Beranda

RESEARCH

Company Update

25 April 2019

Fixed Income Notes 25 April 2019

Harga Surat Utang Negara pada perdagangan hari Rabu, 24 April 2019 bergerak dengan kecenderungan mengalami penurunan yang dipicu oleh pelemahan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika akibat beberapa sentimen di eksternal maupun sentimen domestik.

Perubahan harga Surat Utang Negara mencapai 440 bps yang mendorong  naiknya tingkat imbal hasil hingga sebesar 54 bps. Adapun untuk Surat Utang Negara seri acuan, keseluruhan serinya mengalami penurunan harga yang mengakibatkan adanya rata-rata perubahan tingkat imbal hasil naik sebesar 4 bps, dimana pada Surat Utang Negara seri acuan dengan tenor 5 tahun mengalami penurunan harga sebesar 7 bps yang mendorong terjadinya kenaikan tingkat imbal hasil sebesar 1,5 bps di level 7,103% dan diikuti oleh Surat Utang Negara seri acuan bertenor 10 tahun dan 15 tahun yang mengalami koreksi harga masing-masing sebesar 27 bps dan 51 bps sehingga berdampak pada meningkatnya imbal hasil sebesar 3,7 bps di level 7,632% dan 5,8 bps di level 8,086%. Adapun untuk seri acuan dengan tenor 20 tahun didapati penurunan harga sebesar 42 bps yang mengakibatkan terjadinya kenaikan imbal hasil sebesar 4,3 bps di level 8,212%.  

Pada perdagangan kemarin, harga Surat Utang Negara mengalami penurunan ditengah beberapa sentimen domestik dan eksternal. Adapun yang menjadi sentimen di domestik pada perdagangan obligasi kemarin adalah menjelang diselenggarakannya Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia, sehingga para pelaku pasar cenderung untuk menahan diri melakukan transaksi di pasar sekunder. Hal ini sesuai dengan volume perdagangan kemarin yang mengalami penurunan dibandingkan dengan perdagangan sebelumnya. Perkiraan kami Bank Indonesia masih akan mempertahankan suku bunga acuannya pada level 6,00% dimana pada kondisi saat ini fundamental ekonomi domestik di Indonesia cukup baik dimana inflasi terjaga pada level 2,48%. Adapun untuk sentimen eksternal yang memicu terjadinya penurunan harga obligasi didorong oleh perselisihan yang terjadi antara Amerika dan Uni Eropa terkait anjloknya laba bersih pabrikan motor Harley Davidson akibat bea yang diterapkan Eropa. Selain itu, ditengah ketidakpastian isu Brexit serta adanya isu ingin menyudutkan Theresa May dari jabatannya sebagai Perdana Menteri Inggris akan berdampak pada kondisi pasar yang semakin bergejolak sehingga memicu pelemahan nilai tukar Rupiah terhadap mata uang utama dunia, termasuk Dollar Amerika.

Perubahan harga juga terlihat pada perdagangan Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang Dollar Amerika ditengah penurunan tingkat imbal hasil US Treasury. Kenaikan harga didapati pada sebagian besar seri Surat Utang Negara berdenominasi mata uang Dollar Amerika. Harga INDO24 dan INDO29 mengalami kenaikan masing-masing sebesar 6,6 bps dan 10,8 bps sehingga berdampak terjadinya penurunan tingkat imbal hasil sebesar 1,4 bps di level 3,414% dan 1,3 bps di level 3,869%. Adapun harga dari INDO44 dan INDO49 mengalami kenaikan harga masing-masing sebesar 19 bps dan 25 bps sehingga berdampak pada turunnya tingkat imbal hasil sebesar 1,1 bps di level 4,732% dan 1,4 bps di level 4,607%.

Volume perdagangan Surat Utang Negara yang dilaporkan pada perdagangan kemarin mengalami penurunan dibandingkan dengan volume perdagangan sebelumnya, yaitu senilai Rp16,58 triliun dari 40 seri Surat Utang Negara yang diperdagangkan. Obligasi Negara Ritel Indonesia dengan seri ORI013 menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp1,83 triliun dari 18 kali transaksi yang diikuti oleh perdagangan Obligasi Negara seri FR0077 senilai Rp1,70 triliun dari 26 kali transaksi kemudian diikuti dengan perdagangan Obligasi Negara FR0079 sebesar Rp1,53 triliun dari 122 kali transaksi. Adapun dari perdagangan Sukuk Negara, Project Based Sukuk dengan seri PBS013 mengalami volume terbesar senilai Rp774,50 miliar dari 10 kali transaksi.

Sementara itu dari perdagangan obligasi korporasi, volume perdagangan yang dilaporkan lebih kecil daripada volume perdagangan sebelumnya, yaitu senilai Rp781,14 miliar dari 74 seri obligasi korporasi yang ditransaksikan. Obligasi Berkelanjutan II Bank BRI Tahap IV Tahun 2018 Seri A (BBRI02ACN4) menjadi obligasi korporasi dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp74,00 miliar dari 2 kali transaksi dan diikuti oleh Obligasi Berkelanjutan IV Mandiri Tunas Finance Tahap I Tahun 2019 Seri A (TUFI04ACN1) senilai Rp72,80 miliar dari 4 kali transaksi. Sementara itu, volume untuk Obligasi Berkelanjutan III Waskita Karya Tahap II Tahun 2018 Seri B (WSKT03BCN2) sebesar Rp66,00 miliar dari 2 kali perdagangan dan Obligasi Berkelanjutan Indonesia Eximbank IV Tahap III Tahun 2018 Seri D (BEXI04DCN3) sebesar Rp50,00 miliar dari 5 kali transaksi.

Nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika pada perdagangan kemarin melemah sebesar 25 pts (0,17%) di level 14104,00 per Dollar Amerika dimana pelemahan nilai tukar Rupiah terjadi sepanjang sesi perdagangan pada kisaran 14088,00 hingga 14126,00 per Dollar Amerika. Nilai tukar mata uang Rupiah tersebut mengalami pelemahan ditengah pelemahan sebagian besar mata uang regional. Adapun yang memimpin penguatan pada mata uang regional pada perdagangan kemarin yaitu mata uang Renminbi China (CNY) sebesar 0,12%. Sedangkan untuk mata uang regional yang mengalami pelemahan mata uang tertinggi didapati pada mata uang Won Korea Selatan (KRW) sebesar 0,77% yang diikuti pelemahan mata uang Peso Filipina (PHP) sebesar 0,36% dan Rupee India sebesar 0,26%. Sementara itu, mata uang Dollar Singapura (SGD), Baht Thailand (THB), dan Rupiah Indonesia (IDR) masing-masing mengalami pelemahan sebesar 0,18%; 0,17%; dan 0,17% terhadap Dollar Amerika.

Sementara itu, tingkat imbal hasil US Treasury dengan tenor 10 tahun dan 30 tahun mengalami penurunan sehingga masing—masing berada pada level 2,522% dan 2,937%. Hal ini seiring dengan kondisi pasar saham utama Amerika dimana pada indeks DJIA ditutup melemah sebesar 22 bps di level 26597,05 dan untuk indeks NASDAQ melemah sebesar 23 bps di level 8102,02. Adapun untuk pasar obligasi Inggris (Gilt) bertenor 30 tahun mengalami penurunan imbal hasil sehingga berada pada level 1,707% dan surat utang Jerman (Bund) dengan tenor yang sama didapati penurunan imbal hasil di level 0,628%. 

Pada perdagangan hari ini kami perkirakan harga Surat Utang Negara masih akan bergerak terbatas dengan kecenderungan mengalami penurunan. Potensi penurunan harga Surat Utang Negara tersebut didorong oleh perubahan nilai tukar rupiah terhadap Dollar Amerika akibat pesismisnya para pelaku pasar terhadap beberapa sentimen baik dari domestik maupun dari eksternal. Hanya saja, dengan kondisi fundamental ekonomi domestik yang cukup baik maka para pelaku pasar akan cenderung beralih kepada aset negara berkembang, termasuk Indonesia, ditengah gejolak perekonomian global.

Rekomendasi

Dengan kondisi tersebut, maka kami sarankan kepada investor untuk tetap mencermati arah pergerakan harga Surat Utang Negara. Kami merekomendasikan kepada investor untuk melakukan strategi trading di tengah pergerakan harga Surat Utang Negara yang cenderung bergerak berfluktuasi dengan fokus kepada pergerakan nilai tukar Rupiah. Adapun seri - seri yang menarik pada kondisi tersebut diantaranya adalah sebagai berikut: FR0053, FR0061, FR0070, FR0056, dan FR0071.

Penerbitan Surat Berharga Syariah Negara Seri PBS-012 Pada Tanggal 23 April 2019 Dengan Cara Private Placement.

Back Download PDF
Copyright © 2024 MNC Sekuritas. All Right Reserved. A Member of MNC Group