhadap MTN yang akan diterbitkan oleh Perumnas. 

Back Download PDF
Copyright © 2024 MNC Sekuritas. All Right Reserved. A Member of MNC Group